probiotik memperbaiki mood

Bisakah Probiotik Memperbaiki Mood? Riset Menjawab

Probiotik bisa mengurangi perasaan negatif, menurut penelitian. Ini menguatkan pendapat terkait hubungan antara kesehatan saluran cerna dan otak (kesehatan mental). 

Dalam studi pada 88 partisipan, terlihat adanya perbaikan suasana hati (mood) dalam dua minggu setelah mengonsumsi suplemen probiotik.  

Karena riset ini dilakukan pada orang sehat – tidak hanya terhadap penderita depresi –mengindikasikan bila probiotik bisa bermanfaat untuk kesehatan mental pada populasi umum. 

“Ini adalah riset pertama yang melakukan pemantauan mood harian untuk menilai efek probiotik, dan nyatanya, di akhir penelitian, mood negatif mereka membaik,” kata Katerina Johnson, PhD, penulis utama studi dari University of Oxford, Inggris. 

Studi ini menguatkan adanya hubungan antara usus dan otak (gut-brain axis), sistem komunikasi kompleks yang dianggap mempengaruhi mood dan emosi. Ini pula kenapa usus disebut sebagai “otak kedua”. 

Usus menghasilkan sejumlah besar serotonin (95%), neurotransmitter yang terlibat dalam mengatur suasana hati hingga nafsu makan. Ini menunjukkan meningkatkan kesehatan usus berdampak positif pada kesehatan mental. 

Baca: Hubungan Istimewa Gut-Brain Axis: Usus, Otak, dan Mikrobiota Usus

Probiotik memperbaiki mood negatif

Riset dilakukan pada 88 relawan rerata usia 22 tahun. Mereka tidak tergolong gemuk, tidak mengonsumsi alkohol berlebihan dan bukan pemakai narkotika. 

Secara acak mereka mendapatkan campuran probiotik multi-strain atau plasebo selama 28 hari. 

Campuran probiotik tersebut mengandung 9 strain bakteri, seperti Bifidobacterium bifidum W23, B. lactis W51, Lactobacillus acidophilus W37, Lactobacillus brevis W63, Lactobacillus casei W56 dan Lactococcus lactisW19.

Peneliti memberikan serangkaian kuesioner psikologis sebelum dan sesudah intervensi empat minggu, termasuk kuesioner mengukur kecemasan (STAI), kekhawatiran (PSWQ), depresi (CES-D) dan efek negatif (PANAS). Peneliti juga melakukan pemantauan harian. 

Selama pemeriksaan harian terlihat hasil yang signifikan. Mereka yang mengonsumsi probiotik terlihat mengalami penurunan mood negatif sekitar minggu kedua, sedangkan individu yang mendapat plasebo tidak mengalami perbaikan seperti itu. 

"Dengan pemantauan setiap hari, alih-alih hanya menilai sebelum dan sesudahnya, kami memperoleh hasil yang jauh lebih baik terhadap perubahan dari waktu ke waktu saat mengonsumsi probiotik," terang Johnson, melansir Healthline.

Penelitian ini menunjukkan bahwa probiotik bermanfaat bagi kesehatan mental, bahkan pada populasi yang secara umum sehat. Menariknya, perbaikan mood negatif tidak memengaruhi suasana hati positif (tidak ikut berkurang), di dua kelompok responden tersebut.

Riset ini dipublikasikan di jurnal npj Mental Health Research

Tidak menggantikan obat 

Meskipun hasil studi mengatakan adanya efek positif, para ahli mengingatkan bila probiotik tidak bisa menggantikan pengobatan atau terapi psikiatris. 

Christoph Thaiss, PhD, asisten profesor patologi di Universitas Stanford menggarisbawahi, walau hasil studi ini positif, “probiotik tidak cukup sebagai solusi mandiri dalam pencegahan dan pengobatan penyakit mental.”

“Penting untuk diingat bila probiotik tersedia sebagai suplemen nutrisi yang tidak menjalani pengujian ketat untuk mengetahui efikasinya seperti obat-obat yang disetujui FDA,” tambahnya.  

Namun, Thaiss setuju bila probiotik berperan penting sebagai terapi pendukung dalam pengobatan klinis gangguan mental. (jie)

Baca juga: Saluran Cerna Sehat Otak Anak Cerdas