mencegah osteoporosis pada lansia
mencegah osteoporosis pada lansia

Jangan Sampai Alami Osteoporosis, Lansia Wajib Lakukan Ini

Survei yang dilakukan di 12 kota di Indonesia tahun 2024 menyatakan hampir 75% lansia memiliki risiko sedang hingga tinggi terhadap osteoporosis. Survei ini melibatkan lebih dari 340 ribu orang. 

Data tersebut juga menunjukkan bahwa lansia, atau mereka yang berusia 60 tahun ke atas, yang tidak mengonsumsi susu dan jarang berolahraga berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis. 

Osteoporosis meningkatkan risiko patah tulang. Sebagai informasi, patah tulang pada lansia signifikan menurunkan kualitas hidup mereka, karena kecepatan pemulihan yang lambat. 

Sebaliknya, lansia yang rutin mengonsumsi susu, menjalani pola makan bergizi seimbang, dan aktif bergerak memiliki risiko keropos tulang yang lebih rendah secara signifikan. 

Bahkan, orang yang aktif secara fisik setiap hari memiliki hampir 2 kali lipat peluang lebih besar untuk terhindar dari pengeroposan tulang, sementara konsumsi rutin kalsium terbukti menurunkan risiko hingga 1,8 kali lipat.

Baca: Tidak Hanya Kalsium, Protein juga Nutrisi Pencegah Osteoporosis

Dr. dr. Tirza Z. Tamin, SpKFR, MS(K), FIPM(USG), Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) menjelaskan, osteoporosis sering kali tidak terdeteksi hingga terjadi patah tulang. Padahal, menjaga kesehatan tulang seharusnya dimulai sejak muda dan terus berlanjut hingga lansia. 

“Konsumsi susu tinggi kalsium dan tetap aktif bergerak merupakan kombinasi kunci untuk mempertahankan kepadatan tulang dan mencegah fraktur di usia lanjut,” ujarnya.

Yauwanan Wigneswaran, Presiden Direktur Fonterra Brands Indonesia menyampaikan, “Dalam satu tahun terakhir, lebih dari 340 ribu orang dari berbagai rentang usia telah mengikuti program bone scan Anlene — mulai dari dewasa hingga lansia.” 

“Ini adalah bagian dari komitmen kami untuk memberikan kontribusi nyata dalam edukasi dan pencegahan osteoporosis di Indonesia. Kami ingin membantu masyarakat mengenali kondisi tulangnya sejak dini, terutama karena risiko osteoporosis meningkat signifikan pada wanita dan mereka yang berusia di atas 50 tahun.” 

Penelitian Pham T, Nguyen V, et al, menunjukkan bahwa konsumsi produk susu tinggi kalsium lebih dari sekali sehari berkaitan dengan BMD (bone mineral density) yang lebih tinggi dan risiko osteoporosis yang lebih rendah. 

Penting dicatat, susu bukan hanya untuk anak-anak— susu adalah investasi penting untuk hari tua. Studi tahun 2007 di Indonesia menjelaskan sebanyak 40,6% perempuan usia 20-29 tahun memiliki kepadatan tulang rendah, yang meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang dalam 20 tahun ke depan saat mereka mencapai periode menopause.

Bergerak di dalam atau luar ruangan

Para ahli menyatakan latihan fisik rutin dengan intensitas sedang sampai berat selama 30 – 60 menit, 3 – 5 kali seminggu, mengurangi risiko osteoporosis terutama di bagian yang paling mudah keropos yaitu pergelangan tangan, pangkal paha dan tulang belakang bagian bawah.

Pada orang dewasa (>18 tahun), latihan fisik atau olahraga pembebanan / tahanan disesuaikan secara individual. Sementara pada lansia (>60 tahun) tergantung kondisi kesehatan, bersifat aerobik, tahanan dan pembebanan ringan.

Baca: Olahraga Penguat Tulang

Secara khusus Perwatusi (Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia) telah mengeluarkan panduan senam osteoporosis (osteo dance) yang bisa diikuti, tidak hanya lansia, tetapi juga mereka yang lebih muda.

Untuk lansia atau yang telah mengalami osteoporosis olahraga yang disarankan adalah dengan duduk agar tidak membebani lutut. Setiap gerakan harus nyaman, baik dan terukur. Tetap bergerak di luar maupun di dalam ruangan. (jie)

Baca juga: Manfaat Probiotik yang Jarang Diketahui: Menjaga Kesehatan Tulang