Kismis, Antioksidan hingga Antikolesterol | OTC Digest

Kismis, Antioksidan hingga Antikolesterol

Selain selai, mentega atau keju, apa yang biasa dimakan bersama roti tawar atau roti manis? Jawabannya: kismis. Pada roti, kismis berfungsi sebagai pengawet alami yang dapat memperpanjang masa simpan, menambah rasa manis, serta memperbaiki tekstur penganan dari  bahan gandum itu. Kismis juga banyak digunakan untuk meningkatkan aroma dan rasa manis pada pembuatan permen, cokelat, es krim, kue, saus dan lain-lain.  Di masa lampau, kismis begitu dihargai, sampai pernah dijadikan mata uang di negara-negara Mediterania.

Kismis adalah buah anggur yang dikeringkan, hingga kadar airnya tinggal 15-18%. Sama seperti buah anggur yang masih segar, kismis merupakan sumber antioksidan dan bahkan lebih tinggi. Nilai ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity) kismis sebesar 2830. ORAC adalah metode pengukuran kapasitas antioksidan dan suplemen makanan yang berbeda. Makin tinggi angka ORAC, semakin tinggi kemampuan bahan tersebut menangkal radikal bebas.

Zat handal yang berperan sebagai antioksidan pada kismis adalah quercetin dan rutin. Selain itu, kismis memiliki kandungan antioksidan berupa polifenolnya yang sangat tinggi. Pengeringan buah anggur segar menjadi kismis, meningkatkan aktivitas pembentuk polifenol melalui reaksi enzimatis.

Dibanding anggur, yang membuat kismis unggul adalah karbohidrat serupa serat yang disebut inulin. “Kismis pada dasarnya terdiri dari banyak molekul fruktosa (gula dalam buah) yang saling berhubungan,” papar Mary Ellen Camire, staf pengajar dari Departemen Ilmu Makanan dan Nutrisi Manusia di Maine University, AS. “Ada sesuatu dalam proses pengeringannya, yang mendorong gula menjadi inulin.”

Inulin merupakan makanan yang disukai bakteri baik (probiotik) di usus. Dengan kata lain, kismis adalah prebiotik. Kesehatan usus ditopang keseimbangan bakteri di dalamnya, di mana kompetisi selalu terjadi antara bakteri baik dan yang jahat. Bila bakteri baik cukup mendapat makanan (dalam hal ini lewat inulin), mereka dapat berkembang biak. Jumlah probiotik yang lebih banyak memungkinkannya menghalangi penempelan bakteri jahat ke dinding usus yang dapat menyebabkan infeksi . Probiotik ikut berperan menjaga bakteri penyebab diare seperti E. coli dan Salmonella, agar tetap terkendali.

Setiap 1/2 cangkir kismis California mengandung 1,5 gram inulin. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa inulin merupakan prebiotik yang baik, yang antara lain berfungsi meningkatkan efisiensi penyerapan kalsium dan mencegah osteoporosis. 

 

Penghalang kolesterol

Penelitian lebih lanjut menunjukkan, antioksidan dari kismis mampu menghambat penyerapan kolesterol di usus besar. Serat kismis ini adalah penyebabnya. Di usus besar, serat diubah menjadi asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid/SCFA), yang membantu menurunkan kolesterol. “Saat usus besar merasakan terbentuknya asam lemak, usus besar mengirim pesan ke hati untuk menghentikan pembuatan kolesterol,” papar Camire. Di sisi lain, serat mengikat kolesterol dalam darah untuk kemudian membuangnya bersama feses.

Mekanisme lain adalah bahwa serat dan asam tartaric dalam kismis, bekerja sama mempercepat pencernaan makanan dan pembuangan, serta mengurangi asam empedu. Pengikatan asam empedu oleh serat merupakan mekanisme alami, yang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol darah.  

Asam empedu adalah hasil akhir dari proses metabolisme kolesterol. Dengan semakin banyaknya asam empedu yang terbuang, makin banyak pula kolesterol yang akan terurai untuk pembentukan kembali asam empedu.

Penelitian Carl L. Keen dari Universitas California-Davis, AS, menunjukkan, konsumsi kismis setiap hari selama 4 minggu dapat meningkatkan kapasitas antioksidan plasma, yang pada gilirannya menurunkan laju oksidasi LDL (kolesterol jahat).

Dalam penelitian lain, Gene A. Spiller dari Health Research and Studies Center, Los Altos, California, menunjukkan konsumsi satu cangkir kismis setiap hari dapat meningkatkan keasaman kolon (usus besar), dan menurunkan waktu transit sisa makanan dari kolon. Hal ini penting untuk mengurangi kesempatan kontak antara senyawa beracun dengan dinding kolon, sehingga efektif untuk mencegah terjadinya kanker kolon.

 

Sahabat gigi dan tulang

Manfaat kismis tidak berhenti di usus. Kismis bermanfaat untuk kesehatan mulut dan gigi. Walau berasa manis dan lengket, kismis memiliki senyawa pelawan bakteri gigi. Kandungan antioksidan pada kismis, yakni asam oleanolic, mampu menghambat pertumbuhan dua spesies bakteri di mulut;  Streptococcus mutans penyebab timbulnya plak dan kerusakan gigi, serta Porphyromonas gingivalis, penyebab penyakit radang gusi. Senyawa ini efektif melawan bakteri pada konsentrasi 200 - 1.000 mikrogram per mililiter.   

Berbagai studi memaparkan bahwa pilifenol (termasuk dalam kismis) memiliki efektivitas yang  baik, dalam melindungi tulang dari paparan radikal bebas. Lebih dari selusin studi menyatakan, konsumsi makanan yang kaya polifenol dapat menjaga kekuatan tulang saat terpapar radikal bebas.

Lemak trans adalah jenis radikal bebas yang bisa menyusutkan atau merenggangkan molekul penyusun tulang. Konsumsi lemak trans yang berlebihanm dapat membuat tulang mengalami pengeroposan dini. Proses tersebut dapat dicegah jika tubuh memiliki kapasitas antioksidan yang mampu mereduksi radikal bebas lemak. Antioksidan tersebut salah satunya adalah fenol, yang kita peroleh dari kismis.

Penguat tulang lain yang terdapat dalam kismis adalah boron. Unsur mikro ini memiliki dampak positif untuk memperkuat tulang. Keberadaannya diperlukan untuk mengonfersi estrogen dan vitamin D menjadi bentuk aktif. Mekanisme ini sangat bermanfaat bagi wanita yang memasuki masa menopause, di mana terjadi penurunan produksi kadar estrogen yang berdampak pada penurunan kekuatan tulang. (jie)