manfaat vitamin D2 dan D3 bagi tubuh

Antara Vitamin D2 dan D3, Mana Yang Lebih Baik?

Vitamin D sedang naik daun sejak pandemi COVID-19 lalu. Manfaatnya lebih dari sekedar menguatkan tulang. Ada dua jenis vitamin D, D2 dan D3. Keduanya dibutuhkan tubuh, tetapi mana yang lebih baik?

Vitamin D (calciferol) adalah vitamin larut lemak, tetapi ia lebih bekerja sebagai hormon dibanding sebagai suatu vitamin. Vitamin D diperlukan untuk meningkatkan penyerapan kalsium dalam usus dan menjaga konsentrasi serum kalsium dan fosfat.

Vitamin ini sebagian besar diproduksi di kulit, sebagai respons paparan sinar matahari (ultraviolet / UV); sinar UV mengaktifkan vitamin D di bawah kulit. Hanya sekitar 10-20% vitamin D yang didapatkan dari makanan. Lever dan ginjal merubah vitamin D (yang diproduksi kulit atau didapat dari makanan) menjadi bentuk aktif; disebut calcitriol (1,25-dihydroxyvitamin D).

Vitamin D memiliki reseptor di hampir seluruh bagian tubuh. Ini membuat manfaat vitamin D tidak hanya untuk kesehatan tulang. Kecukupan vitamin D akan melancarkan kerja jaringan, sel dan organ, termasuk sel-sel imunitas. Vitamin D terbukti bermanfaat pada kesembuhan infeksi pernapasan, COVID-19, DBD, diabetes, gangguan neurokognitif hingga kanker.

Walau Indonesia adalah negara tropis dengan sinar matahari melimpah sepanjang tahun, kejadian defisiensi (kekurangan) vitamin D tinggi. Penelitian TJ Green, dkk, menunjukkan bila lebih dari 60% wanita di Jakarta dan Kuala Lumpur usia 18-40 tahun memiliki status vitamin D kurang dari normal. Riset ini diterbitkan di European Journal of Clinical Nutrition (2008).

Studi tahun 2021 pada 120 anak-anak (usia 7 - 12 tahun) di Jakarta memberikan gambaran yang lebih baik. Didapatkan 37,5% tidak cukup (insufisiensi) vitamin D, 1,7% dengan defisiensi vitamin D dan 60,8% anak cukup (sufisien) vitamin D.

Berbagai alasan menyebabkan tingginya kejadian kurang vitamin D, termasuk lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan dan tidak banyak bergerak, kekurangan makanan yang diperkaya vitamin D, penggunaan tabir surya, penggunaan hijab, penyakit kronis hingga obesitas.

Rata-rata kadar vitamin D masyarakat Indonesia < 20 ng/mL. Klasifikasi kadar vitamin D menurut American Association of Endocrinologist menyebutkan cukup vitamin D adalah antara 30-100 ng/mL (kadar optimal >50 ng/mL); insufisiensi antara 20-30 ng/mL; defisiensi vitamin D jika <20 ng/mL. Sementara >100 ng/mL adalah potensi toksik.

Dua bentuk vitamin D, mana yang lebih baik untuk Anda?

Makanan sumber vitamin D antara lain ikan laut dalam (tuna, salmon, dll), kuning telur, jamur shiitake, dan makanan yang difortikasi vitamin D (susu, yogurt, sereal, dll). Namun untuk sebagian besar orang, cara terbaik mencukupi vitamin D adalah dengan suplemen – dibutuhkan konsumsi makanan dalam jumlah banyak untuk mencukupi kebutuhan vitamin D harian.

Suplemen vitamin D tersedia dalam dua bentuk: vitamin D2 (ergocalciferol / pre-vitamin D) dan D3 (cholecalciferol). Vitamin D2 dibuat dari sumber nabati, sementara D3 ditemukan dari sumber hewani – ia juga adalah yang secara alami diproduksi oleh tubuh di bawah kulit.

Vitamin D2 dan D3 memiliki kemampuan berbeda dalam meningkatkan kadar vitamin D dalam darah. Hati memetabolisme vitamin D2 menjadi 25-hydroxyvitamin D2, dan vitamin D3 menjadi 25-hydroxyvitamin D3. Kedua komponen ini disebut calcifediol.

Calcifediol adalah bentuk sirkulasi utama dari vitamin D, dan kadarnya dalam darah mencerminkan simpanan nutrisi ini di tubuh.

Namun beberapa studi menyatakan bila vitamin D2 tampaknya menghasilkan lebih sedikit calcifediol, daripada D3 dalam jumlah yang sama. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa vitamin D3 lebih efektif meningkatkan kadar calcifediol dalam darah.

Misalnya penelitian di the Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism yang melibatkan 32 lansia wanita. Ditemukan satu dosis vitamin D3 dua kali lebih efektif dibanding D2 meningkatkan kadar calcifediol.

Penelitian lain oleh Albert Shieh, et al, menunjukkan vitamin D3 adalah yang paling banyak digunakan, lebih aman, stabil dan baik dalam meningkatkan kadar vitamin D di dalam darah.   

Prinsip terapi vitamin D

Untuk pencegahan defisiensi, American Association of Clinical Endocrinologist (AACE) merekomendasikan kebutuhan vitamin D per hari adalah 400 – 1000 IU untuk umur 0-1 tahun, dengan batasan aman maksimal adalah 2000 IU.

Pada kelompok usia 1-18 tahun AACE merekomendasikan 600 – 1000 IU per hari, dengan batas aman maksimal adalah 4000 IU. Untuk > 18 tahun kebutuhan harian adalah 1500 – 2000 IU (batas aman 10.000 IU). Sementara pada mereka yang obesitas atau dengan gangguan penyerapan rekomendasi harian sebanyak 4000 – 6000 IU (batas aman maksimal 10.000 IU).

Sementara berdasarkan keputusan BPOM tahun 2021 vitamin D memiliki rentang keamanan yang luas dengan NOAEL (No Observe Adverse Effect Level) adalah 10.000 IU per hari. Dan, vitamin D3 1000 – 4000 IU masuk ke dalam suplemen.

Untuk terapi defisiensi anak di Indonesia menggunakan Panduan Praktik Klinis terbaru dari IDAI 2018. Kebutuhan anak terhadap vitamin D adalah minimal 400 IU per hari mulai dari bayi baru lahir. Sedangkan pada kondisi tertentu seperti risiko defisiensi dan terapi defisiensi membutuhkan dosis lebih dengan panduan khusus.

Mencukupkan kadar optimal vitamin D antara 40 - 60 ng/mL dapat mencegah risiko penyakit, membantu perbaikan penyakit dan disarankan untuk konsumsi vitamin D secara rutin. (jie)

_____________________________________________

Ilustrasi: jcomp on Freepik