Keluhan nyari lutut semakin sering terjadi saat seseorang menginjak usia 50 tahun plus. Kita menganggap ini sebagai faktor “U”, tetapi benarkah demikian. Kenapa nyeri lutut kerap terjadi seiring penuaan?
Nyeri lutut, kaku lutut atau tidak bisa gegas berdiri dari posisi duduk adalah beberapa keluhan yang sering kita dengar. Elizabeth T. Nguyen, MD, spesialis rehabilitasi dari New York-Presbyterian Hospital of Columbia and Cornell, menjelaskan penyebab nyeri lutut pada lansia, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
1. Tulang rawan aus
“Cartilage (tulang rawan) melindungi tulang dan sendi, bekarja sebagai peredam guncangan di sendi lutut,” terang Dr. Nguyen. Dengan kata lain, jaringan ikat ini merupakan bantalan penting untuk stuktur tubuh.
Seiring penuaan, tulang rawan cenderung menjadi aus. Saat ini terjadi, “fungsi peredam guncangan di sepanjang sendi berkurang, yang berpotensi menyebabkan nyeri lutut,” katanya, meskipun tidak semua orang dengan keausan tulang rawan mengalami nyeri sendi.
Lakukan latihan penguatan sendi lutut untuk mencegah perburukan nyeri sendi. Jenis latihan (olahraga) yang paling disarankan adalah squat.
Ini melatih sekelompok otot paha, namun juga bermanfaat untuk kesehatan lutut. Bahkan, “penelitian menunjukkan hubungan antara kelemahan otot paha dengan nyeri lutut,” imbuh Dr. Nguyen.
2. Bobot tubuh bertambah
Penuaan erat kaitannya dengan bobot tubuh yang sulit turun, berhubungan dengan perlambatan metabolisme tubuh dan lebih jarang bergerak.
Faktanya, bobot tubuh yang bertambah bisa menyebabkan nyeri sendi lutut. Semakin berat bobot tubuh, semakin besar tekanan yang ditahan sendi lutut.
Dr. Nguyen juga menjelaskan, kelebihan berat badan, bahkan obesitas, juga memicu peradangan sistemik yang bisa mempengaruhi sendi. Radang kronis mampu menyebabkan kaku atau nyeri sendi.
“Menurunkan satu pon (0,45 kg) berat badan akan mengurangi tekanan di sendi lutut sekitar empat kali lipat,” kata Dr. Nguyen.
3. Otot yang melemah
Secara alamiah massa otot akan berkurang hingga 5% setiap 10 tahun setelah usia 30 tahun. Tetapi kondisi sarkopenia – kehilangan massa otot pada lansia - sama dengan kelemahan yang lebih besar dan mobilitas yang lebih sedikit, ini membahayakan kesehatan lutut mereka.
“Otot paha depan (quadricep) dan otot gluteal di sepanjang pinggul penting untuk menggerakkan dan menstabilkan sendi lutut,” tukas Dr. Nguyen. “Otot quadricep juga berperan menyerap tekanan di lutut.”
Ketika kelompok otot ini melemah, bisa memicu gangguan sendi, ketidakstabilan sendi, cedera dan akhirnya nyeri sendi. Latihan penguatan otot paha seperti squat atau menggunakan resistance-band sangat disarankan.
4. Terlalu mager
Umumnya lansia jarang bergerak. Masalahnya, terlalu banyak duduk akan memperburuk kondisi lutut.
Mager (malas bergerak) akan mempercepat penyusutan dan pengerasan tulang rawan, menyebabkan berkurangnya jangkauan pergerakan sendi. Sebaliknya tetap aktif memberi tekanan (normal) ke persendian dan mendukung aliran cairan sinovial (cairan pelumas sendi).
5. Punya riwayat cedera sendi
Cedera sendi di masa muda bisa berdampak di usia lanjut. “Patah tulang atau cedera ligamen adalah faktor risiko untuk osteoarthritis (radang sendi) pascatrauma,” Dr. Nguyen menjelaskan.
Disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli rehabilitasi untuk membantu mencegah timbulnya dan perburukan radang sendi. “Terapi fisik dapat membantu Anda mengatasi imobilitas, kelemahan dan gangguan fungsi yang mendasarinya,” lanjut Dr. Nguyen.
Kapan harus ke dokter
Walau nyeri lutut kerap terjadi seiring penuaan, dan dianggap normal, nyeri lutut perlu perawatan medis jika sudah mengganggu aktivitas sehari-hari atau mengurangi kualitas tidur Anda.
Memberikan kompres dingin, mengistirahatkan sendi dan mengonsumsi obat pereda nyeri bisa membantu mengatasi nyeri lutut.
Dr. Nguyen menyarankan, jika cara tersebut tidak berhasil, atau nyeri lutut akibat cereda akut menjadi bengkak, nyeri hebat dan ada ketidakmampuan berjalan, segera temui dokter. (jie)