kanker payudara her2 positif
kanker payudara her2 positif

Apa Itu Kanker Payudara HER2-Positif dan Terapi Terbarunya

Satu dari lima perempuan dengan kanker payudara memiliki jenis kanker payudara HER2-positif. Jenis kanker payudara ini lebih agresif dan menyebar lebih cepat. Pesatnya perkembangan pengobatan kaker payudara HER2-positif memberi harapan bagi pasien. 

Kanker payudara masih menempati peringkat nomor wahid kasus kanker di Indonesia maupun dunia. Menurut data dari GLOBOCAN 2020, kanker baru payudara menyumbang 16,6% (65.858) dari total kasus baru kanker yang mencapai 396.914 di Indonesia. Adapun kematian yang disebabkan oleh kanker payudara menempati urutan 2 kematian akibat kanker, setelah kanker paru.

Secara umum, kanker payudara dibagi menjadi tiga: HR positif (HR+), HER2-positif (HER2+) dan triple negative. HR (human epidermal growth factor receptor) positif berarti pertumbuhan sel-sel kanker payudara dipicu oleh hormon, baik estrogen, progesteron, atau keduanya. 

Pada jenis HER2-positif, sel kanker berasal dari protein HER2 yang tumbuh tak terkendali. Dan pada triple negative, sel kanker tidak dipengaruhi oleh hormon, dan tidak juga dipengaruhi oleh HER2; singkatnya HR (estrogen dan progesteron)-negatif, dan HER2-negatif.

Baca: Tiga Subtipe Kanker Payudara

Kanker payudara dengan HR+ adalah yang terbanyak, mengenai sekitar 75% perempuan dengan kanker payudara. Sementara HER2-positif ditemukan pada 15–20% dari kanker payudara dan memiliki prognosis (perjalanan penyakit) yang buruk. 

Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, FINASIM, menjelaskan, HER2 merupakan protein yang terdapat di permukaan sel yang berfungsi untuk pertumbuhan dan proliferasi (pembelahan) sel. 

Jika jumlah HER2 terlalu banyak dapat mengakibatkan pertumbuhan sel yang cepat dan tidak terkendali. Pada sel kanker HER2 positif maka sel kanker menjadi lebih agresif dan menyebar dengan cepat. 

“Tiap-tiap kanker payudara memiliki kesenangan (kecenderungan) metastase, ia (HER2+) di otak,” terang dr. Andhika, dalam diskusi bertajuk Inovasi Pengobatan Kanker Payudara HER2-Positif untuk Hasil Penanganan Kanker yang Nyaman dan Efisien, Jumat (21/7/2023). 

Deteksi dini dan penatalaksanaan yang tepat terhadap kanker payudara HER2 positif menjadi sangat penting untuk memaksimalkan penanganannya. Kabar baiknya, terapi -khususnya terapi target- sangat efektif membunuh sel-sel kanker, sehingga prognosis (perjalanan penyakit) kanker payudara HER2-positif sebenarnya cukup baik.

Diagnosis

Wanita yang didiagnosis kanker payudara akan diuji untuk HER2. Ini melibatkan biopsi untuk mendapatkan sampel kanker untuk pengujian. Biopsi adalah prosedur aman yang biasanya dapat dilakukan di klinik dokter dengan anestesi lokal. Ada dua jenis tes:

  1. Tes immunohistochemistry (IHC). IHC akan menguji keberadaan reseptor protein HER2 ekspresi berlebih. Nilai IHC 0 dan 1+ dianggap negatif, nilai 2+ dianggap belum pasti, sementara 3+ adalah positif.
  2. Tes in situ hybridisation (ISH). Tes ini melihat genetika sampel kanker untuk memastikan apakah kanker tersebut HER2 positif atau HER2 negatif. Jika hasilnya tidak meyakinkan, sering kali tes IHC akan dilakukan, dan/atau tes ISH lainnya, atau sampel baru mungkin diperlukan.

Injeksi di bawah kulit mempersingkat waktu 

Terapi kanker payudara HER2-positif memberi manfaat optimal saat menggabungkan pengobatan konvensional (kemoterapi, radiasi) dengan terapi target berisi antibody monoclonal yang menghambat HER2. 

Perkembangan terbaru, obat terapi target untuk HER2+ bisa diberikan lewat suntikan (injeksi), sehingga sangat menghemat waktu. Berdasarkan studi PHranceSCa, 85% pasien dengan kanker payudara HER2-positif lebih memilih terapi suntik subkutan (di bawah kulit) pertuzumab+trastuzumab, dibandingkan infus. 

Sebagai informasi, hingga saat ini terapi pertuzumab+trastuzumab infus merupakan terapi standar kanker payudara HER2-positif. Tetapi pemberian infus 2 obat ini memberikan banyak tantangan bagi pasien dan sistem kesehatan. 

Dari sisi waktu, membutuhkan waktu lama di rumah sakit (sekitar 9 jam dari proses infus hingga pemantauan). Hingga tantangan lain bagi tenaga kesehatan dalam proses pelarutan, dll. 

“Pengobatan inovatif ini juga menguntungkan bagi tenaga kesehatan karena mengurangi waktu perawatan karena diberikan tanpa rekonstitusi, tanpa pelarutan, tanpa penyesuaian/perhitungan dosis sesuai berat badan pasien dan tanpa akses jalur infus seperti kemoport” tambah dr. Andhika. 

Waktu yang dibutuhkan dengan suntikan subkutan ini sekitar 5-8 menit, dibandingkan 9 jam untuk infus. Pengobatan ini ditujukan kepada pasien dengan kanker payudara HER2 positif stadium dini dan stadium metastatik, dan untuk digunakan bersama dengan perawatan kemoterapi. (jie)

Baca juga: Peranan Bidan dalam Deteksi Dini Kanker Payudara