Infeksi Kedua Dengue Lebih Berat, Vaksin Melindungi dari Keempat Serotipe Virus Dengue

Infeksi Kedua Dengue Lebih Berat, Vaksin Melindungi dari Keempat Serotipe Virus Dengue

Orang yang pernah terkena demam berdarah dengue (DBD) bisa kena lagi. Sebabnya, ada empat serotipe virus dengue, dan keempatnya ada di Indonesia. Jadi bila sudah terinfeksi oleh satu serotipe dengue, kita hanya kebal terhadap serotipe tersebut dan masih bisa teirnfeksi oleh tiga serotipe lainnya.

“Infeksi dengue yang berikutnya justru berisiko lebih parah,” ungkap Dr. dr. I Made Susila Utama, Sp.PD-KPTI FINASIM. Bahkan, bisa terjadi kematian akibat syok dan/atau perdarahan. Ini ditandai dengan gejala kegawatan seperti nyeri perut berat, muntah terus-menerus, pernapasan cepat, gusi atau hidung berdarah, kelelahan, kegelisahan, darah dalam muntahan atau feses, menjadi sangat haus, kulit pucat dan dingin, serta merasa lemah.

Perlu diingat, berbagai gejala tadi biasanya muncul justru setelah demam hilang. Ini yang sering membuat kita ‘kecolongan’ sehingga pasien meninggal dunia. Dianggap penyakit sudah berlalu karena demam sudah turun; padahal pasien masuk ke kondisi kritis. Hal ini dipaparkan oleh Dr. dr. Made dalam seminar dan lokakarya nasional 2025 yang diselenggarakan Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) di Bali, Kamis (1/5/2025).

Peliknya Empat Serotipe Virus Dengue

DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang ditularkan melalui vektor nyamuk. Ketika virus masuk ke tubuh, tubuh pun membentuk pertahanan alami untuk memutus rantai penularan virus. Namun, pertahanan ini spesifik untuk serotipe yang menginfeksi tubuh. Bila terjadi infeksi kedua oleh serotipe virus dengue yang berbeda dalam rentang waktu 2 – 6 bulan, bisa terjadi penyakit yang lebih berat.

Ini disebut reaksi antibody-dependent enhancement (ADE). Ketika terjadi infeksi pertama, tubuh memproduksi antobodi imunoglobulin M (IgM) dan IgG. IgM diproduksi lebih dulu dan bertahan sampai 3 bulan, sedangkan IgG baru diproduksi 7-10 hari setelah terjadinya infeksi, dan bisa bertahan hingga lama. Infeksi kedua bisa memicu reaksi IgG yang jauh lebih cepat dan lebih dahsyat, terutama bila terjadi dalam rentang waktu 6 bulan di mana kadar IgG masih tinggi.

Saat terjadi infeksi kedua, tubuh sudah mengenali virus dengue, dan berusaha membasminya secepat mungkin. IgG berikatan dengan virus untuk menetralisirnya, tapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan karena serotipenya berbeda. Alhasil, bukannya membasmi virus, antibodi IgG justru bisa menjadi pembuka jalan bagi virus masuk ke sel-sel imun, yang meningkatkan replikasi virus dan berpotensi menyebabkan penyakit yang lebih berat. Ini mengapa, infeksi kedua biasanya lebih berat.

Pencegahan jadi Kunci

Hingga saat ini, dengue belum ada obatnya, sehingga pencegahan menjadi kunci utama untuk mengurangi kasus maupun kematian akibat DBD. “Salah satu pencegahan yang penting untuk dipertimbangkan adalah vaksinasi. Pemanfaatan metode inovatif ini dapat melindungi tubuh dengan cara membangun pertahanan alami tubuh,” tegas Dr. dr. Made.

Ia melanjutkan, meski berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka insidensi dengue di Bali, data menunjukkan bahwa target nasional belum sepenuhnya tercapai. Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020 -2024, pemerintah menetapkan target 95% kabupaten/kota memiliki IR dengue sebesar ≤ 10/100.000 pada tahun 2024. Namun, IR dengue di Provinsi Bali dari 2021 hingga 2024 mengalami peningkatan. Seluruh kabupaten/kota di Bali setiap tahun memiliki IR dengue > 10/100.000. Dengan demikian, target nasional belum tercapai.

“Hal ini mengindikasikan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan di tingkat daerah,” ujar Dr. dr. Made. Apalagi, dengue bukan penyakit musiman. “Virus ini beredar sepanjang tahun, dan kasusnya dapat meningkat kapan saja, terutama dengan perubahan iklim dan pola cuaca yang tidak menentu,” imbuhnya.

Oleh karena itu, penting bagi untuk mempertimbangkan strategi pencegahan yang inovatif dan berkelanjutan. “Salah satu langkah yang dapat dipertimbangkan adalah penerapan metode inovatif melalui vaksinasi dengue. Pengalaman dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam menerapkan metode pencegahan inovatif ini, patut diapresiasi dan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lainnya,” tandas Dr. dr. Made.

Kementrian Kesehatan RI mengapresiasi ADINKES atas konsistensinya dalam menyelenggarakan forum edukatif dan strategis seperti Semiloka Nasional, yang diselenggarakan selama 29 April hingga 2 Mei lalu. “Sebagai organisasi yang menaungi Dinas Kesehatan di berbagai daerah, ADINKES memainkan peran penting dalam mendorong transformasi sistem kesehatan nasional. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak dapat hanya bergantung pada pemerintah pusat; justru, peran aktif pemerintah daerah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat menjadi kunci keberhasilan,” tutur dr. Ina Agustina Isturini, MKM, Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan RI.

Empat serotipe virus dengue ada di Indonesia. Vaksin dengue yang baru efektif melindungi dari semua serotipe tersebut, tanpa berisiko menimbulkan reaksi ADE. Vaksin diberikan dalam dua dosis, dngan jarak antar dosis 3 bulan. Bila kita terkena DBD setelah vaksinasi pertama, maka vaksinasi berikutnya dilakukan 3 bulan setelah sakit. (nid)