Susu Untuk Lansia | OTC Digest

Susu Untuk Lansia

Menjadi tua adalah proses yang alami, tak seorang pun dapat menghindarinya. Namun, menjadi pikun, jalan tulang belakang melengkung hingga jalan terbungkuk-bungkuk dapat dihindari. Kita boleh tua, tapi tidak renta.

Salah satu caranya: minum susu secara rutin. Susu adalah sumber kalsium, dan membantu mencukupi kebutuhan nutrisi penting lain. Apalagi, umumnya nafsu makan menurun seiring pertambahan usia.

Perlu asupan kalsium untuk menjaga kepadatan tulang, sehingga risiko osteoporosis bisa minimal. Salah satu keunggulan susu sebagai sumber kalsium, karena umumnya juga diperkaya dengan vitamin D. “Vitamin ini seperti transporter (pengantar) kalsium masuk ke sel-sel tulang,” ujar dr. Diana F. Suganda, M.Kes dari Eroupean Slimming Centre, Jakarta.

Memasuki usia golden age (50 tahun), kebutuhan kalsium bertambah menjadi 1.200-1.500 mg/hari. Pada masa ini, proses perusakan tulang lebih aktif dibandingkan proses pembentukan tulang. Asupan kalsium harus ditingkatkan agar proses pembentukan tulang lancar. Olahraga teratur dapat “memompa” kalsium dari darah masuk ke tulang.

Dr. Diana menambahkan, kalsium tidak hanya penting untuk tulang. “Sistem saraf bisa bekerja dengan baik jika kalsium cukup,” katanya. Kalsium juga menjaga denyut jantung, mencegah kram otot, menjaga proses pembekuan darah normal, dan menurunkan kolesterol.

Kandungan lain yang tak kalah penting yakni vitamin B12. Sebuah penelitian oleh Universitas Oxford, Inggris, menyebutkan, dua gelas susu per hari dapat melindungi dari kepikunan akibat penyakit Alzheimer. Susu adalah sumber vitamin B12 terbaik, yang dapat  mengurangi kerusakan neurologis pada otak.

Pada produk susu kini banyak ditambahkan nutrisi lain. Untuk lansia, susu umumnya  mengandung antioksidan seperti vitamin A, C dan E. Antioksidan bekerja secara sinergis untuk menetralisir radikal, sehingga tidak merusak sel. Sel-sel dinding pembuluh darah akan terlindung dari proses oksidasi yang membuatnya rapuh dan rusak. Organ-organ lain termasuk kulit jadi lebih sehat.

Tambahan asam lemak esensial omega-3 dan omega-6, bagi lansia bermanfaat untuk kesehatan otak. Penelitian di Jepang menunjukkan, lansia dengan gangguan fungsi kognitif ringan yang mengonsumsi suplemen omega-3 dan 6, mengalami perbaikan memori dan atensi. Sementara itu, rendahnya asupan omega-3 ditengarai meningkatkan risiko terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah.

Akan halnya tambahan serat, membuat fungsi pencernaan yang menurun pada lansia, bisa  berjalan optimal hingga terhindar dari konstipasi (sembelit). Ada kekhawatiran terhadap intoleransi laktosa, mengingat enzim laktase untuk mencerna susu mungkin sudah tidak optimal. Triknya, pilih susu rendah laktosa.

Pilih pula yang rendah lemak (low fat) atau tanpa lemak (non fat). “Susu non fat pun tetap mengandung lemak, tapi lemak yang sehat, bukan lemak jenuh,” tutur dr. Diana. Sedangkan susu low fat mengandung lemak jenuh lebih sedikit dibandingkan susu ‘biasa’. (nid)

BACA JUGA : JAGA FUNGSI SEKSUAL DI USIA SENJA