peran antibiotik dalam tatalaksana isk

Peranan Antibiotik dalam Tatalaksana ISK

Gejala ISK cukup mudah dikenali, yaitu keinginan untuk buang air kecil (BAK) terus menerus tapi urin yang keluar hanya sedikit, sering kali disertai rasa terbakar atau nyeri tajam saat berkemih/BAK. Dalam bahasa awam, gejala-gejala tadi kerap disebut anyang-anyangan. Kadang juga disertai dengan urin berdarah.

ISK terjadi akibat adanya bakteri di saluran kemih (uretra), yang kemudian berkembang di kandung kemih. Perempuan lebih sering mengalaminya dibandingkan laki-laki lantaran saluran kemih pada perempuan lebih pendek, dan letak anus-lubang kemaluan-lubang kemih saling berdekatan. Ini membuat bakteri/flora dari anus maupun vagina lebih mudah bermigrasi ke saluran kemih, dan lebih cepat mencapai kandung kemih.

Sering kali, ISK dikeluhkan akibat menahan kemih dalam waktu lama. Ini cukup beralasan karena dengan urin yang tertampung lama di kandung kemih, memberi kesempatan bagi kuman untuk berkembang biak.

 

Komplikasi akibat ISK

ISK jarang menyebabkan kondisi serius, tapi bukan berarti bisa diabaikan dan disepelekan. Berikut ini komplikasi yang bisa terjadi akibat ISK yang tidak ditangani secara adekuat.

1. ISK berulang

Infeksi bakteri yang tidak diatasi secara tuntas, bisa menimbulkan ISK berulang. Disebut ISK berulang bila terjadi dua kali atau lebih dalam waktu enam bulan, atau >3 kali dalam periode satu tahun. Perempuan umumnya lebih berisiko mengalami ISK berulang, meradang dan berdarah.

2. Penyempitan uretra

ISK berulang pada laki-laki bisa menyebabkan penyempitan uretra.

3. Persalinan prematur

Ibu hamil yang mengalami ISK berisiko mengalami persalinan prematur, atau melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).

4. Kerusakan ginjal

ISK yang tidak diobati bisa berkembang menjadi infeksi pada ginjal atau pielonefritis. Bila ini sampai terjadi, fungsi ginjal bisa terganggu, bahkan bisa terjadi kerusakan permanen pada ginjal.

5. Sepsis

Ini adalah komplikasi ISK yang paling ditakutkan. Risiko sepsis meningkat ketika infeksi sudah naik sampai ke ginjal. Ditengarai, ISK merupakan salah satu penyebab sepsis paling umum di RS.

 

Tatalaksana ISK

Tatalaksana ISK biasanya melibatkan antibiotik. Pengobatan harus dilakukan sampai tuntas, meski keluhan/gejala sudah hilang. Ini penting untuk mencegah ISK berulang dan/atau complicated (rumit).

Levofloxacin merupakan antibiotik golongan fluoroquiolone, yang banyak digunakan untuk ISK. Sebuah ulasan sistematik dan meta-analisis mengenai levofloxacin dan ciprofloxacin dalam pengobatan ISK dilakukan oleh Zhisong Xue, dkk (2021). Dilakukan analisis terhadap 5 studi dengan total 2.877 pasien. Hasilnya menunjukkan, levofloxacin lebih efektif mengobati ISK dibandingkan ciprofloxacin, meski secara statistik tidak signifikan. Efek samping dari kedua obat tersebut juga tidak berbeda secara signifikan.

Untuk mengobati ISK complicated dibutuhkan antibiotik jangka panjang atau berulang. Namun di sisi lain, hal ini bisa memicu resistansi antibiotik. Golongan quinolone seperti levofloxacin masih jadi pilihan untuk ISK complicated.

Hong Ren, dkk (2017) dalam studinya mengemukakan bahwa durasi terapi levofloxacin penting untuk meningkatkan efikasi dan mengurangi resistensi. Terapi levofloxacin jangka pendek dalam dosis tinggi (750 mg/hari selama 5 hari) umumnya lebih disukai ketimbang terapi dalam durasi yang lbih lama dengan dosis lebih rendah.

Bila diperlukan, bisa dilakukan pemeriksaan urin untuk memastikan bakteri penyebab ISK, sehingga bisa diberikan antibiotik yang tepat. Penting untuk mengenali tanda dan gejala ISK yang mengarah ke kondisi complicated. Tatalaksana ISK harus adekuat, untuk mencegah segala risiko komplikasi. (nid)

__________________________________________

Ilustrasi: Freepik