tidur terlalu lama meningkatkan risiko kanker

Tidur Terlalu Lama Meningkatkan Risiko Kanker

Kita semua tahu betapa pentingnya tidur bagi kesehatan. Kurang tidur bisa menyebabkan berbagai gangguan, mulai dari mood hingga risiko penyakit kardiovaskular. Tetapi tidur terlalu lama juga bukan hal baik, menurut penelitian. 

Sebuah riset menarik yang dilakukan oleh tim dari the Washington University School of Medicine, AS, menyatakan bila tidur terlalu lama meningkatkan risiko kanker. Demikian juga kurang tidur, tidur siang dan pola tidur lainnya meningkatkan risiko esophageal adenocarninoma (EAC) dan esophageal squamous cell carcinoma (ESCC). Keduanya adalah jenis kanker esofagus (kerongkongan). 

Dalam riset tersebut, tim menemukan bila individu yang tidur lebih dari 9 jam per malam berisiko dua kali lipat menderita EAC setelah lebih dari dua tahun, dibandingkan mereka yang tidur normal 7 jam. 

Sebaliknya, mereka yang tidur kurang dari 6 jam, 21% lebih mungkin menderita kanker EAC dan 63% kanker ESCC setelah 2 tahun. 

Studi dilakukan menggunakan data pola tidur 393.114 orang di UK Biobank antara tahun 2006 – 20016. Mereka dipantau selama 10 tahun untuk melihat berapa banyak yang menderita kanker esofagus. Selama periode itu, 294 menderita kanker EAC dan 95 orang didiagnosa ESCC. 

Riset ini dipublikasikan di jurnal Cancer, Epidemiology Biomarkers and Prevention, Juni 2023. Yin Cao, ScD, profesor bedah yang juga pemimpin penelitian mengatakan riset ini diawali dengan adanya bukti tentang adanya hubungan antara kurang tidur dengan kanker esofagus. “Namun perilaku tidur lainnya belum dievaluasi secara komprehensif,” katanya melansir Medscape. 

Tim peneliti juga menilai perlilaku tidur siang. Mereka menemukan bahwa tidur siang atau mengantuk bukan penanda baik untuk kanker kerongkongan. Individu yang terkadang tidur siang berisiko 39% lebih tinggi kanker EAC, dan mereka yang biasanya mengantuk di siang hari berisiko ESCC dua kali lipat setelah 2 tahun. 

Kronotipe, ritme alami kantuk di siang hari, juga tampaknya berperan. Misalnya, menjadi ‘orang malam’ meningkatkan risiko EAC sebesar 32% dan hampir tiga kali lipat risiko ESCC, dibandingkan ‘orang pagi’. 

Demikian juga mereka yang tidur mengorok dan insomnia, punya risiko lebih tinggi kanker esofagus. 

Gangguan ritme sirkadian mungkin berpengaruh

Cao terkejut dengan hasil tidur terlalu lama meningkatkan risiko kanker, demikian juga dengan tidur siang dan mengantuk di siang hari. Mekanisme yang mendasarinya sangat rumit, tukasnya, menambahkan bahwa perilaku tidur yang berbeda mungkin memicu kanker melalui ‘jalur’ yang berbeda.  

“Gangguan fisiologis sirkadian bisa menyebabkan gastroesophageal reflux disease (GERD, naiknya asam lambung ke kerongkongan), faktor risiko paling penting penyebab EAV, melalui perubahan ekspresi gen jam-sirkadian di jaringan esofagus atau menurunkan ekspresi melatonin,” terang Cao. 

“Baik tidur berlebih atau kurang tidur berhubungan dengan disfungsi imunitas, yang bisa memicu kerentanan terhadap kanker esofagus.” Kemungkinan lain yang mengemuka adalah obesitas, diketahui mempengaruhi baik kualitas tidur dan risiko kanker. 

Peneliti menyimpulkan bahwa riset ini dapat berfungsi sebagai faktor risiko yang bisa dirubah untuk kanker esofagus. Mereka mengakui tetap dibutuhkan studi validasi dan mekanistik tambahan. (jie) 

Baca juga: Bukan Berarti Pemalas, Ini Alasan Ilmiah Kenapa Tidur Siang Dianjurkan