Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (22/6/2022) mengatakan bila sedang mempelajari kemungkinan cacar monyet (monkeypox) ditularkan lewat hubungan seks, setelah virus terdeteksi dalam cairan sperma beberapa pasien.
Virus penyebab penyakit cacar monyet dan cacar air berada dalam satu kelompok keluarga virus yang disebut Orthopoxvirus. Virus cacar monyet disebut virus monkeypox, sedangkan penyebab cacar air disebut vaccinia virus.
Kedua virus ini berkerabat dekat dengan virus smallpox, penyakit cacar yang sudah dianggap musnah sejak 1980 oleh WHO berkat vaksinasi massal.
Virus itu sendiri bukanlah infeksi menular seksual, yang umumnya menyebar melalui cairan vagina atau sperma. WHO sebelumnya telah mengatakan bila virus cacar monyet menular lewat kontak erat dengan lesi, cairan tubuh, droplet dan benda yang terkontaminasi, misalnya kasur.
WHO telah mengingatkan pasien yang terkonfirmasi, walau tanpa bergejala, untuk tidak menyumbangkan darah, sel, jaringan tubuh, ASI atau sperma selama mereka dalam pengawasan.
WHO juga menyatakan bahwa, wabah cacar monyet lebih sering terjangkit di antara pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis. Tetapi, “siapa pun dapat terinfeksi cacar monyet jika mereka melakukan kontak fisik erat dengan orang lain yang sudah terinfeksi,” WHO menekankan.
Sebuah laporan di jurnal Eurosurveillance awal Juni ini memaparkan empat kasus cacar monyet di Italia, di mana kerberadaan virus terdeteksi dalam cairan mani.
Riset serupa di Jerman juga mendeteksi DNA virus di sperma pasien cacar virus, menunjukkan virus yang ditemukan dalam sperma satu pasien mampu menulari orang lain dan bereplikasi.
Dalam konferensi pers, Catherine Smallwood, manager wabah cacar monyet WHO/Eropa, mengatakan laporan tersebut belum mampu memastikan apakah cacar monyet ditularkan lewat hubungan seks.
Sebagai informasi, selain cacar monyet ada penyakit lain, misalnya zika, di mana virus terdeteksi di cairan mani tetapi tidak ditetapkan sebagai penyakit menular seksual.
Pada 23 Juni, WHO menggelar pertemuan untuk membahas apakah wabah cacar monyet di luar wilayah endemik di Afrika telah menjadi darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (public health emergency of international concern / PHEIC).
Mereka juga mempertimbangkan untuk mengganti nama virus cacar monyet untuk mencegah stigma dan rasisme yang berkembang menyangkut nama tersebut.
Sebagai catatan, sebelum wabah cacar monyet di Eropa yang saat ini menyebar hingga Amerika dan Asia ini, kasus cacar monyet banyak terjadi di negara-negara kawasan Afrika Barat dan Tengah, seperti Republik Afrika Tengah, Liberia, Nigeria, Republik Demokratik Kongo dan Sierra Leone. (jie)