Kanker serviks masih saja menempati urutan kedua kanker paling banyak di Indonesia, setelah kanker payudara. Faktor kebersihan ternyata turut berperan dalam terjadinya kanker serviks. Memang, keputihan tidak menyebabkan kanker serviks karena penyebab kanker ini adalah infeksi virus HPV (Human Papillomavirus). Namun, keputihan bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.
Faktor risiko utama terjadinya kanker serviks yaitu hubungan seksual. “Penetrasi penis bisa mendorong HPV yang berada di kulit area genital, masuk hingga ke serviks. Makin dini melakukan hubungan seksual, risiko kanker serviks makin tinggi,” papar Ketua Umum POGI Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk.
Itu sebabnya, semua perempuan yang aktif secara seksual, memiliki risiko terkena kanker serviks. Risiko itu tetap ada, sekalipun suami dan istri saling setia dengan pasangannya. Sebabnya, aktivitas seksual bisa memindahkan HPV hingga mencapai serviks atau leher rahim.
Nah, bagaimana dengan keputihan? Prof. Yudi menjelaskan, serviks yang sehat adalah yang mulus, tidak ada luka sama sekali. “Bila terjadi keputihan (abnormal), serviks bisa luka dan meradang akibat mikroorganisme penyebab keputihan. Nah karena ada luka, HPV bisa masuk,” jelasnya, dalam diskusi media di Jakarta (24/6/2025).
Itu sebabnya, sangat penting untuk selalu menjaga kebersihan area kemaluan. Bila mengalami keputihan abnormal, segeralah berobat ke dokter, jangan sampai berlarut-larut. Jadi keputihan tidak menyebabkan kanker serviks secara langsung, tapi akibat keputihan yang tidak normal, risiko kanker serviks meningkat.
Faktor risiko lain yakni bila pasangan tidak disunat. Pada area kepala penis yang tidak disunat, akan terbentuk kumpulan minyak sel kulit mati, dan cairan tubuh yang disebut smegma. “Smegma ini adalah tempat berkumpulnya virus dan mikroorganisme. Apalagi kalau orangnya jorok, smegma jarang dibersihkan. Akan sangat berisiko membawa masuk HPV kepada pasangannya,” tutur Prof. Yudi.
Kanker Serviks bisa Dicegah
Kanker serviks adalah kanker yang bisa dicegah secara efektif dengan vaksin. Pencegahan primer tentu saja dengan vaksinasi HPV, terutama sebelum berhubungan seksual. Itu sebabnya, sangat disarankan untuk vaksinasi HPV sebelum menikah. Pada usia 9 – 13 tahun tahun, vaksinasi HPV diberikan dalam dua dosis, dengan jarak antara dosis pertama dengan kedua yaitu 6-12 bulan. Vaksinasi pada usia 14 tahun ke atas diberikan dalam tiga dosis, dengan interval 0-2-6 bulan.
Yang sudah menikah tetap bisa melakukan vaksinasi HPV. “Bagi yang sudah aktif secara seksual, sebelum vaksinasi sebaiknya melakukan pemeriksaan dulu misalnya Pap smear, untuk memastikan belum ada kanker, karena vaksinasi akan percuma bila sudah terjadi kanker,” terang Prof. Yudi.
Pencegahan sekunder yaitu dengan skrining dan deteksi dini. mereka yang aktif secara seksual tetap perlu melakukan pemeriksaan rutin meski sudah divaksin. Pemeriksaan paling sederhana yaitu melalui pemeriksaan IVA di Puskesmas. Pemeriksaan yang lebih detil bisa dengan Pap smear, yang mengambil sampel dari area serviks untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop, apakah ada sel-sel yang tidak normal.
Pemeriksaan yang paling canggih yaitu HPV DNA. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan HPV tipe onkogenik pada sel-sel serviks. Jadi, bisa mendeteksi risiko kanker serviks dengan sangat dini, bahkan sebelum kanker terjadi. Pemeriksaan HPV DNA bisa dilakukan melalui sampel urin, atau sampel sel serviks seperti Pap smear.
Masih ada yang takut bahwa vaksinasi HPV justru merangsang terjadinya kanker serviks karena memasukkan virus tersebut ke tubuh. “Itu hoaks alias tidak benar. Vaksin HPV tidak menggunakan virus ‘asli’, melainkan cangkang virus sintetis, yang disebut virus-like particle. Jadi tidak mengandung DNA virus, sehingga tidak mungkin menyebabkan kanker serviks,” tegas Prof. Yudi.
Kini sudah tersedia vaksin dengan 9 serotipe HPV (vaksin nine-valent). Bila sudah pernah mendapat vaksin HPV bivalen (mengandung dua serotipe HPV) atau kuadrivalen/tetravalent (mengandung 4 serotipe HPV), tidak perlu melakukan vaksinasi ulang dengan vaksin HPV nine-valent, tapi silakan bila menginginkan perlindungan yang lebih lengkap lagi.
Tentu, kebersihan organ genital harus selalu dijaga untuk mencegah keputihan abnormal. Memang keputihan tidak menyebabkan kanker serviks, tapi bisa menjadi faktor risiko. Sebisa mungkin, kita hindari segala faktor risiko, dan lindungi diri dengan vaksin. (nid)
__________________________________
Ilustrasi: Image by ArtPhoto_studio on Freepik