vitamin d untuk kesehatan saluran cerna

Vitamin D Untuk Kesehatan Saluran Cerna

Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang terkenal untuk kesehatan tulang, tetapi semakin banyak riset menyatakan manfaat yang lebih luas, termasuk untuk kesehatan saluran cerna. 

Baik penelitian pada hewan dan manusia memperlihatkan hubungan antara kadar vitamin D yang rendah dengan berbagai penyakit pencernaan, seperti radang usus (IBD), divertikulitis (radang pada divertikula di usus besar), bahkan kanker kolon. 

Sumber utama vitamin D adalah dari paparan sinar matahari. Walau Indonesia diberkahi dengan sinar matahari sepanjang tahun, namun data menunjukkan sebagian besar orang Indonesia, baik anak dan dewasa mengalami kekurangan vitamin D.

Data di Indonesia menyatakan rata-rata kadar vitamin D orang Indonesia <20 ng/mL, alias mengalami kekurangan vitamin D. Riset Yosephin dkk, mencatat 63% wanita usia subur (18-40 tahun) kekurangan vitamin D. Dan, Hidayat et al, menyimpulkan 78,2% lansia di Pulau Jawa dan Sumatra defisiensi vitamin D.

Di antara banyak bahaya dari kekurangan vitamin D – misalnya menurunkan imunitas, risiko osteoporosis, hingga mengganggu kesuburan - ternyata juga bisa mengubah komposisi mikrobioma usus, mengurangi kekuatan barrier mukosa usus, membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit usus. 

David A. Johnson, MD, profesor dan kepala bagian gastroenterologi di Eastern Virginia Medical School (AS), menjelaskan di dalam usus, vitamin D mengikat reseptor vitamin D yang terdapat di sel imun, yang krusial dalam fungsi imun. 

“Vitamin D mempengaruhi fungsi gen yang bertanggung jawab untuk mengatur peradangan, proliferasi (pembelahan) sel, dan mempengaruhi perkembangan/migrasi neoplasia (tumor),” ujarnya, melansir Medscape. 

Reseptor vitamin D juga punya fungsi kontrol atas mikrobioma usus - melalui jalur transduksi sinyal. 

Studi Madhur Wyatt, dkk, menemukan bila suplementasi vitamin D akan mempengaruhi keberagaman dan stabilitas mikrobioma di feses.  

IBD

Kekurangan vitamin D banyak terjadi pada penderita radang usus (IBD), yakni mempengaruhi sekitar 45% pasien colitis ulseratif dan 35-100% penderita penyakit Crohn – keduanya adalah tipe radang usus.

Walau defisiensi vitamin D tidak selalu merupakan dampak dari IBD aktif, tetapi kemungkinan besar berkontribusi pada perburukan penyakit. 

“Mekanisme potensialnya melibatkan perubahan mikroba (di usus), peningkatan regulasi sitokin penyebab inflamasi, keutuhan mukosa usus yang terganggu dan gangguan fungsi imun, yang semuanya dapat disebabkan oleh rendahnya kadar vitamin D serum,” terang Prof. Johnson. 

Diverkulitis

Divertikulitis merupakan penyakit umum, yang menyebabkan lebih dari 200.000 pasien rawat inap setiap tahunnya di Amerika Serikat, tetapi patofisiologinya belum diketahui dengan baik. 

Kadar vitamin D yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan risiko diverkulitis yang signifikan, Prof. Johnson menerangkan. 

Bukti menunjukkan mereka yang tinggal di daerah dengan paparan sinar matahari rendah memiliki tingkat diverkulitis lebih tinggi, dibanding yang tinggal di daerah kaya sinar matahari. 

Kanker kolon

Kadar vitamin D yang rendah dihubungkan dengan peningkatan risiko/insiden kanker kolon, demikian juga perburukan penyakit, di mana level vitamin D yang lebih tinggi memiliki peran perlindungan yang lebih baik. 

Studi kohort di jurnal Nutrients (2025) secara konsisten menunjukkan berkurangnya risiko kanker kolon dengan asupan vitamin D yang cukup dari makanan. 

Makanan sumber vitamin D antara lain ikan laut (tuna, cod, sarden, salmon), hati, telur, susu kedelai dan kacang almond. 

Suplemen vitamin D yang aman

American Association of Clinical Endocrinologist mengkategorikan defisiensi vitamin D bila kadar vitamin D dalam darah <20 ng/ml, jika antara 20-30 ng/ml masuk kategori insufisien (tidak cukup). 

Dianggap cukup jika kadarnya 30-100 ng/ml (dengan nilai optimal 40 -60 ng/ml). Sementara bila >100 ng/ml memiliki potensi toksik.

BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) mengatakan vitamin D 1000 IU (international unit) termasuk ke dalam golongan suplemen. Vitamin D memiliki rentang keamanan yang luas, dengan batas tidak menimbulkan efek samping adalah hingga 10.000 IU/hari.

Pada kasus defisiensi, terapi suplemen vitamin D yang diberikan adalah:

  1. Usia 0-1 tahun: 2000 IU/hari atau 50.000 IU/minggu selama 6 minggu. Kemudian, untuk mencapai kadar vitamin D dalam darah >30 ng/ml adalah 400-1000 IU/hari.
  2. Usia 1-18 tahun: 4000 IU/hari atau 50.000 IU/minggu selama 6 minggu. Diikuti dengan 600-1000 IU/hari sebagai dosis perawatan untuk mencapai kadar vitamin D optimal.
  3. Usia >19 tahun: 10.000 IU/hari atau 50.000 IU/minggu selama 8 minggu. Untuk mencapai kadar >30 ng/ml, selanjutnya dengan dosis 1500 – 2000 IU/hari. (jie)

Baca juga: Mayoritas Penderita Diabetes Defisiensi Vitamin D, Ini Manfaat Vitamin D untuk Diabetes