mencegah infeksi vagina dengan antiseptik

Mencegah Infeksi Vagina, Gunakan Antiseptik Yang Aman

Keseimbangan ekosistem bakteri (mikrobioma) vagina erat kaitannya dengan kesehatan area kewanitaan. Sebaliknya bila terjadi ketidakseimbangan mikrobioma, misalnya saat menstruasi, risiko infeksi vagina oleh patogen meningkat.

Sebagai informasi, mikrobioma vagina adalah ekosistem mikro yang rumit dan dinamis. Sebagian besar didominasi oleh bakteri baik jenis Lactobacillus (L.crispatus; L.gasseri; L.iners; L.jensenii), yang akan memroduksi senyawa yang bersifat antimikrobial seperti asam laktat, hidrogen peroksida dan bakteriosin.

Bakteri Lactobacillus akan melekatkan diri di sel epitel vagina dan mencegah patogen lain (bakteri, jamur, virus, dll yang berbahaya) untuk menempel. Mereka juga menjaga keasaman area intim (pH 3,8 - 4,4). Kondisi asam ini adalah perlindungan alami vagina, untuk mencegah pertumbuhan patogen.

Salah satu faktor penyebab terkuat dari perubahan mikrobiota vagina adalah perubahan hormonal pada fase reproduksi kehidupan wanita (menstruasi, kehamilan, menopause). Lingkungan vagina sangat responsif terhadap estrogen, hormon yang menciptakan perubahan khas pada mikrobiota vagina.

Ini menyebabkan menstruasi memiliki pengaruh paling kuat terhadap stabilitas ekosistem vagina. Menstruasi bersifat sementara namun signifikan mengubah keragaman mikrobiota vagina. Menyebabkan peningkatan keasaman (pH) vagina dan mengurangi aktivitas antimikroba asam laktat. 

Farage M, et al, menjelaskan 72% wanita mengalami peningkatan risiko infeksi vagina selama menstruasi. Tiga jenis infeksi vagina yang paling sering dialami antara lain bakterial vaginosis, vulvovaginal candidiasis (disebabkan jamur candida albicans) dan trichomoniasis (disebabkan parasit trichomonas vaginalis).

Selain itu, kondisi stres, obesitas, merokok, hingga praktik higienitas area V yang buruk bisa menyebabkan terjadi ketidakseimbangan (disbiosis; bakteri patogen mendominasi) ekosistem vagina. Berisiko memicu bakterial vaginosis.

Mitchell H, di BMJ 2004 menyebutkan bakterial vaginosis adalah salah satu masalah paling umum pada wanita yang membuat mereka harus berobat. Sayangnya, bahwa hampir 50% wanita tidak sadar dirinya mengalami gangguan area intim.

Menyebabkan keputihan. Bukan keputihan biasa, melainkan keputihan patologis, ditandai dengan gatal, bau tidak sedap dan warna cairan berubah. Bahkan, pada bakterial vaginosis, cairan terlihat seperti cacar air; ada bola-bola berisi cairan, berwarna abu-abu dan berbau amis.

Tidak hanya berdampak pada kesehatan area intim, infeksi vagina juga berdampak secara luas bagi kualitas hidup kaum hawa. Paladine et al, dalam Vaginitis: Dianosis and Treatment menyebutkan antara lain berpotensi menyebabkan kecemasan berlebih, juga kekhawatiran berlebih dengan kebersihan, terutama bila mengalami gejala berulang.

Perawatan area intim yang tepat selama menstruasi dapat membantu meringankan gejala-gejala yang mengganggu dan meningkatkan kualitas hidup wanita. Masalahnya, tidak semua produk perawatan kewanitaan memberikan hasil yang diharapkan, justru mengancam kesehatan vagina.

Misalnya, vaginal douching, alih-alih menyehatkan, produk ini kerap menyebabkan ketidakseimbangan pH alami vagina. Hindari pula sabun pembersih dengan pewangi, karena cenderung mengiritasi kulit.

 

PVP-I menormalkan ekosistem vagina

Kondisi disbiosis berhubungan erat dengan gangguan area V. Antara lain menyebabkan bakteri patogen mampu menempel di sel epitel vagina dan membentuk lapisan biofilm.

Biofilm adalah komunitas mikroba dari sel-sel yang menempel di permukaan jaringan. Dalam lapisan biofilm, mikroorganisme ini menunjukkan resistensi terhadap lingkungan sehingga dapat menyebabkan kegagalan pengobatan dan infeksi vagina berulang. Gottschick C, et al, menjelaskan bahwa patogen tersebut mampu bertahan di sel epitel, bahkan setelah pengobatan antibiotik. 

Intervensi yang mengembalikan komposisi bakteri merupakan hal yang signifikan dalam pengobatan gangguan ginekologi. Povidone iodine (PVP-I) adalah salah satu antiseptik spektrum luas yang terbukti secara klinis menormalkan ekosistem bakteri vagina dan mendukung kesehatan area intim.

PVP-I pada penelitian in vitro efektif melawan strain bakteri dan jamur yang resisten terhadap antibiotik dan antiseptik, serta efektif menembus lapisan biofilm mikroba.

Studi di Postgraduate Medical Journal menyebutkan bahwa penggunaan antiseptik PVP-I efektif mengurangi gejala vaginitis berupa keputihan dan sensasi terbakar, membantu mengembalikan keasaman vagina, dan secara klinis terbukti mengembalikan flora normal (ekosistem) vagina. 

Selain itu ia mampu mencegah perburukan infeksi minor, mengurangi bahkan menghilangkan rasa gatal di area V dan iritasi yang biasa muncul saat menstruasi, akibat cairan berlebih atau karena menstruasi.

Penggunaan selama 1 minggu obat douche mengandung PVP-I menghilangkan keluhan bau tidak sedap pada 97% kasus, rasa gatal (96%), keluarnya cairan berlebih (91%) dan iritasi ringan (100%). Riset yang diterbitkan di International Journal of Fertility ini dilakukan pada 185 pasien. Kebersihan vagina tetap terjaga selama periode menstruasi saat dipakai dua kali seminggu. (jie)

_____________________________________________

Ilustrasi: tirachardz on Freepik