Operasi Katarak | OTC Digest

Operasi Katarak

Katarak kongenital/infantil diperkirakan menyumbang 5-20% kasus kebutaan pada anak di seluruh dunia. Pada katarak, lensa yang harusnya bening jadi berkabut, sehingga penglihatan terganggu.  Ini bisa terjadi di satu atapun kedua mata. Katarak umumnya diderita oleh orang berusia >40 tahun. Pada anak, ditengarai bahwa mutasi genetik adalah salah satu penyebab yang paling umum.

Katarak pada anak sering tidak bergejala sehingga terlambat dideteksi, seperti yang dialami oleh Muh. Arham Januar Mubarok (kini 14 tahun). Gejala yang mungkin muncul, antara lain reaksi terhadap cahaya, tidak bisa mengenali mainan dan wajah, mata juling dan fotofobia (takut cahaya) bila berada di lingkungan terang benderang.

Katarak bisa diatasi dengan operasi. “Operasi katarak pada anak, dapat dilakukan ketika diameter bintik putih di pupil mata melebihi 3mm,” ujar dr. Ni Retno Setyoningrum, Sp.M(K), M.Med.Edu, dari RS Jakarta Eye Center, Kedoya, yang mengoperasi Arham. Pada kasus Arham, katarak sudah masuk ke belakang lensa, sehingga penglihatannya hanya sekitar 20% dibandingkan anak lain.

Bila katarak mengenai kedua mata, operasi dilakukan secara bertahap, untuk menghidari terjadi infeksi di kedua mata. “Risiko infeksi selalu ada. Jangan sampai kalau infeksi, kedua matanya kena,” terang dr. Retno. Infeksi biasanya terjadi pasca-operasi, “Pulang  ke rumah, anak-anak sulit menjaga kebersihan.”

Arham misalnya, menjalani operasi untuk mata kanan dulu, yang membuat kemampuan penglihatannya meningkat jadi 40%. Bila kondisi mata kanannya sudah stabil, dilakukan operasi pada mata kiri. Setelah kedua mata dioperasi, diperkirakan fungsi penglihatannya bisa 80%. Perlu terapi lanjutan untuk melatih kembali otot-otot mata. “Kita lihat juga, apakah Arham nanti perlu kacamata,” imbuh dr. Retno. 

Prosedur operasi karatak pada anak-anak, pasien lebih dulu diperiksa oleh dokter anak. Ini untuk menilai kondisi kesehatannya secara umum, sehingga diketahui apakah memungkinkan jika dilakukan bius total.  Pada pasien bayi atau anak yang masih kecil, biasanya dilakukan pengukuran lensa saat dibius total. “Pada anak yang lebih besar seperi Arham, pengukuran lensa yang akan ditanam bisa dilakukan sebelum operasi, saat ia masih sadar,” papar dr. Retno. 

Untuk menghindari infeksi pasca-operasi, dianjurkan agar mata tidak terkena air selama minimal tiga hari. Mandi cukup sebatas leher, cuci muka menggunakan washlap, diusapkan perlahan. “Cuci rambut kalau bisa di salon, lebih aman. Selama masa penyembuhan, sebaiknya pakai kacamata dan saat tidur gunakan penutup mata supaya tidak mata dikucek-kucek,” tambahnya. (nid)