polusi udara di jakarta

Ini Rekomendasi Perhimpunan Dokter Paru Terkait Polusi Udara di Jakarta

Sudah lebih dari tiga bulan, polusi udara di Jakarta dan kota sekitarnya sedang parah-parahnya. Berdasarkan Air Quality Index (AQI) kondisi kualitas udara di kota Jakarta dikategorikan tidak sehat/unhealthy (AQI >150). 

Bahkan pada beberapa hari terakhir dilaporkan Jakarta merupakan kota nomor 1 terpolusi di dunia (Versi IQAir). Kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan dapat berampak pada kesehatan masyarakat.

Dr. Nuryunita Nainggolan, SpP(K), dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menjelaskan, polusi udara merupakan campuran partikel dan gas yang berasal dari antropogenik dan alam yang mengalami modifikasi secara kimia di atmosfer. 

Polutan udara luar ruangan yang paling banyak ditemukan di daerah perkotaan yaitu particullate matter (PM), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3) dan sulfur dioksida (SO2). 

“Berdasarkan data yang ada, sebagian besar sumber polusi udara di Indonesia berasal dari sektor transportasi (80%) diikuti dengan dari industri, pembakaran hutan dan aktivitas domestik. Selain kontribusi kendaraan bermotor, industri, konstruksi dan kondisi musim kemarau juga ditengarai memperburuk kualitas udara,” terang dr. Nuryunita dalam konfernsi pers, Jumat (18/8/2023). 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat setiap tahun ada 7 juta kematian (2 juta di Asia Tenggara) berhubungan dengan polusi udara luar ruangan dan dalam ruangan. 

WHO menyatakan polusi udara di seluruh dunia berkontribusi 25% pada seluruh penyakit dan kematian akibat kanker paru, 17% seluruh penyakit dan kematian akibat ISPA, 16% seluruh kematian akibat stroke, 15% seluruh kematian akibat penyakit jantung iskemik dan 8% seluruh penyakit dan kematian akibat PPOK (penyakit paru obstruksi kronik). 

Selain penyakit saluran napas dan penyakit kronis lain, polusi udara menyebabkan penurunan produktivitas, mangkir kerja dan bolos sekolah. “Peningkatan partikulat di udara berhubungan dengan 10% peningkatan mangkir kerja. Penelitian Neidel M, di Amerika Serikat menunjukkan bahwa polusi udara berhubungan dengan penurunan produktivitas kerja,” imbuh dr. Nuryunita. 

Lantas bagaimana agar tetap sehat saat polusi udara di Jakarta dan kota-kota sekitarnya tinggi? Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) memberikan beberapa tips pencegahan dan penanganan yang dapat dilakukan masyarakat.  

  1. Mengurangi sumber polusi udara dengan beralih dari kendaraan pribadi ke moda transportasi massal atau tidak membakar sampah sembarangan.
  2. Memantau kualitas udara secara realtime – melalui aplikasi di ponsel misalnya IQAir, Nafas, AirVisual, BreezoMeter- untuk bisa mengambil keputusan beraktivitas di luar rumah.
  3.  Mengurangi aktivitas di luar ruangan pada saat kualitas udara tidak sehat (Air Quality Index > 150). 
  4. Hindari aktivitas fisik berat termasuk olahraga apabila berada di luar ruangan pada saat kualitas udara tidak sehat (Air Quality Index > 150). 
  5. Apabila beraktivitas di luar ruangan, hindari area dengan kualitas udara yang tidak sehat dan berbahaya (Air Quality Index > 150). 
  6. Menggunakan masker untuk mengurangi masuknya partikel polusi udara ke dalam saluran napas (terutama bila beraktivitas di luar ruangan). Disarankan masker dengan kemampuan filtrasi partikel yang maksimal (kemampuan filtrasi ≥ 95%), misal masker N95, KN95, dll. Bila tidak tersedia dapatmenggunakan masker bedah. 
  7. Apabila berkendaraan mobil, tutup semua jendela mobil dan nyalakan AC dengan mode recirculate.
  8. Apabila berada di dalam ruangan, jaga kualitas udara dengan tidak menambah polusi di dalam ruangan misalnya tidak merokok, tidak menyalakan lilin atau perapian ataupun sumber api lainnya dalam ruangan. Penggunaan tanaman dalam ruangan yang mempunyai kemampuan air purifier (misal sanseviera / lidah mertua, Peace lili, lidah buaya, dll) atau peralatan air purifier disarankan untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan tetap baik. 
  9. Memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan pada beberapa penelitian dilaparkan dapat mengurangi dampak polusi udara. (jie)

Baca juga: Polusi Udara Di Jakarta Makin Parah, Ini Saran Dokter Bila Akan Olahraga di Outdoor