pasien 03 covid-19 sumbangkan plasma darah untuk riset vaksin

Cerita Pasien 03 COVID-19 yang Sumbangkan Plasma Darah Untuk Riset Vaksin di Indonesia

Cerita aksi kemanusiaan di masa pagebluk COVID-19 ini kian banyak terdengar. Salah satunya datang dari pasien 03 yang telah sembuh, ia menyumbangkan plasma darahnya untuk riset vaksin COVID-19 di Indonesia.

Cerita ini ditayangkan dalam akun YouTube Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Di sana terjadi percakapan santai antara Gubernur Ganjar Pranowo dengan Ratri Anindyajati (pasien 03).

Ganjar tampak mencoba mengulik latar belakang Ratri mau menyumbangkan plasma darahnya. “Apa yang ada di belakang (mendasari) mbak Ratri mau nyumbang darah, kan agak nggak nyaman?” tanya Ganjar.

Menjawab pertanyaan tersebut Ratri mengatakan sebelumnya ia didatangi pihak Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dan Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso. “Awalnya aku takut banget. Keluarga kita semuanya darah rendah, tidak bisa donor darah,” kata Ratri. Karena alasan tersebut pula, ia belum pernah donor darah.

Tetapi pihak rumah sakit meyakinkan bila proses ekstrasi darah dilakukan menggunakan mesin yang hanya akan menyaring plasma darah. Darah diambil dengan mesin di mana plasma darah (yang berwarna kekuningan) masuk ke dalam tabung, sementara komponen darah lainnya kembali masuk ke dalam tubuh.

“Aku masih berpikir kok ngeri banget. Kalau mau ambil darah ya diambil saja tidak perlu dimasukkan lagi. Takut ada kecelakaan apa-apa lah,” ungkap perempuan yang sebelum pandemi tinggal di Austria ini.

Setelah menandatangani persetujuan, sampel darah diambil untuk mengetahui adakah penyakit lain yang berisiko menulari orang lain. Hasil pemeriksaan tersebut berlangsung selama 2 minggu. Selain Ratri, sang ibu (Maria Darma / pasien 02) dan kakaknya (Sita Tyasutami / pasien 01) juga ingin ikut menyumbang plasma darah, tetapi sayangnya tidak memenuhi syarat.

“Sembari menunggu, kita dengar di luar negeri ada beberapa pasien yang terbantu karena sumbangan plasma darah ini. Di Jerman orang-orang berlomba menyumbangkan plasma darahnya,” terang Ratri. “Aku juga konsultasi dengan teman-teman dokter bila sistem pengambilan plasma darah ini ternyata sudah biasa dilakukan di rumah sakit, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

Dalam video tersebut ia diberitahukan bila sebagian plasma darah dikumpulkan untuk dilakukan riset vaksin (oleh RSPAD yang bekerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eikjman dan Biofarma). “Jadi aku pikir kalau bisa membantu oke lah. Dan kalau bisa ketemu vaksinnya lebih cepat kan lebih baik untuk semuanya,” katanya.

“Di otaku itu masih ya udahlah ini kan percobaan untuk semuanya, kita tidak tahu hasilnya bagaimana. Pokoknya lakuin saja, semoga hasilnya bagus, kalau nggak paling tidak aku sudah usaha. Dan yang juga banyak membantu karena aku ngobrol dengan keluarga di Eropa yang mereka duluan kena krisis dan punya penyelesaiannya.”

“Dan setelah berhasil aku senang. Semoga dampaknya positif, bukan karena mempertanyakan pihak medis, karena semua orang sedang eksperimen, terutama pihak medis. Jadi support saja kalau memang bisa,” imbuh wanita yang berprofesi sebagai produser pertunjukkan tari.

Setelah proses donor plasma darah yang memakan waktu hampir satu jam, Ratri berhasil mengumpulkan 200 cc plasma darah. Namun ternyata jumlah plasma darah yang diperlukan untuk tiap pasien COVID-19 adalah sekitar 300 cc.

“Waktu itu prosesnya sudah makan waktu 50 menit tanganku sudah kesemutan, dan memang agak nggak nyaman. Pas aku tahu sayang banget, jadi aku ngasih 200 cc belum cukup untuk satu orang. Aku pikir nanti bisa sumbang lagi,” kata Ratri dalam video tersebut.  

Berbeda dengan donor darah biasa yang memerlukan waktu sekitar 4 minggu sebelum boleh melakukan donor darah kembali, donor plasma darah hanya butuh waktu 2 minggu bagi tubuh untuk memroduksi cukup plasma darah kembali.

Menanggapi hal yang dilakukan Ratri, Gubernur Ganjar mengomentari bila ini adalah aksi yang ‘keren’. “Atas nama kemanusiaan seseorang mau memberikan sebagian tubuhnya. Ini yang membuat saya ingin ngobrol dengan Anda untuk menginspirasi orang lain bila Republik ini membutuhkan orang yang mau ‘berkorban’. Dan mbak Ratri adalah orang pertama yang mau terbuka,” papar Ganjar.  

Cerita Ratri ini juga banyak merangsang minat para penyintas lainnya untuk mendonorkan plasma darahnya. Tetapi Ratri menyarankan, tunggu satu sampai dua minggu setelah sembuh jika berminat menyumbangkan plasma darah (menghubungi unit transfusi darah di rumah sakit terdekat).

Sebarkan pesan positif di ‘udara’

Ganjar tidak lupa menanyakan apa pesan untuk sesama penyintas COVID-19? “Bantu dengan emotional support baik ke orang yang dikenal atau tidak, lewat sosial media. Terus sebarkan (pesan) positif dan optimis supaya orang-orang yakin. Karena aku yakin yang bikin kita bertiga sembuh adalah keyakinan, positif mind set,” jawab Ratri.

Ini merujuk banyaknya berita hoax seputar COVID-19 yang akhirnya memicu ketakutan. “Kalau kita sakit, baca berita hoax pikirannya negatif, akan lebih susah sembuh,” katanya. “Berhenti menebar ketakutan di udara.” (jie)