omega 3 mencegah penyakit autoimun

Omega-3 Mungkin Lebih Efektif Mencegah Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun hingga saat ini belum diketahui pasti penyebabnya, dan hampir tidak mungkin dicegah. Menariknya penelitian menyatakan konsumsi omega-3 mungkin bisa mencegah penyakit autoimun. 

Penyakit autoimun terjadi saat sistem pertahanan tubuh salah mengira dan menyerang sel-sel sehat di dalam tubuh, memicu reaksi peradangan seperti radang sendi (rheumatoid arthritis), psoriasis, lupus, radang usus (inflammatory bowel disease / IBD) atau diabetes tipe 1. 

Sebuah penelitian melibatkan lebih dari 20.000 orang menunjukkan bahwa dua tahun setelah masa percobaan lima tahun, manfaat omega-3 lebih superior (tetap kuat) mencegah penyakit autoimun, dibandingkan vitamin D (manfaatnya berkurang). 

Pada studi yang diterbitkan Januari 2023 di jurnal Arthritis & Rheumatology, peneliti mengatakan bahwa 21.592 partisipan dipantau selama dua tahun setelah pemberian suplemen omega-3 atau vitamin D dihentikan. 

Peserta penelitian merupakan pria berusia di atas 50 tahun dan wanita di atas 55 tahun, yang diberikan suplemen omega-3 atau vitamin D.  

Peneliti menemukan 236 kasus baru panyakit autoimun yang terkonfirmasi, di mana 65-nya adalah kasus probable dalam 5,3 tahun periode penelitian, dan 42 kasus probable selama fase obeservasi 2 tahun. 

Setelah masa observasi, 255 orang pada kelompok vitamin D didiagnosa penyakit autominun, dibandingkan dengan 259 mereka yang mengonsumsi vitamin D atau plasebo (obat kosong).

Sementara di satu sisi, ada 234 kasus autoimun baru di antara mereka yang mendapatkan omega-3, dibandingkan 280 orang yang mengonsumsi plasebo. Jumlah ini secara statistik signifikan. 

“Dua tahun setelah penghentian percobaan, efek perlindungan vitamin D 2000 IU/hari menghilang, namun asam lemak omega-3 1000 mg/hari memiliki efek berkelanjutan dalam mengurangi kejadian penyakit autoimun,” tulis peneliti dalam laporannya. 

Bagaimana suplemen bekerja melawan penyakit autoimun?

Pengobatan penyakit autoimun bisa memakan waktu panjang, bahkan seumur hidup. Vitamin D dan omega-3 telah lama diketahui mampu memperlambat progesi penyakit autoimun. 

Menurut penelitian tersebut, vitamin D mampu mengatur gen yang terlibat dalam reaksi peradangan, dan tubuh tidak dapat membuat asam lemak esensial omega-3, misalnya EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexanoic acid) yang ditemukan dalam minyak ikan. 

Studi tahun 1980-an dan 1990-an menunjukkan efektivitas suplemen minyak ikan melawan peradangan (inflamasi) dan nyeri terkait dengan penyakit autoimun. 

Tidak hanya suplemen

Kristin Kirkpatrick, dietisien di Department of Wellness & Preventive Medicine, Cleveland Clinic, Ohio (AS), menjelaskan meskipun penelitian ini mendukung penggunaan suplemen, ada sejumlah faktor lain yang perlu dipertimbangkan terkait kesehatan secara holistik. 

“Suplementasi harus dipertimbangkan hanya dengan penambahan makanan padat nutrisi, kualitas tidur yang baik, manajemen stres dan mengurangi perilaku sedentari (kurang bergerak),” katanya melansir Medical News Today. 

Ia juga mengingatkan bahwa konsumen perlu memperhatikan saat mencari vitamin D atau omega-3. Ada dua hal yang terpenting: 

  1. Kualitas – tidak semua suplemen diciptakan sama, konsumen perlu memikirkan pilihan terbaik.  
  2. Dosis. Untuk vitamin D, misalnya, dapat mempertimbangkan bersamaan dengan kadar vitamin D saat ini. Sementara untuk suplemen omega-3 dosisnya bergantung pada jumlah konsumsi makanan yang tinggi omega-3, misalnya salmon, alpukat, dll. (jie)