Sekali masuk ke tubuh, virus cacar air Varicella zoster tidak pernah hilang. Mereka tidur (dorman) di ujung-ujung simpul saraf, dan suatu saat bisa bangkit kembali sebagai herpes zoster. Virus cacar air bisa kembali aktif dan menjadi herpes zoster ketika imunitas tubuh menurun. Mereka dengan penurunan kekebalan tubuh (imunokompromais) seperti orang lanjut usia (lansia), kelelahan, memiliki gangguan imunitas, dan pasien kanker, berisiko tinggi mengalami herpes zoster. Ini sebabnya, vaksinasi herpes zoster untuk pasien kanker sangat disrankan.
Pasien kanker memiliki risiko 40% lebih tinggi mengalami herpes zoster dibandingkan pasien yang tidak menderita kanker. Terutama mereka yang menjalani prosedur kemoterapi maupun radioterapi. “Terapi-terapi tersebut berisiko menurunkan imunitas, sehingga mereka berisiko lebih tinggi mengalami herpes zoster serta komplikasi yang lebih berat,” ungkap dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM dalam salah satu sesi simposium di Siloam Oncology Summit 2025 yang diselenggarakan oleh MRCCC Siloam Hospitals Semanggi di Jakarta, Sabtu (17/5/2025).
Herpes Zoster dapat menimbulkan komplikasi serius. Misalnya nyeri pasca herpes (post-herpetic neuralgia), hingga sindrom Ramsay Hunt. Ini adalah kondisi neurologis yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella zoster yang menyerang saraf wajah sehingga menyebabkan kelumpuhan wajah dan gejala lainnya.
Gawatnya lagi, herpes zoster bisa mengganggu pengobatan kanker. “Ketika pasien kanker terkena Herpes Zoster, maka kemungkinan pasien tersebut harus menunda pengobatan kankernya,” ujar dr. Joyce Bratanata, Sp.PD-KPTI.
Vaksinasi Herpes Zoster untuk Pasien Kanker
Vaksin herpes zoster sangat direkomendasikan untuk pasien kanker, mengingat penyakit ini bisa sangat merugikan pasien. Jadwal kemoterapi dan pengobatan lain bisa tertunda, nyeri dan keluhan lain yang disebabkannya pun menambah penderitaan pasien kanker.
Menurut Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, vaksinasi herper zoster untuk pasien kanker, selain mencegah perburukan juga meningkatkan keberhasilan pengobatan kanker. “Pasien kanker yang akan menerima perawatan dengan risiko melemahkan imunitas akan membuat pasien rentan terhadap penyakit, namun dapat dicegah oleh vaksin. Penyakit menular itu termasuk pneumonia, meningitis, demam berdarah, dan herpes zoster,” tuturnya.
Secara umum, vaksin Herpes Zoster bisa dilakukan pada usia 50 tahun ke atas. Pada mereka yang memiliki komorbid ataupun kondisi imunokompromais, vaksin bisa dilakukan sebelum 50 tahun. Vaksin herpes zoster generasi baru berbeda dengan vaksin sebelumnya yang diberikan satu kali karena menggunakan virus hidup yang dilemahkan.
“Vaksin generasi baru ini merupakan recombinant zoster vaccine, menggunakan spike dari virus itu. Jadi hanya pucuknya saja diambil dan dibuat jadi vaksin, lalu ditambah zat adjuvan yang akan meningkatkan respon imun,” jelas dr. Joyce. Penambahan zat adjuvan dalam vaksin herpes zoster generasi baru memperkuat efikasi vaksin, sehingga perlindungan vaksin bisa bertahan lebih lama.
Sejauh ini, menurut penelitian, vaksin bisa melindungi pasien hingga 11 tahun. “Penelitiannya masih terus berlanjut. Diharapkan perlindungan vaksin bisa lebih lama dari dari 11 tahun,” ujar dr. Joyce.
Ia melanjutkan, karena vaksin herpes zoster generasi baru tidak mengandung virus yang utuh/hidup, vaksin ini aman diberikan kepada mereka dengan kondisi imunokompromais seperti yang dialami pasien kanker, orang dengan HIV/AIDS, dan mereka yang pasca menjalani transplantasi organ. Dengan syarat, vaksin diberikan saat pasien dalam kondisi sehat atau stabil.
Namun karena bukan merupakan vaksin hidup, maka vaksin harus diberikan dalam dua dosis (dua kali pemberian), dengan jarak antar dosis yaitu 2 – 6 bulan. Pada pasien kanker, dosis pertama bisa diberikan sebelum pengobatan dimulai. “Saat baru didiagnosis, biasanya ada masa tunggu sebelum pengobatan. Inilah saat yang tepat untuk dosis pertama,” ujar dr. Joyce.
Dosis kedua dapat diberikan dalam kurun 2 – 6 bulan kemudian saat menjalani pengobatan. Pengobatan dengan kemoterapi dilakukan tiap tiga minggu. Satu minggu setelah kemo, kondisi pasien biasanya menurun. Di minggu kedua-ketiga, biasanya kondisi mulai membaik. Inilah momen yang ideal untuk vaksinasi dosis kedua. “Sebelum vaksinasi, akan diperiksa dulu kondisi pasien. Bagaimana leukositnya. Bila tidak ada demam, diare, dan lain-lain, serta kondisinya stabil, bisa divaksinasi,” papar dr. Joyce.
Efek proteksi vaksin akan muncul dalam waktu satu bulan setelah vaksin kedua. Titer kekebalan tubuh akan meningkat empat kali lipat, dibandingkan bila hanya satu kali vaksin. Vaksinasi herpes zoster untuk pasien kanker sangat besar manfaatnya. “Pasien kanker dan keluarganya perlu tahu soal risiko herpes zoster dan pencegahannya. Vaksinasi adalah salah satu cara untuk mencegah penyakit ini,” pungkas dr. Joyce. (nid)
____________________________________________