zat besi penting untuk anak
zat besi penting untuk anak

Zat Besi Penting Dalam 5 Tahun Pertama Kehidupan Anak, Ini Penjelasan Ahli

Kekurangan zat besi di awal kehidupan berisiko pada tumbuh kembang anak. Tidak hanya mempengaruhi fisik tetapi juga kognitif, alias kecerdasannya. 

Sayangnya defisiensi zat besi (Fe) pada anak-anak, termasuk pada balita, masih tinggi. Data Kementerian Kesehatan 2018 mencatat satu dari tiga anak Indonesia kekurangan zat besi, karena tidak cukup mengonsumsi makanan kaya Fe. 

Survei Hello Health Group (2023) juga menjelaskan bila 50% ibu tidak paham jika kekurangan zat besi dapat berdampak pada kepintaran anak. 

Dokter spesialis anak, dr. Melia Yunita, MSc, SpA mengatakan, “Dalam 5 tahun pertama kehidupan anak, perkembangan otak anak terjadi secara signifikan sehingga penting untuk memastikan asupan nutrisi lengkap untuk dukung kemampuan kognitif anak termasuk salah satunya mikronutrien zat besi.” 

Selain sangat berperan dalam pembentukan hemoglobin (sel darah merah), sistem imun tubuh, membangun pertumbuhan otot, zat besi juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan koneksi antarsel saraf dan pembentukan neurotransmitter yang mendukung kemampuan dan proses belajar anak.  

“Masih banyak orangtua yang tidak menyadari peran penting pemenuhan asupan zat besi, bahkan cenderung mengabaikan gejala kekurangan zat besi yang jika dibiarkan akan berdampak pada penurunan fokus/kosentrasi dan memori.” 

“Anak menjadi lebih pasif karena gejala letih atau lesu, gangguan perilaku, sosio-emosional, perkembangan motorik dan juga lebih rentan sakit, sehingga nantinya dikhawatirkan dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan prestasi anak,” terang dr. Melia kepada OTC Digest. 

Agar kebutuhan zat besi terpenuhi optimal, orangtua perlu memberikan asupan nutrisi lengkap dan seimbang yang kaya zat besi terutama protein hewani (zat besi heme) seperti daging merah, hati ayam, telur atau ikan. Bisa juga dari sumber nabati (zat besi non-heme) seperti kacang-kacangan dan bayam. 

Namun perlu dipahami, zat besi heme 2-3 kali lebih baik penyerapannya, dibanding non heme, karena ia punya pelindung di dalam tubuh agar tidak rusak sampai diserap dengan baik.

Sementara zat besi non heme, penyerapannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Vitamin C, misalnya, akan meningkatkan penyerapan zat besi non heme. Atau, zat tannin dalam teh atau polifenol (antioksidan di cokelat) akan mengikat zat besi, sehingga menghambat penyerapannya. 

Jika dibutuhkan untuk pemenuhan zat besi selain dari makanan harian sesuai dengan rekomendasi tenaga kesehatan dapat dilengkapi dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi kombinasi Fe dan vitamin C untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi.  

“Selain penerapan pola makan yang kaya zat besi, orangtua juga penting identifikasi dini faktor risiko kurang zat besi secara rutin pada anak dengan berkonsultasi dengan dokter spesialis anak untuk mengoptimalkan pencegahan dini defisiensi zat besi anak,” saran dr. Melia. 

Kalkulator zat besi

Tubuh tidak mendadak kekurangan zat besi, membutuhkan proses. Pertama, kondisi normal, di mana cadangan zat besi dan kandungan besi dalam darah normal. 

Kedua, deplesi cadangan zat besi. Ini terjadi saat cadangan zat besi mulai berkurang namun kandungan Fe di darah dan kadar hemoglobin tetap normal. Gejala belum muncul.

Ketiga, defisiensi besi, yakni saat cadangan habis dan kadar Fe dalam darah juga berkurang, hemoglobin tetap normal. Terakhir, anemia defisiensi besi, di mana semua parameter berkurang. Mulai muncul gejala anak sulit konsentrasi, lemah, letih, lesu dan nafsu makan berkurang.

Skrining dan perbaikan kualitas diet sebaiknya dilakukan sejak periode deplesi. Jika sudah bergejala berarti sudah masuk ke ke anemia zat besi, membutuhkan suplementasi Fe. 

Skrining bisa dilakukan melalui aplikasi Kalkulator Zat Besi (secara online). Ini adalah alat bantu non-medis untuk deteksi dini faktor risiko kekurangan zat besi pertama di Indonesia dan hasilnya bisa diketahui hanya kurang dari 3 menit. 

Vice President General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto mengatakan, “SGM Eksplor bersama Alfamart kembali memperkuat kolaborasi dengan meluncurkan Kalkulator Zat Besi di aplikasi Alfagift sebagai salah satu upaya bersama untuk berkontribusi dalam pencegahan dini masalah kekurangan zat besi pada anak. 

Kalkulator Zat Besi dapat digunakan secara mandiri dan dapat dijadikan sebagai alat pemantauan berkala sebelum pemeriksaan selanjutnya oleh pelayan kesehatan. (jie)