Kejang demam dan ruam popok penyakit yang diderita bayi

Kejang Demam dan Ruam Popok, Apa yang Perlu Diketahui?

Kejang demam dan ruam popok adalah dua penyakit yang kerap diderita bayi dan anak-anak. Kejang demam kerap membuat orangtua panik - karena tampak mengerikan. Sedangkan ruam popok membuat bayi rewel, sering menangis dan tidak bisa tidur, dikarenakan adanya iritasi pada kulit bayi di daerah popok dan inflamasi yang membuat bayi kesakitan. Bayi yang mengalami ruam popok juga akan menyebabkan orang tuanya (Ibunya) tidak tenang dan tersiksa.

Kejang Demam

Kejang demam alias step terjadi saat ada kenaikan suhu secara drastis dan mendadak, lebih dari 38°C, tanpa penyebab lain seperti infeksi otak, kelainan elektrolit, atau epilepsi yang diketahui.

International League Against Epilepsy Commision on Epidemiology and Prognosis menyebutkan penyabab terbanyak kejang demam adalah infeksi virus, dibandingkan bakteri. Umumnya terjadi pada 24 jam pertama sakit dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut, seperti faringitis, otitis media, pneumonia, infeksi saluran kemih dan radang di saluran cerna.

Beberapa hal diketahui berisiko memicu kejang demam:

  1. Umur. Terjadinya kejang demam berkisar antara enam bulan hingga lima tahun, di mana pada usia ini bayi/anak mempunyai nilai ambang kejang yang rendah, sehingga mudah terjadi kejang demam.
  2. Riwayat kehamilan dan persalinan. Umur ibu saat hamil (<20 tahun atau >35 tahun), komplikasi selama kehamilan (misalnya eklamsia), paparan asap rokok selama hamil, dll, berhubungan dengan kemungkinan anak mengalami kejang demam. Demikian pula dengan prematuritas, berat badan lahir rendah (BBLR) dan proses persalinan yang lama.
  3. Faktor genetik. Patofisiologi tepat dari kejang demam belum dipahami. Tetapi riset Aram Kwon, et al, menunjukkan adanya kecenderungan genetik antara 10 - 20% dari keluarga tingkat pertama dengan kejang demam juga akan mengalami hal yang sama.
  4. Infeksi berulang adalah salah satu faktor risiko terjadinya kejang demam. Beberapa penelitian mendapati bila anak yang sehari-hari dirawat di penitipan anak lebih berisiko terkena infeksi sehingga lebih sering demam, dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kejang demam. Infeksi dengan panas lebih dari 4 kali dalam setahun juga merupakan faktor risiko timbulnya kejang demam berulang.

Pada sebagian besar kejadian, kejang demam akan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa menit. Untuk mencegah, orangtua bisa memberikan obat penurun demam – saat demam baru terjadi – seperti paracetamol atau ibuprofen.

Sementara untuk kejang demam yang berlangsung lebih dari 5 menit biasanya dokter akan meresepkan diazepam rektal. Dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI disebutkan dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan <10 kg, dan 10 mg untuk berat badan >10 kg.  Atau, diazepam rektal dosis 5 mg untuk anak < 3 tahun. Dosis 7,5 mg diberikan pada anak usia >3 tahun.

Berdasarkan systematic review dari Cochrane tahun 2017 yang melibatkan 40 penelitian, disimpulkan bahwa pemberian diazepam terbukti menurunkan risiko berulangnya kejang demam pada anak sebanyak 64-74%, jika diberikan bersamaan antipiretik selama anak masih mengalami episode demam.

Ruam popok dan terapinya

Ruam popok adalah kelainan kulit berupa iritasi yang terjadi pada area kulit yang tertutup popok. Ruam popok sering terjadi pada anak, terutama usia 9-12 bulan dan sekitar 7-35% bayi mengalami ruam popok.

Pengobatan ruam popok adalah mencegah kontak antara kulit bayi yang masih sensitif dengan bahan iritan dari feses dan urin. Caranya antara lain biarkan area popok kering (terbuka) selama mungkin, memilih popok bayi sekali pakai dengan daya tampung ekstra, lebih sering mengganti popok bayi, dan mengoleskan salep/krim pelindung di area popok.

Terkait penggunaan krim pelindung area popok, beberapa produk mengandung protease enzyme inhibitor (PEI). Ia bekerja dengan cara menghambat kerja enzim Protease yang ada pada feses untuk melindungi kulit bayi dari iritasi. Dengan demikian fungsi PEI adalah mengatasi masalah utama ruam popok berupa dermatitis, nyeri dan gangguan tidur. PEI merupakan produk alami yang berasal dari ekstrak kentang yang tidak dimodifikasi secara genetik.

Riset di jurnal Current Medical Research and Opinion menjelaskan krim dapat melindungi kulit area popok dengan melapisi permukaan kulit dengan lipid yang dapat menembus ruang antarsel stratum korneum (lapisan kulit paling atas), sehingga mencegah paparan iritan, sekaligus berkontribusi terhadap perbaikan sel kulit.

Salah satu yang terbukti secara klinis adalah krim yang mengandung 5% penghambat (inhibitor) protease yang berasal dari kentang dan 5% dexpanthenol. Terbukti mengobati akar penyebab ruam popok dengan menghambat aktivitas protease (enzim) tinja yang menyebabkan peradangan kulit. Dan, di saat bersamaan melindungi kulit bayi yang sensitif.

Penelitian di European Journal of Clinical Investigation menyebutkan protein kentang menghambat sebagian besar protease feses, dan efektif mencegah iritasi kulit akibat protease pankreas yang larut dalam cairan feses. Peneliti menyimpulkan aplikasi topikal (oles) protease inhibitor kentang merupakan pendekatan baru dalam mencegah peradangan di area anus. Termasuk ruam popok.

Demikian pula studi di Malaysia (diterbitkan di World Journal of Pediatrics) pada bayi (12-24 bulan) yang mengalami radang kulit area anus berat (severe perianal dermatitis) pasca-operasi. Peneliti mengamati tidak ada efek samping setelah pengobatan inhibitor protease kentang. Terjadi perbaikan yang signifikan pada kondisi dermatitis, penurunan rasa nyeri dan gangguan tidur.

Mereka menyimpulkan penghambat protease dari kentang dapat mengurangi iritasi kulit bayi yang disebabkan oleh enzim feses.

Lantas kapan perlu ke dokter? Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jika:

  1. Ruam popok tampak kemerahan, tidak membaik setelah dirawat selama 2-3 hari
  2. Muncul luka yang bernanah.
  3. Terdapat demam.
  4. Ruam disertai rasa nyeri hebat.
  5. Tampak ruam berwarna merah terang dengan bintik-bintik kemerahan di bagian tepi. (jie)

________________________________

Ilustrasi: rawpixel.com on Freepik