obesitas tingkatkan risiko pembesaran prostat jinak
obesitas dan pembesaran prostat jinak

Obesitas Tingkatkan Risiko Pembesaran Prostat Jinak: Pilih Terapi Minimal Invasif yang Nyaman

Pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) masih menjadi tantangan kesehatan bagi pria seiring bertambahnya usia. Diperkirakan, 2 dari 10 pria berusia di atas 50 tahun, atau sekitar 40% pria berusia di atas 70 tahun berisiko mengalami kondisi ini. 

Pembesaran prostat jinak merupakan pembesaran pada organ prostat tanpa ada tanda keganasan (kanker), ia bisa menyebabkan sumbatan saluran kemih. Pembesaran prostat merupakan hal yang umum terjadi pada dekade kelima seorang pria.

Selain usia, BPH dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko seperti sindrom metabolik, genetik, dan obesitas. Sudah banyak studi yang menyebutkan adanya peningkatan risiko pembesaran prostat jinak dan keparahan gejala BPH pada pria obes. 

Riset Lionel et al, tahun 2007 menyebutkan peningkatan indeks massa tubuh (IMT) berhubungan dengan berkurangnya serum antigen spesifik prostat (PSA), protein yang diproduksi kelenjar prostat. 

Penelitian di Afrika pada 178 pria usia antara 50-75 tahun menunjukkan bahwa pria obesitas cenderung memiliki volume prostat yang lebih besar. Pada studi lain dijelaskan obesitas juga meningkatkan risiko komplikasi BPH seperti resistensi urin akut, batu kandung kemih, dan perlunya operasi prostat. 

Kemudian tinjauan sistematik oleh Melni Armadani, dkk, menjelaskan obesitas dapat memicu respons inflamasi dan peradangan mikrovaskular seluler dan humoral, kematian sel terprogram, ekspresi gen di kelenjar prostat yang mempengaruhi respons inflamasi. 

Obesitas meningkatkan risiko pembesaran prostat jinak melalui beberapa mekanisme, seperti:

  1. Peningkatan tekanan intra-abdomen. Lemak perut berlebih dapat meningkatkan tekanan pada kandung kemih dan prostat, yang berpotensi memicu gejala BPH. 
  2. Mengubah kadar hormon, termasuk peningkatan estrogen dan penurunan testosteron, yang bisa mempengaruhi pertumbuhan prostat. 
  3. Obesitas dikaitkan dengan peradangan kronis, dan peradangan di prostat dapat meningkatkan pertumbuhan sel yang berkontribusi pada perkembangan prostat jinak.
  4. Terjadi peningkatan stres oksidatif yang merusak sel dan jaringan, termasuk pada kelenjar prostat. 
  5. Sindrom metabolik. Obesitas juga bisa memicu resistensi insulin, hipertensi dan dislipidemia. Sindrom metabolik dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengalami BPH yang lebih berat. 

Terapi nyaman dengan uap air

Fakta di Indonesia menunjukkan banyak yang enggan memeriksakan diri sejak dini karena rasa malu atau kekhawatiran terhadap prosedur medis yang dianggap invasif. 

Padahal kemajuan teknologi kedokteran terkini menghadirkan lebih banyak pilihan penanganan yang minim risiko dan lebih nyaman untuk mengatasi pembesaran prostat jinak, salah satunya dengan terapi uap air (water vapor therapy), khususnya Rezum Water Vapor Therapy.

Dr. Egi Manuputty, SpU, dari Primaya Hospital PGI Cikini, menjelaskan bahwa Rezum Water Vapor Therapy merupakan terapi inovatif untuk menangani BPH. Teknologi ini bekerja dengan menyuntikkan uap air steril ke jaringan prostat yang membesar, tanpa memerlukan pembedahan terbuka.

“Keunggulan Rezum adalah prosedurnya singkat, aman, dan minim risiko inkontinensia urine (ngompol) atau disfungsi seksual dibandingkan operasi konvensional. Pemulihannya juga cepat, pasien bisa kembali ke aktivitas normal dalam waktu relatif singkat,” jelasnya pada OTC Digest. 

Baca: Ngompol Pada Lansia Tanda Pembesaran Prostat Jinak

Terapi ini membantu membuka kembali saluran kemih (uretra) yang menyempit sehingga aliran urin kembali lancar. 

Pada pasien dengan BPH, kelenjar prostat yang membesar menekan uretra dan menghambat aliran urin dari kandung kemih. Dengan teknik ini, uap air panas dimasukkan ke dalam jaringan prostat melalui alat khusus. 

Panas dari uap menyebabkan jaringan yang membesar menyusut secara bertahap. Setelah beberapa hari atau minggu, uretra kembali terbuka dan gejala berangsur membaik.

Studi klinis menunjukkan terapi uap air efektif mengatasi gejala BPH, dan aman. Sebagian besar pasien merasakan perbaikan gejala dalam waktu 2 minggu. 

Pasien mendapatkan pilihan yang lebih nyaman dibandingkan metode konvensional seperti TURP (Transurethral Resection of the Prostate), serta tidak harus bergantung pada obat-obatan jangka panjang. Fungsi seksual dan urin tetap bisa dipertahankan. (jie)

Baca juga: Atasi Pembesaran Prostat Jinak dengan Terapi Uap Air