Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Gejalanya Sulit Dikenali
multiple_myeloma_kanker_darah

Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Gejalanya Sulit Dikenali

Santyna Sanjaya tak menyangka, keluhan kelelahan, nyeri berulang, dan wajahnya yang pucat selama beberapa tahun terakhir ternyata gejala dari kanker darah. Ia pikir, itu hanya masalah saraf biasa. Namun keluhan yang dirasakannya makin mengganggu, hingga ia tidak bisa bergerak. “Akhirnya saya memutuskan untuk memeriksakan diri. Kurang lebih empat bulan saya bolak-balik periksa. Barulah saya didiagnosis multiple myeloma,” ungkapnya.

Multiple myeloma (MM) adalah suatu bentuk kanker darah yang adalah jenis kanker darah yang berkembang pada sel plasma di sumsum tulang. Sel plasma berfungsi menghasilkan antibodi untuk melindungi tubuh dari virus dan bakteri. Namun pada MM, sumsum tulang memproduksi sel plasma abnormal atau sel mieloma yang tidak lagi berfungsi normal.

“Sel mieloma tersebut menghasilkan antibodi yang tidak efektif dan tumbuh secara berlebihan hingga menekan produksi sel darah sehat,” jelas Prof. Dr. dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, KHOM, M.Epid, M.PdKed, FACP, FINASIM, FISQua, Konsultan Hematologi-Onkologi Medik. Pertumbuhan sel mieloma biasanya terjadi di banyak area pada sumsum tulang, sehingga disebut “multiple” myeloma. Penyakit ini dikenal juga sebagai plasma cell myeloma.

Lebih dari 3.000 kasus baru MM didiagnosis di Indonesia setiap tahunnya. Mirisnya, seringkali tidak terdeteksi hingga begitu ditemukan, semuanya sudah terlambat. “Multiple Myeloma menjadi ancaman serius karena pada banyak kasus baru terdiagnosis setelah stadium lanjut, ketika kerusakan organ sudah terjadi,” terang Prof. Ikhwan, dalam edukasi media yang diselenggarakan oleh Takeda, organisasi pasien Multiple Myeloma Indonesia (MMI), serta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk memperingati Bulan Kesadaran Kanker Darah di Jakarta, Rabu (10/9/2025).

Multiple Myeloma: Apa Saja Faktor Risiko dan Komplikasinya?

Dijelaskan oleh Prof. Ikhwan, ada beberapa risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan seseorang terkena multiple myeloma, antara lain:

  • Usia lanjut
  • Riwayat keluarga
  • Jenis kelamin laki-laki
  • Paparan radiasi/bahan kimia tertentu
  • Berat badan berlebih
  • Riwayat kelainan sel plasma

Bagaimana dengan komplikasi yang bisa ditimbulkannya? “Penyakit ini menyerang area tubuh di mana sumsum tulang aktif, seperti tulang belakang, tengkorak, panggul, tulang rusuk, dan sekitar bahu serta pinggul,” papar Prof. Ikhwan. Akibatnya, bisa terjadi kerusakan tulang yang berujung pada patah tulang maupun kadar kalsium tinggi dalam darah.

Selain itu, produksi sel darah juga terganggu sehingga pasien sering mengalami anemia, infeksi berulang, atau perdarahan. “Tidak jarang, komplikasi serius juga muncul pada ginjal, disertai melemahnya sistem imun yang membuat pasien semakin rentan terhadap berbagai infeksi,” imbuhnya.

Tantangan dalam Pengobatan Multiple Myeloma

Gejala multiple myeloma sering tidak dikenali sejak awal karena terlalu umum. Salah satu yang menjadi tantangan terbesar untuk hal ini adalah masih rendahnya literasi dan pemahaman masyarakat di Indonesia terhadap Multiple Myeloma. Padahal, deteksi dini sangat penting untuk keberhasilan terapi.

Penting bagi kita semua untuk lebih waspada terhadap MM, sehingga bisa mengenali gejalanya lebih awal. Keterlambatan diagnosis tak hanya menurunkan kualitas hidup. Pilihan tatalaksana pun jadi sangat terbatas, mahal, dan angka keberhasilannya rendah.

Berbagai pilihan terapi untuk MM sudah ada di Indonesia, baik obat-obatan minum (ora) maupun yang diberikan lwat infus. Mulai dari kemoterapi, kortikosteroid, imunomodulator, sampai dengan terapi inovatif seperti terapi target, contohnya adalah proteasome inhibitor. “Seiring berkembangnya terapi, semakin besar peluang pasien untuk mempertahankan kualitas hidup mereka,” ujar Prof. Ikhwan.

Oleh karena itu, penting sekali bagi pasien untuk segera bertindak. “Kalau seseorang sudah mulai merasakan gejala yang mencurigakan, jangan menunda untuk memeriksakan diri. Semakin cepat Multiple Myeloma didiagnosis, semakin cepat dapat ditatalaksana, dan semakin tepat pengobatan bisa diberikan,” tegasnya.

Hal snada diungkapkan oleh Santyna. Ketika ia didiagnosis MM, informasi yang diterimanya masih sangat terbatas sehingga ia mencari second opinion ke negeri tetangga untuk lebih memahami kondisinya. “Perjalanan sebagai pasien Multiple Myeloma bukan hanya soal menghadapi penyakit itu sendiri, tetapi juga beban besar yang datang bersamanya, mulai dari biaya, rasa cemas, hingga perubahan dalam kehidupan sehari- hari,” ujarnya.

Ia bersyukur, semakin banyak dukungan dari keluarga, komunitas, maupun organisasi pasien yang membuatnya merasa tidak sendirian. “Harapan saya sederhana: agar akses terhadap pengobatan yang lebih baik semakin luas, sehingga lebih banyak pasien multiple myeloma bisa menjalani hidup dengan kualitas yang layak dan penuh harapan,” tutupnya. (nid)