Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi salah satu ancaman serius di Indonesia. Kondisi ini terjadi karena banyak yang belum menyadari bahwa defisiensi zat besi tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga kemampuan belajar, konsentrasi, dan performa anak.
Sebagai catatan, kejadian ADB di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, di mana 1 dari 3 anak dan perempuan usia produktif mengalami defisiensi besi. Survei juga menunjukkan 50% ibu tidak tahu bahwa kekurangan zat besi bisa berdampak pada kecerdasan anak.
Dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, SpA. MARS, dari RS Bunda Jakarta menjelaskan, zat besi (Fe) merupakan salah satu mikronutrien (dibutuhkan dalam jumlah sedikit) yang vital. “Ia merupakan komponen penting sel darah merah, tugasnya membawa nutrisi ke seluruh tubuh, ke otak, jantung hingga paru. Dan membawa oksigen,” terangnya.
Ketika kekurangan zat besi, efeknya tidak hanya pada fisik yang lemah, tetapi juga kapasitas kognitif. Kekurangan oksigen menyebabkan otak sulit konsentrasi, kecemasan bahkan depresi.
‘’Kalau ibu hamil kekurangan asupan (Fe), nutrisi ke janin juga berkurang. 30% (3 dari 10) ibu hamil kurang zat besi, gaya hidup itu menentukan. Ternyata pada ibu menyusui bayi-bayinya juga kekurangan Fe,” terangnya dalam sesi Idea Talks bertajuk Fueling the Future: Fighting Iron Deficiency Anemia, Empowering the Next Generation, Sabtu (1/11/2025).
Salah satu upaya pencegahan anemia defisiensi besi dimulai dari sarapan. Menu lengkap/seimbang, dan tinggi protein sangat disarankan. Protein hewani, seperti daging merah, daging unggas, hati (ayam/sapi), telur atau ikan merupakan sumber zat besi (zat besi heme) yang baik.
‘’Sarapan yang baik harus lengkap, ada karbohidrat tidak harus nasi, bisa kentang, ubi, jagung, roti. Tapi memang sebaiknya protein hewani, di mana zat besinya lebih mudah diserap. Kalau dari protein nabati (misalnya kacang-kacangan, tahu, tempe, dll) sulit diserap. Telur itu mudah diserap. Disertai penyajian yang benar," imbuh dokter yang akrab disapa Tiwi ini.
Vitamin C sebaiknya ada, ia meningkatkan penyerapan Fe. Misalnya dari tomat, perasan jeruk, jus jambu merah, atau dari sayuran. Tidak semua zat besi dari makanan mampu diserap tubuh, hanya 20-30% yang bisa diserap. Itu sebabnya perlu adanya zat peningkat penyerapan Fe, seperti vitamin C.
"Kalau kita bicara anak-anak, anak di bawah 2 tahun pencernaannya itu (ibaratnya) masih belajar. Kita harus kasih sumber zat besi yang gampang dicerna, itu kenapa harus protein hewani," terang dr. Tiwi.
"MPASI (makanan pendamping ASI) tidak harus mahal, ikan pasti ada di pasar. Setelah makan kasih pencuci mulut buah (untuk anak yang sudah bisa makan makanan keluarga). Pangan lokal di sekitar kita bisa menyelamatkan generasi nantinya."
Sebagai catatan, berbagai studi dan meta-analisis telah menemukan penurunan skor IQ yang signifikan pada anak-anak anemia, dibandingkan dengan anak-anak non-anemia. Perbedaannya bisa sangat signifikan, misalnya skor IQ 9 poin lebih rendah yang berlanjut hingga dewasa muda.
Suplementasi Fe perlu?
Dr. Tiwi berpendapat, "Saya pikir suplementasi Fe ini tidak perlu kalau bayinya baik-baik saja. Tapi karena zat besi ini penting sekali, untuk otak atau cegah stunting, saya mesti memastikan jika bayi tidak kekurangan zat besi."
"Sayangya kurang Fe itu tidak kelihatan secara fisik, bayinya tumbuh bagus. Kalau kita tidak cek, padahal cek darah pada bayi itu tidak gampang. Maka saya (setuju) suplementasi zat besi pada bayi ASI yang memang punya risiko kekurangan zat besi. Ia sangat tergantung pada makan ibunya."
Pada kesempatan yang sama Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical Science Director Sarihusada menekankan peran keluarga sangat penting. “Makanan yang baik dimulai dari makanan sederhana yang bisa didapatkan di pasar,” ujarnya.
“Selain itu, cari juga opsi-opsi sehingga keluarga bisa mendapat kualitas makanan yang baik, misalnya susu yang difortifikasi zat besi dan vitamin C. Susu pertumbuhan juga adalah salah satu sumber protein. Namun, susu tidak boleh menggati makanan padat, hanya melengkapi,” pungkas dr. Ray. (jie)
Baca juga: Ketahui Pentingnya Kecukupan Zat Besi Untuk Ibu Hamil dan Janin





