siapa yang perlu vitamin C
siapa yang perlu vitamin C

Siapa yang Perlu Suplemen Vitamin C Tiap Hari: Kenapa Harus Vitamin C Ester?

Vitamin C terkenal untuk meningkatkan imuntas, biasa dikonsumsi untuk pencegahan atau saat sedang sakit flu. Namun, tahukah Anda ada kelompok masyarakat yang lebih membutuhkan suplemen vitamin C. 

Vitamin yang identik dengan buah jeruk ini bekerja sebagai antioksidan, melindungi sel dari paparan radikal bebas. Tak hanya itu, vitamin C juga mendukung berbagai fungsi sel imun, antara lain produksi dan aktivitas sel darah putih. 

Ada beberapa hal yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, terang apt. Febbyasi Megawati Rangka, S.Si, M.Farm, staf pengajar D3 dan S1 Farmasi Universitas Pelita Harapan. “Seperti kurang gizi mikro, proses penuaan, stres kronis atau depresi berat, penyakit kronis, kelainan genetik dan perokok,” ujarnya. 

Tubuh manusia tidak bisa membuat vitamin C sendiri, sehingga kita harus mengasupnya dari luar. Baik dari makanan sehari-hari (buah dan sayur), ataupun suplemen. Secara umum, orang dewasa membutuhkan 75 – 90 mg vitamin C setiap hari. Kebutuhan ini meningkat pada perokok (aktif maupun pasif), atau mereka yang sedang sakit. 

Baca: Kenapa Perokok Membutuhkan Lebih Banyak Vitamin C

“Vitamin C digolongkan sebagai imunomodulator alami (mempengaruhi sistem imun), karena meningkatkan fungsi fagosit, menstimulasi proliferasi limfosit T, dan menurunkan stres oksidatif sel imun,” apt. Febby menjelaskan kepada OTC Digest. 

Sel fagosit adalah bagian dari sistem kekebalan bawaan, seperti neutrophil dan makrofag, yang “memakan” patogen. Bekerja secara cepat/langsung saat patogen terdeteksi. 

Sel limfosit T merupakan bagian dari sistem imun adaptif yang memiliki dua sifat: lamban saat pertama kali, namun sangat responsif pada patogen tertentu; dan memiliki memori imun, sehingga respon lebih cepat jika patogen yang sama masuk lagi. 

Ada beberapa golongan masyarakat yang sangat direkomendasikan untuk rutin konsumsi vitamin C:

  1. Lansia. Penurunan fungsi imun terjadi secara fisiologis, penyerapan nutrisi menurun, dan sering mengalami kekurangan asupan buah/sayur. Direkomendasikan konsumsi viramin C antara 250–500 mg/hari, sebaiknya bentuk non-asam (ester-C, sodium ascorbate). 
  2. Pasien dalam masa pemulihan infeksi / operasi. Rekomendasi: 500–1000 mg/hari selama 7–14 hari pasca infeksi atau tindakan bedah. Proses penyembuhan jaringan, regenerasi epitel, dan daya tahan tubuh meningkat drastis.
  3. Penderita sindrom metabolik (obesitas, hipertensi, dislipidemia dan resistensi insulin/diabetes). Rekomendasi suplemen vitamin C antara 500–1000 mg/hari dapat membantu menurunkan marker inflamasi dan meningkatkan profil imun. 
  4. Perokok aktif / pasif. Rekomendasi: tambahan +35 mg/hari dari kebutuhan normal - idealnya 500–1000 mg/hari sebagai antioksidan pelindung. “Nikotin dan radikal bebas dari asap rokok mempercepat kerusakan vitamin C dalam tubuh,” kata apt. Febby. 

Terkait lansia, “Vitamin C ester aman dan bahkan bermanfaat untuk pasien hipertensi, terutama dalam bentuk non-asam yang ramah lambung dan mendukung daya tahan tubuh. Namun, selalu evaluasi kondisi ginjal dan interaksi total jika pasien mengonsumsi banyak obat rutin,” tegas apt. Febby. 

“Juga bila lansia ada osteoarthritis (OA/radang sendi) ringan, jika pasien mengonsumsi suplemen seperti, vitamin C ester, itu aman dan bahkan bisa mendukung perbaikan jaringan ikat, meskipun bukan terapi utama untuk OA.”

Kenapa vitamin C ester?

Kebutuhan vitamin C bisa dicukupi dari makanan sehari-hari, bila kita cukup mengonsumsi sayur dan buah sesuai anjuran. Namun tak bisa dipungkiri, sebagian masyarakat kurang mengonsumsi sayur dan buah dalam diet sehari-hari. Suplemen berperan untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin C yang tidak terpenuhi dari makanan sehari-hari.

“Saat kita melihat suplemen vitamin C (untuk imunitas), ada dua sediaan: asam askorbat dan ester-C (poli askorbat). Vitamin C biasa (asam askorbat) memiliki keasaman tinggi (pH 2), bisa mengiritasi lambung,” tukas apt. Febby. “Vitamin C ester lebih ramah untuk lambung – pH netral (pH 6,0 – 7,0).” 

Secara garis besar, asam askorbat memiliki kandungan asam dan oksalat yang tinggi, serta mempunyai rasa yang tajam. Di satu sisi ester-C mempunyai keunggulan lebih, dibanding asam askorbat, berupa: 

  1. Mengandung metabolit yang diperoleh melalui proses yang alami.
  2. Meningkatkan vitamin C dalam tubuh agar lebih optimal, tidak terbuang percuma bersama urin.
  3. Tidak asam dan rendah kadar oksalat.
  4. Aman di lambung, tidak merusak ginjal. 

Beberapa produk suplemen vitamin C ester bahkan ditambahkan kalsium dan citrus bioflavonoid. Sonya Agustine, SKM, Marketing Operations Manager, PT Harsen Laboratories, menjelaskan bioflavonoid ini adalah polifenol (zat kimia alami tumbuhan; biasanya bersifat antioksidan) buah citrus yang membantu penyerapan vitamin C, dan digunakan dengan optimal oleh tubuh. 

“Termasuk akan meningkatkan aktivitas anti-peradangan, anti-alergi, anti-mikroba, anti-diare dan meningkatkan sirkulasi darah. Membantu mengatasi radikal bebas, (menciptakan) keseimbangan yang sehat antara antioksidan dan radikal bebas,” kata Sonya. “Tambahan kalsium dimaksudkan untuk menetralkan keasaman vitamin C.”

Apt. Febby menambahkan, “Kelebihan kombinasi ini adalah cocok bagi lansia, aman untuk penderita maag dan pemakaian jangka panjang. Dosis sedang, bisa dikonsumsi 1–2 kali sehari tergantung kebutuhan.”

Namun perlu diperhatikan, pasien dengan gangguan ginjal tetap harus konsultasi sebelum konsumsi rutin. Hindari konsumsi bersamaan dengan antasida berbasis aluminium atau aspirin dosis tinggi (dapat mengganggu penyerapan vitamin C). (jie)

Baca juga: 5 Cara Bagaimana Vitamin C Bermanfaat Bagi Tubuh