kontrasepsi mencegah stunting

Efek Samping Positif KB: Kontrasepsi Mencegah Stunting

Menggunakan kontrasepsi tidak semata-mata untuk menunda kehamilan, dua penelitian (satu di lakukan di dalam negeri) menjelaskan bila kontrasepsi berkontribusi untuk mencegah stunting.

Fakta stunting di Indonesia masih memprihatinkan, di mana 3 dari 10 anak Indonesia mengalami stunting pada 2021. Meskipun hasil survei menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, jumlah anak stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 24,4% (menurut Studi Status Gizi Indonesia 2021). Angka ini masih lebih tinggi dari ambang batas WHO, yaitu 20%.  

Penelitian di Peru, Ethiophia, Sinegal, Nepal dan Kyrgyzstan tentang pencegahan stunting menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kehamilan, nutrisi selama kehamilan, perawatan ibu hamil dan bayi baru lahir, serta mengatur jarak antarkehamilan berperan signifikan mencegah stunting.

Terkait mengatur kehamilan, di sinilah peran kontrasepsi mencegah stunting. Riset Nina Fentiana, dkk, dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menguatkan pendapat bila kontrasepsi menjadi salah satu alat untuk mencegah stunting.

Mereka menggunakan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018, Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Badan Pusat Statistik. Hasil analisis menunjukkan bila penggunaan kontraspsi di tingkat kabupaten/kota menurunkan angka stunting hingga 2,25%. Faktor lain yang berkontribusi pada penurunan stunting adalah pelayanan antenatal (2,56%) dan perilaku cuci tangan pakai sabun (5,76%).

Peneliti menyimpulkan bila pelayanan antenatal, penggunaan kontrasepsi dan cuci tangan pakai sabun berkontribusi terhadap penurunan prevalensi stunting sebesar 18,18%. Riset ini diterbitkan di Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2022.

Studi lain di Guatemala menunjukkan hasil yang serupa. Sebagai informasi, prevalensi stunting di Guatemala sangat tinggi, di mana 47% anak balita mengalami stunting, menurut data Survei Nasional Kesehatan Ibu dan Anak (Encuesta Nacional de Salud Materno Infantil /ENSMI) 2014-2015.  

Penelitian David Flood, et al, tersebut melibatkan 12.440 anak usia 0-59 bulan. “Kami membuat model linier multivariabel dan regresi Poisson untuk menilai apakah pertumbuhan linear anak dan stunting berhubungan dengan variabel kontrasepsi,” tulis peneliti di BMJ Pediatrics Open (2019).

Riset tersebut membuktikan bila penggunaan kontrasepsi secara signifikan berkaitan dengan skor tinggi badan yang lebih baik. “Penggunaan kontrasepsi dikaitkan dengan pertumbuhan linier anak yang lebih baik dan berkurangnya stunting pada anak di Guatemala,” peneliti menyimpulkan.

Kehamilan tidak direncanakan masih tinggi

Hamil terlalu muda, hamil berulang/sering berhubungan erat dengan stunting. Menunda atau mengatur jarak kehamilan berarti memberi kesempatan bagi orangtua menyiapkan kehamilan sebaik mungkin, baik dari segi mental, nutrisi dan pemenuhan kebutuhan calon bayi. Berarti juga bisa lebih fokus pada kebutuhan anak lainnya.

Peran kontrasepsi semakin penting saat melihat data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bahwa ada lebih dari 400.000 kehamilan yang tidak direncanakan selama pandemi COVID-19. Bahkan sebelum pandemi berlangsung data menyatakan ada sekitar 80 juta kehamilan setahun di dunia, termasuk Indonesia; 34 juta kelahiran tidak diharapkan.

Survei yang dilakukan oleh DKT Indonesia (produsen kontrasepsi Andalan) tahun 2019 menyatakan hanya 43% wanita Indonesia yang menggunakan kontrasepsi modern (pil KB, KB suntik, IUD, implant), 3% menggunakan kontrasepsi tradisional, dan 54% wanita tidak menggunakan kontrasepsi.

Memahami hubungan antara kontrasepsi dan pertumbuhan anak merupakan hal yang relevan bagi ibu, juga para pembuat kebijakan. Kontrasepsi, selain mengatur kehamilan, terbukti memiliki manfaat tambahan menurunkan / mencegah stunting. (jie)

Baca juga: Kontrasepsi ‘Cantik’ Efektif Cegah Kehamilan dan Menghilangkan Jerawat Berlebih