Alzheimer, Penyakit Lupa Yang Berbahaya | OTC Digest

Alzheimer, Penyakit Lupa Yang Berbahaya

Demensia atau pikun sering dianggap wajar bagi lansia. Dalam istilah medis, demensia diartikan sebagai gangguan otak yang serius mempengaruhi fungsi kognitif (intelektual), dan/atau daya ingat yang umumnya makin lama makin memburuk.

Penderita demensia sering mengalami kesulitan berpikir dan bicara dengan jelas, mengingat peristiwa baru-baru ini, dan belajar hal-hal baru. Seiring waktu, menjadi sulit bagi mereka untuk berkegiatan dan mengurus diri sendiri.

Penyebab Demensia

Secara umum, tiga penyebab demensia adalah amnesia, delirium dan alzheimer. Demensia karena amnesia dan delirium, lebih karena faktor psikologis seperti ketakutan atau kecemasan yang berlebihan.

Sedangkan demensia alzheimer terjadi berhubungan dengan kerusakan pada sistem syaraf otak. “Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia pada lanjut usia,” ujar dr. Samino, SpS (K).

Secara kasat mata, amnesia, delirium dan alzheimer tampak sama. Bedanya, pada amnesia ingatan yang ada dapat hilang dalam waktu singkat dan sangat drastis, tidak bertahap, dan dapat disembuhkan.

Pada delirium, gangguan kesadaran dan kognitif yang terjadi tidak menyebabkan gangguan ingatan, terjadi dalam waktu singkat (biasanya dalam hitungan jam hingga hari) dan cenderung berfluktuasi (muncul dan hilang).

Sedangkan pada alzheimer, gangguan fungsi kognitif berlangsung perlahan-lahan secara, bertahap, bersifat semakin memburuk, dan belum dapat disembuhkan.

Dapat melumpuhkan pikiran

Alzheimer adalah jenis kepikunan yang berbahaya, karena dapat melumpuhkan daya ingat, pikiran dan kecerdasan seseorang.  Penyakit ini disebabkan adanya proses degenerasi sel-sel saraf otak, yang makin lama makin memburuk sehingga otak mengerut dan mengecil.

Data menunjukkan, 1 – 1,5% manusia usia 60 – 65  tahun mungkin menderita demensia alzheimer. Pada usia 80 tahun, kemungkinannya lebih tinggi, 20 – 30%. “Alzheimer bisa terjadi pada usia lebih muda. Hanya, kasusnya belum banyak,” terang dr. Samino.

Gejala

Alzheimer's Disease and Related Disorders Association (2001) merangkum 10 gejala yang paling sering muncul, pada penderita alzheimer. Yaitu:

1. Gangguan daya ingat, seperti lupa meletakkan kunci, lupa nomor telepon, lupa nama orang, lupa mencampurkan gula dalam minuman.

2. Sulit mengerjakan hal yang biasa dilakukan. Penderita sulit untuk menyelesaikan tugas sehari-hari yang diketahui, yang tidak perlu berpikir untuk melakukannya. Mereka tidak mengetahui langkah-langkah untuk menyiapkan makanan, menggunakan perabot rumah tangga atau berpartisipasi dalam melakukan kegemarannya selama ini.

3. Bermasalah dengan bahasa. Penderita sering lupa akan kata-kata sederhana, atau substitusi dari kata yang tidak biasa digunakan, membuat ucapan atau tulisannya sulit dimengerti.

4. Disorientasi waktu dan tempat. Penderita alzheimer dapat tersesat di jalan dekat rumahnya sendiri, lupa di mana dia berada dan bagaimana dapat sampai ke suatu tempat, dan tidak tahu bagaimana cara bisa kembali ke rumah.

5. Lemah atau kurang baik dalam mengambil keputusan.

6. Bermasalah dengan pemikiran abstrak, seperti orang yang sakit juga mendengar suara atau bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan

7. Salah menempatkan segala sesuatu. Orang yang mengidap alzheimer akan meletakkan segala sesuatu pada tempat yang tidak sewajarnya, misalnya meletakkan setrikaan di kulkas.

8. Perubahan mood atau tingkah laku. Seorang yang mengidap Alzheimer menampilkan mood yang berubah-ubah. Seperti dari tenang menjadi ketakutan, kemudian marah tanpa alasan yang jelas.

9. Perubahan kepribadian. Kepribadian penderita dapat berubah, menjadi benar-benar kacau, penuh curiga, ketakutan atau menjadi bergantung pada anggota keluarga.

10. Kehilangan inisiatif. Orang dengan alzheimer dapat menjadi pasif, duduk di depan TV selama berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak ingin melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.

“Bila seseorang mengidap beberapa dari gejala berikut, sebaiknya segera dibawa untuk menemui ahli, agar dilakukan pemeriksaan menyeluruh,” ujar dr. Samino. (puj)

Bersambung ke : Kenapa Alzheimer Muncul