Mengenal Dua Jenis Obat Semprot Asma – Apa Bedanya dan Kapan Digunakan?
obat_semprot_asma

Mengenal Dua Jenis Obat Semprot Asma – Apa Bedanya dan Kapan Digunakan?

Merawat keluarga yang memiliki asma tidaklah mudah. Hal ini dialami oleh Zaskia Adya Mecca. Suami serta 5 dari 6 anaknya memiliki asma. “Bingung tiap kali anak serangan asma. Puncaknya anak nomor tiga masuk ICU karena serangan asmpa dan pneumonia, saturasi gak naik-naik di 84. Capek banget rasanya,” ujar Zaskia. Zaksia pun bertekad ingin tahu pengobatan yang tepat. Belakangan ia baru tahu, ada dua jenis obat semprot asma.

Dijelaskan oleh dr. H. Mohamad Yanuar Fajar Sp.P, FISR, FAPSR, MARS dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, terjadi dua hal pada paru-paru penyandang asma: hiperreaktivitas brokus dan inflamasi (peradangan) kronis. Asma sendiri ada dua kondisi, stabil dan eksaserbasi (serangan). Ketika terjadi serangan, bronkus menebal dan otot-otot polos pada bronkus berkontraksi sehingga jalan napas menjadi sempit. Muncullah keluhan sesak, dada terasa berat, dan napas berbunyi.

Derajat asma dibedakan berdasarkan kondisi saat stabil dan saat serangan. Dalam kondisi stabil, derajatnya dibagi menjadi empat. Yaitu intermiten (gejala <1x per minggu), persisten ringan (gejala >1x per minggu, tapi <1x sehari), persisten sedang (gejala setiap hari), dan persisten berat (gejala terus menerus dan sering kambuh). Adapun derajat serangan asma terbagi tiga. "Yaitu ringan, sedang, dan berat hingga mengancam jiwa,” terang dr. Yanuar.

Ada banyak hal yang bisa memicu terjadinya serangan asma. Misalnya debu, kelelahan, kepanasan, dan kedinginan. Pada anak-anak, makanan dan minuman dingin misalnya es atau es krim, sebaiknya juga dihindari. “Dingin memicu bronkokonstriksi atau penyempitan saluran napas. Makanya saat musim hujan, biasanya asma kumat di pagi atau malam hari karena saluran panas menyempit. Pada anak, es biasanya juga memicu serangan,” tutur dr. Yanuar.

Baca juga: Asma bisa Sembuh atau Tidak? Berikut Fakta Seputar Asma yang Sering Disalahpahami

Dua Jenis Obat Semprot Asma

Pengobatan asma identik dengan obat semprot atau inhaler. Sesungguhnya, ada dua jenis obat semport asma. Fungsinya berbeda, tapi saling melengkapi. Berikut ini penjelasannya.

1. Obat pelega

Obat semprot asma jenis pelega mengandung SABA (short-acting beta-agonist), yang merupakan bronkodilator kerja cepat. Obat ini bekerja merelaksasi otot-otot pada bronkus, sehingga saluran napas yang menyempit saat serangan asma, menjadi lega.

Golongan obat yang termasuk SABA misalnya salbutamol (albuterol), fenoterol dan procaterol HCl. SABA tidak hanya terkandung dalam obat semprot, tapi juga obat untuk nebulizer/inhalasi. “Bila pasien asma masuk IGD, akan kita inhalasi selama satu jam dengan SABA. Setelah itu dilihat kondisinya, bisa pulang ataukah perlu dirawat,” papar dr. Yanuar.

Obat semprot asma dengan kandungan SABA bisa menjadi penyelamat saat terjadi serangan. Namun bukan berarti harus terus menerus mengandalkan SABA. “SABA hanya dipakai saat serangan. Kalau harus memakai SABA 3-5 kali dalam sebulan, berarti asma tidak terkontrol. Bronkus menjadi lega, tapi inflamasinya tidak terkontrol. Untuk kondisi seperti ini dibutuhkan obat pengontrol,” ujar dr. Yanuar.

Baca juga: Asma Meningkatkan Risiko Kanker, Tidak Hanya Kanker Paru

2. Obat pengontrol

Adapun obat pengontrol mengandung LABA. Seperti halnya SABA, LABA (long-acting beta-agonist) juga merupakan bronkolidator, tapi bekerja lambat, dan efeknya bertahan selama >12 jam. Dengan demikian, bronkus/jalan napas tetap terbuka dalam waktu lama. Yang termasuk golongan LABA misalnya formoterol fumarate.

Dalam obat pengontrol, terkandung LABA untuk menjaga bronkus tetap terbuka, ditambah antiinflamasi untuk mengatasi peradangan kronis. “Hampir 98% pasien asma merasa lega setelah menggunakan SABA, tapi beberapa hari kemudian kambuh lagi karena inflamasinya belum tertangani,” ucap dr. Yanuar.

Untuk itu, mereka dengan asma persisten berat atau sering kambuh, membutuhkan obat pengontrol, di samping obat pelega. “Mereka harus mendapatkan pengobatan yang mengandung kombinasi ICS (antiinflamasi) dan formoterol untuk mengurangi risiko serangan asma,” tegasnya. 

Obat pengontrol dipakai rutin setiap hari, meskipun tidak ada serangan. “Fungsinya untuk mengatasi inflamasi pada saluran napas. Ketika mengalami serangan, tetap menggunakan obat pelega,” jelas dr. Yanuar. Jadi mereka dengan asma yang tidak terkontrol membutuhkan obat semprot jenis pelega (SABA) saat terjadi serangan, dan pengontrol (LABA+antiinflamasi) untuk penggunaan setiap hari.

Zaskia sangat bersyukur kini telah mengenal kedua jenis obat semprot asma. Sudah beberapa bulan terakhir ini anaknya mulai menggunakan obat pengontrol. “Efeknya sudah terasa. Dulu kalau batuk pilek, dalam 24 jam pasti sesak. Sejak pakai LABA, sekarang batuk pilek seperti orang lain, tidak pakai masuk UGD,” ucapnya lega. (nid)

Baca juga: Hindari Penggunaan Obat Asma SABA Berlebihan

____________________________________________

Ilustrasi: Image by krakenimages.com on Freepik