efektivitas terapi insulin untuk diabetes
terapi insulin untuk diabetes

Efektivitas Terapi Insulin IDegAsp bagi Pasien Diabetes: Studi Real World Evidence Pertama di Indonesia

Studi terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa penggunaan insulin degludec/insulin aspart (IDegAsp) dalam praktik nyata di Indonesia efektif menurunkan kadar gula darah dan aman untuk jangka panjang. 

Studi Real World Evidence (RWE) ini merupakan yang pertama di Indonesia, melibatkan 550 pasien diabetes, yang terdiri dari 502 orang pasien diabetes tipe 2 dan 48 orang pasien diabetes tipe 1. Partisipan dipantau selama lima tahun.

Riset dilakukan oleh tim dari RSUD Dr. Zainoel Abidin/FK Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Peneliti melihat terapi IDegAsp mampu menurunkan gula darah secara signifikan dan stabil, baik pada diabetes tipe 1 maupun tipe 2, dengan risiko hipoglikemia (kondisi kadar gula dalam darah di bawah batas normal) yang sangat rendah. Terapi insulin IDegAsp ini aman digunakan dalam jangka panjang.

Sebagai informasi, insulin degludec adalah insulin kerja panjang (long-acting) yang memberikan efek stabil lebih dari 24 jam. Sedangkan insulin aspart merupakan insulin kerja cepat (rapid-acting) yang mulai bekerja dalam waktu 10-20 menit setelah disuntikkan. 

Dr. dr. Hendra Zufry SpPD, KEMD, inisiator riset ini menjelaskan, “Penelitian ini penting karena akhirnya kita memiliki real world evidence khusus Indonesia, terkait efektivitas dari terapi insulin bagi pasien diabetes.”

Terapi IDegAsp telah menjadi bagian dari layanan kesehatan yang ditanggung JKN sejak 2021. “Jika manfaat klinis yang terungkap dalam studi ini dapat direplikasi lebih luas, maka akan berpotensi membantu mengurangi biaya jangka panjang terkait komplikasi diabetes di sistem kesehatan Indonesia,” imbuhnya. 

3 hasil utama 

Terdapat tiga temuan penting dalam studi ini:

1. Terapi insulin IDegAsp menurunkan glukosa dalam darah (HbA1c) secara konsisten, termasuk HbA1c yang turun lebih dari 3% dalam 12 bulan. Sehingga banyak pasien yang sebelumnya dengan gula darah sangat tinggi bisa mencapai kondisi yang lebih terkontrol. 

Pada diabetes tipe 2, HbA1c turun sekitar 3,32%, sementara pada diabates tipe 1 turun 3,60%. Penurunan sebesar ini jarang terlihat dalam praktik sehari-hari dan menandakan bahwa pasien yang sebelumnya sulit terkontrol akhirnya dapat mencapai kondisi yang jauh lebih stabil. 

Terapi IDegAsp bekerja secara menyeluruh untuk mengontrol gula darah saat berpuasa, sekaligus meredam lonjakan gula setelah makan, yang menjadi tantangan bagi banyak pasien diabetes.

Penurunan gula darah saat puasa (FPG) dan gula darah setelah makan (PPG) juga besar dan konsisten. Pada diabetes tipe 2, FPG turun 105 mg/dL dan PPG turun 180 mg/dL. Sementara untuk diabetes tipe 1, FPG turun 119 mg/dL dan PPG 190 mg/dL. 

2. Profil keamanan sangat baik. Sebanyak 97% pasien diabetes tipe 2 tidak mengalami hipoglikemia sama sekali selama masa pemantauan, dan tidak ada satu pun pasien diabetes tipe 1 yang melaporkan kondisi tersebut.

Selain itu, tidak ditemukan kasus hipoglikemia berat pada kedua kelompok pasien, baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2. 

Hipoglikemia merupakan salah satu kekhawatiran yang membuat pasien menunda terapi insulin, atau enggan menaikkan dosis meskipun gula darah mereka masih tidak terkontrol. 

Dengan risiko hipoglikemia yang sangat rendah, pasien dapat melakukan terapi IDegAsp dengan lebih nyaman dan percaya diri.

3. Penurunan gula darah signifikan. Terapi IDegAsp menurunkan gula darah secara signifikan. Selain itu, pada beberapa pasien juga ditemukan kenaikan berat badan kecil, yang dimungkinkan karena tubuh mulai kembali mampu menyimpan energi setelah gula darah lebih terkontrol.

Penambahan atau penurunan dosis insulin selalu didasarkan hasil pemeriksaan gula darah dari waktu ke waktu, melalui komunikasi rutin antara pasien dan dokter, misalnya melalui pesan teks singkat.

Dr. Hendra menambahkan, data lokal tersebut diharapkan dapat memperkuat pengembangan panduan klinis dan menjadi pertimbangan dalam pembuatan kebijakan terkait penanganan diabetes di tingkat nasional.

“Data penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar yang lebih kuat untuk mendukung keberlanjutan dan perluasan akses terapi insulin IDegAsp bagi pasien yang membutuhkan pengendalian gula darah yang lebih optimal,” pungkasnya. (jie)