makanan yang dihindari untuk penyakit radang usus
penyebab radang usus

Makanan Terbaik dan Yang Sebaiknya Dihindari Penderita Radang Usus

Penyakit radang usus atau yang dikenal sebagai inflammatory bowel disease (IBD) belum diketahui pasti penyebabnya. Namun faktor makanan mempengaruhi risiko seseorang mengalami radang usus. Bisa memperburuk atau mencegah kekambuhan IBD.

IBD merupakan reaksi peradangan di saluran cerna, berkaitan dengan respons imun yang menyimpang. Diduga, ketidakseimbangan bakteri usus dapat memicu reaksi abnormal ini. Faktor genetik turut berperan.  

Penyakit radang usus terbagi atas kolitis ulseratif (UC; bila radang terjadi hanya di usus besar), dan penyakit Crohn (menyerang di sepanjang saluran cerna). Radang usus bersifat kronis (jangka panjang) dan mungkin kambuh sewaktu-waktu tanpa sebab.

Sejauh ini, penyebab IBD belum diketahui. Satu atau kombinasi beberapa faktor, memicu sistem imun tubuh memroduksi reaksi radang di saluran cerna yang berlanjut tanpa kontrol. Akibatnya, dinding usus rusak dan terjadi nyeri perut dan diare berdarah.  

Makanan tidak secara langsung menyebabkan IBD. Namun konsumsi makanan tinggi lemak, daging merah/daging olahan, gula dan alkohol bisa meningkatkan risiko IBD.

Penelitian di American Journal of Clinical Nutrition bandingkan perbedaan pola makan masyarakat Jepang dari tahun 1966-1985. Ketika insiden penyakit Crohn dan asupan makanan sehari-hari ditelaah, terlihat bahwa protein hewani muncul sebagai faktor risiko independen yang paling kuat.

Riset berjudul Diet and Relapsing Ulcerative Colitis: Take off the Meat? menjelaskan bila protein hewani terutama daging merah, berkontribusi meningkatkan jumlah racun hydrogen sulphide di kolon, berakibat buruk untuk penderita UC. Hydrogen sulphide juga dapat mengganggu kerja butirat, molekul antiradang di kolon. Konsumsi daging merah dan daging olahan, meningkatkan kemungkinan kambuh >5 kali.

Russel et al, melakukan studi kasus pada individu yang baru didiagnosa UC. Mereka menunjukkan hubungan positif antara konsumsi minuman ringan dan coklat dengan kejadian radang usus. Sebaliknya riset lain juga menjelaskan bila tidak ditemukan hubungan antara konsumsi vitamin C dan buah dengan kekambuhan UC.

Butirat dan radang usus

Pasien dengan radang usus luas dan aktif mengalami penurunan oksidasi butirat di kolon. Perbaikan penyakit UC terkait dengan normalisasi oksidasi butirat, maka meningkatkan kadar butirat menjadi penting untuk mencegah kekambuhan.  

Mengonsumsi serat akan menambah populasi bakteri baik (probiotik) seperti Lactobacillus di usus besar (kolon), sekaligus meningkatkan konsentrasi butirat di feses.

Konsumsi oat bran (setara 20 gram serat) selama tiga bulan pada pasien UC dalam masa remisi (tidak kambuh) efektif menaikkan kadar butirat feses. Dan tidak terjadi kekambuhan, menurut riset Claes Hallert, dkk. Alternatif lain dengan memberikan serat – yang adalah makanan bagi bakteri baik, atau secara langsung memberikan makanan/minuman sumber probiotik.

Infeksi usus

Masih terkait radang usus oleh bakteri, salah satunya adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori (H.pylori), menyebabkan luka (tukak) lambung dan usus 12 jari. Beberapa studi juga mencoba mengklarifikasi interaksi antara infeksi H. pylori dengan kejadian IBD pada pasien.

H.pylori adalah bakteri yang hidup di lambung; tahan terhadap asam lambung. Infeksi H.pylori memiliki gejala yang mirip dengan maag, namun lebih berat. Para ahli belum mengetahui pasti penyebab kenapa bakteri ini kemudian menimbulkan masalah.

Zhabiz Golkar, dkk, dari South Carolina Center of Biotechnology, Clafin University, menuliskan bila faktor utama peningkatan prevalensi infeksi bakteri, termasuk H.pylori, adalah munculnya bakteri resisten antibiotik (akibat konsumsi antibiotik tidak sesuai anjuran) secara global.  Untuk itu, mencari alternatif antibakteri selain antibiotik bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi risiko infeksi.

Probiotik vs radang usus

Usus sehat adalah kunci bagi penderita radang usus. Menjaga jumlah dan keragaman bakteri baik dapat mempengaruhi seluruh sistem Anda. Ini adalah kunci untuk menurunkan peradangan dan meningkatkan respons kekebalan (80% sistem imun terbentuk di usus).

Penelitian menemukan, radang usus bisa terjadi ketika jumlah bakteri berbahaya melebihi populasi bakteri baik (disbiosis). Studi juga menyebutkan bila probiotik bermanfaat dalam terapi radang usus atau infeksi H.pylori.

Keiichi Mitsuyama, dkk (2008) meneliti efek bakteri baik terhadap kolitis ulseratif (CU). Sebanyak 10 pasien CU derajat ringan-sedang, mendapat terapi tambahan berupa susu fermentasi mengandung L. casei Shirota strain (LcS), di samping terapi konvensional, selama 8 minggu. Sebagai kelompok kontrol, 9 orang dengan sejarah radang usus hanya menerima terapi konvensional.

Hasilnya, dibandingkan kelompok kontrol, kelompok LcS  memiliki perbaikan status radang ususnya secara signifikan setelah 4, 6 dan 8 minggu. Konsumsi susu fermentasi mengandung LcS terbukti bisa diterima dengan baik oleh pasien, dan tidak dilaporkan ada efek samping.

Sedangkan Matsumoto S, dkk (2009) menunjukkan, LcS memberi efek positif terhadap IBD dan CAC (colitis-associated cancer; kanker yang terkait dengan kolitis). Efek positive lainnya seperti memperbaiki fungsi barrier usus dan kondisi disbiosis oleh LcS juga ditemukan oleh Wong, dkk (2022).

Lalu bagaimana dengan peranan bakteri baik terhadap infeksi H. pylori?

Bakteri  LcS juga terbukti menghambat aktivitas pathogen H.pylori. Selama 9 bulan tikus yang terinfeksi H.pylori diberikan LcS dalam suplai air. Kolonisasi H.pylori dan perkembangan radang lambung dinilai pada 1,2,3,6, dan 9 bulan setelah infeksi.

Penurunan signifikan kadar kolonisasi H.pylori diamatin dalam antrum (bagian bawah lambung) dan mukosa tubuh pada grup yang diberikan LcS. Pengurangan ini disertai dengan penurunan peradangan yang signifikan di mukosa lambung kronis dan aktif yang diamati pada setiap titik waktu selama periode pengamatan.

Konsumsi makanan/minuman mengandung probiotik/bakteri baik terbukti secara ilmiah mengembalikan kondisi keseimbangan ekosistem bakteri usus. Berdampak baik untuk menurunkan peradangan dan memperbaiki infeksi usus oleh bakteri. (jie)

______________________________________________________

Ilustrasi: cookie_studio on Freepik

 

Baca Juga :