HPV Bukan Penyakit Menular Seksual, Vaksin Penting bagi Remaja
vaksi_hpv_remaja_dewasa

HPV Bukan Penyakit Menular Seksual, Vaksin Penting bagi Remaja dan Dewasa

“Berhentilah menganggap bahwa HPV adalah penyakit menular seksual,” tegas Kenneth Alexander, MD, Ph.D dari Nemours Children’s Hospital, Orlando, Amerika Serikat (AS), dalam sebuah diskusi ilmiah di Jakarta baru-baru ini. Menganggap bahwa infeksi HPV adalah penyakit menular seksual akan membuat kita menstigma bahwa kanker serviks dan kanker/penyakit lain yang bisa ditimbulkan oleh infeksi HPV adalah penyakit orang "nakal", dan membuat kita merasa tidak perlu melindungi anak gadis kita yang belum berhubungan seksual.

Infeksi oleh HPV (Human Papilloma Virus) utamanya memang melibatkan hubungan seksual.  Namun virus penyebab kanker serviks ini bisa menjangkiti semua orang, termasuk pasangan monogami yang saling setia. Bahkan pernah ditemukan infeksi HPV pada perempuan yang belum pernah berhubungan seksual. “Virus HPV sama umumnya dengan bakteri Streptococcus atau Staphylococcus yang menyebabkan infeksi saluran napas,” imbuh Prof Kenneth. Dengan kata lain, HPV sangat mungkin menginfeksi semua orang. Dalam masa hidupnya, 8 dari 10 orang laki-laki dan perempuan akan terinfeksi HPV. Gadis remaja perlu dilindungi sejak dini, sebelum ia aktif secara seksual.

Sekadar informasi, ada >200 tipe HPV; sebagian bisa menyebabkan kanker (tipe onkogenik/risiko tinggi), misalnya tipe 16 dan 18. Selain bisa menyebabkan kanker serviks pada perempuan, HPV jenis ini juga bisa memicu kanker vulva, vagina, mulut, lidah, orofaring, tenggorokan, dubur, dan penis. (Baca juga: Ups! HPV Tidak Hanya Sebabkan Kanker Serviks, tapi Juga Kanker Lain)

Sebagian HPV merupakan tipe onkogenik (risiko rendah). Tipe ini tidak menyebabkan kanker, tapi bisa menyebabkan kutil kelamin (kondiloma), baik pda laki-laki maupun perempuan. Yang paling banyak menyebabkan keluhan ini yakni HPV tipe 6 dan 11.

Bukan berarti “aman” bila mengalami infeksi HPV yang tipe non onkogenik. “Sering juga terjadi infeksi campuran. Saya pernah menemukan sampai tujuh tipe HPV, gabungan onkogenik dan non onkogenik,” tutur dr. Andi Darma Putra, Sp.OG(K) dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

(Baca juga: Manfaat Vaksin  HPV, Jangka Pendek dan Panjang)

Untuk terjadinya perubahan sel-sel serviks normal menjadi kanker, butuh waktu paling cepat enam bulan hingga dua tahun. Bahkan bisa sampai 15-20 tahun. “Karena itu, jangan heran bila perempuan yang sudah menjanda 10 tahun bisa kena,” ujar dr. Andi. Kadang, gejala kanker serviks di usia menopause berupa berdarahan terabaikan, karena dianggap penghabisan haid. "Namun sampai dua tahun terus berlanjut. Ternyata begitu ditemukan, kanker sudah stadium lanjut,” imbuhnya.

Di sisi lain, ada kesempatan panjang untuk melakukan skrining atau deteksi dini. Berdasarkan literatur, skrining perlu dilakukan 3-5 tahun. “Namun di Indonesia kita sarankan setahun sekali,” terang dr. Andi.

 

Vaksin untuk remaja dan dewasa

Tidak pernah ada kata terlambat untuk vaksinasi HPV. Perempuan yang sudah aktif secara seksual dan mendapati hasil pap smear yang abnormal pun tetap bisa mendapat vaksin. “Bila seorang perempuan memiliki hasil pap smear yang abnormal, mungkin ia hanya terkena satu tipe HPV. Vaksin masih melindungi dari HPV tipe lain,” papar Prof. Kenneth.

Pap smear justru bisa menjadi jalan untuk mendorong perempuan melakukan vaksinasi. Bahkan sekalipun sudah menjalani tes HPV-DNA dan mendapati bahwa ada infeksi HPV di luar tipe yang ada dalam vaksin, vaksinasi masih bisa dilakukan.

Vaksin HPV saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Saat ini, di luar negeri sudah ada vaksin yang mencakup 9 tipe HPV. Hingga vaksin ini masuk ke Indonesia, kita bisa melindungi diri dari vaksin yang sudah di sini, misalnya vaksin kuadrivalen, yang mencakup empat tipe HPV (6, 11, 16, 18).

(Baca juga: Vaksin HPV Tidak Sebabkan Menopause Dini)

Berdasarkan penelitian, vaksin HPV diindikasikan untuk usia 9-45 tahun. Laki-laki pun boleh mendapat vaksin ini. Untuk usia dewasa, vaksin diberikan dalam tiga dosis, dengan jadwal 0-2-6 bulan. “Untuk usia di bawah 14 tahun, cukup dua dosis dengan interval antar dosis enam sampai 12 bulan,” terang dr. Andi. Namun bila dana Anda terbatas, disarankan untuk memproritaskan anak perempuan.

Vaksinasi yang dilakukan pada anak gadis biayanya lebih murah. Antibodi yang terbentuk pun lebih baik, dan pastinya akan melindungi masa depan si anak. Berdasarkan penelitian sejak vaksin ini diluncurkan 11 tahun lalu hingga sekarang, vaksin HPV terbukti aman. Dan, sudah dinyatakan halal oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Prof Kenneth melanjutkan, infeksi HPV tidak bisa dianggap remeh. Sekitar 8.500 perempuan meninggal akibat kanker yang disebabkan oleh HPV. “Ini setara dengan satu kecelakan Boeing 747 tiap tiga minggu,” tandasnya. Yang pasti, risiko terkena infeksi HPV selalu ada, dan kita punya kesempatan melindungi diri dan si Upik dengan vaksin. (nid)

___________________________________

Ilustrasi: edsavi30 / Pixabay.com