Eritritol (erythritol) adalah pemanis buatan rendah kalori yang kerap digunakan sebagai pengganti gula pasir, terutama dipakai oleh mereka yang ingin mengontrol gula darah.
Pemanis ini tergolong dalam gula alkohol, memiliki rasa manis setara gula tebu, namun dengan kalori yang lebih rendah, yakni sekitar 6% kalori dari gula pasir.
Sejauh ini diketahui eritritol tidak memicu peningkatan gula darah karena manusia tidak memiliki enzim untuk mememecahnya, sehingga dinyatakan aman untuk penderita diabetes.
Walau dianggap sebagai alternatif pemanis sehat sejak tahun 2001 beberapa ahli khawatir tentang potensi efek sampingnya, jika dikonsumsi terlalu banyak/sering.
Penelitian terkini menunjukkan adanya hubungan antara kadar eritritol yang lebih tinggi dalam darah dan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke. Bisa disebabkan oleh peningkatan pembentukan bekuan darah.
Studi lebih lanjut juga menunjukkan bahwa jumlah eritritol yang ditemukan dalam satu sajian minuman bisa berdampak negatif terhadap kesehatan pembuluh darah dan otak.
Riset yang dipresentasikan di Pertemuan Tahunan American Physiology 2025, April 2025, ini menemukan adanya peningkatan stres oksidasi dan penurunan produksi oksida nitrat dalam sel pembuluh darah otak, yang bisa mengganggu aliran darah.
Membuat risiko masalah pembuluh darah, seperti stroke dan penyakit jantung, lebih tinggi.
Eritritol mempengaruhi sel pembuluh otak
Peneliti melihat bila eritritol mengganggu produksi oksida nitrat, molekul penting yang berfungsi untuk melemaskan/melebarkan pembuluh darah sehingga bisa mengalirkan darah dalam jumlah yang cukup.
“Berkurangnya oksida nitrat bisa mempengaruhi fungsi pembuluh darah, mengganggu sirkulasi dan berpotensi menyebabkan kerusakan neurovaskular,” terang Thomas M. Holland, MD, asisten profesor di RUSH Institute for Healthy Aging, RUSH University, College of Health Science, melansir Medical News Today.
Ia menjelaskan bahwa penurunan oksida nitrat ini juga dapat menambah stres oksidatif, tetapi “pendorong utama stres oksidatif dalam kasus ini kemungkinan adalah dampak langsung eritritol terhadap keseimbangan oksidatif sel.”
“Eritritiol memicu lonjakan molekul berbahaya, disebut reactive oxygen species (ROS), menyebabkan kerusakan sel. Yang perlu dikhawatirkan adalah ketika ROS menyebabkan kerusakan pada jaringan saraf, dapat menyebabkan penurunan kognitif.”
“Demikian juga, ROS dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai sistem organ, memicu serangkaian proses penyakit. Tubuh mencoba melawannya dengan meningkatkan pertahanan antioksidan internalnya, tetapi stres yang meningkat tetap ada,” terang Holland, yang tidak terlibat dalam riset tersebut.
Konsumsi dalam batas wajar
Holland berkomentar, “Temuan ini menantang anggapan eritritol sebagai pemanis buatan yang aman, dan menggarisbawahi perlunya moderasi, khususnya untuk mereka yang memiliki faktor risiko penyakit vaskular.”
Auburn Berry, MS, penulis utama riset ini mengatakan bahwa individu yang khawatir tentang kesehatan atau otak, perlu mempertimbangkan untuk membatasi asupan mereka. Ia mengingatkan konsumsi eritritol secara teratur dapat mengganggu kesehatan dan fungsi pembuluh darah.
“Berdasarkan penelitian sel dan riset klinis terkini, orang harus menyadari jumlah eritritol yang mereka konsumsi setiap hari,” tegasnya.
Alih-alih eritritol dan pemanis buatan lainnya, Holland menyarankan untuk memilih opsi yang lebih alami, seperti madu atau pemanis berbahan dasar buah, misalnya sirup kurma. “Ini dapat memberikan antioksidan jika digunakan dalam jumlah terbatas, meskipun tetap memengaruhi gula darah,” katanya.
Untuk pemanis nonkalori, imbuhnya, “stevia sangat bagus, bisa menjadi pilihan yang lebih aman untuk saat ini, karena tampaknya tidak memiliki efek buruk yang sama pada stres oksidatif atau kesehatan pembuluh darah.” (jie)