Setiap jam, dua perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks. Cukup ironis karena sebenarnya, kanker ini bisa dicegah. Vaksinasi HPV pranikah dan pascapersalinan cukup efektif mencegah kanker serviks.
Beban kanker serviks di negara kita sangat tinggi; kanker ini menempati urutan kedua kanker terbanyak di Indonesia, setelah kanker payudara. Bagaimana di dunia? “Indonesia itu nomor satu untuk kasus kanker serviks di Asia Tenggara, dengan 100 kasus per hari dan 57 kematian akibat kanker serviks setiap hari,” ungkap Ketua Umum POGI Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk, dalam diskusi media di Jakarta, Selasa (24/6).
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Papillomavirus) tipe high risk atau onkogenik. “HPV sangat umum di lingkungan kita. bila diperiksa, 80% perempuan positif HPV, baik tipe high risk maupun low risk,”ujar Prof. Yudi. Pada lak-laki, angkanya tidak jauh berbeda, yakni 74%.
Di Indonesia, serotipe HPV onkogenik yang paling banyak ditemukan yaitu serotipe 52, 16, 18, dan 58. Untuk serotipe low risk apakah bisa diabaikan karena tidak menyebabkan kanker? Ternyata, tidak demikian. “Tipe low risk seperti serotipe 6 dan 11 bisa menyebabkan kutil kelamin atau kondiloma,” terang Prof. Yudi.
Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG, Subsp. Onk / Foto: RnR
Vaksinasi HPV Pranikah dan Pascapersalinan
“Proteksi terhadap HPV paling efektif pada perempuan yang belum pernah terpapar HPV,” ujar Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp.Onk. Yaitu sebelum ia berhubungan seksual, karena penetrasi penis bisa mendorong HPV yang ada di kulit area genital masuk hingga ke serviks.
Target WHO, 90% perempuan mendapat vaksinasi HPV di usia 15 tahun; 70% melakukan pemeriksaan HPV DNA di usia 35 dan 45; dan 90% perempuan yang teridentifikasi penyakit serviks menerima pengobatan. Sayangnya, hal tersebut belum bisa diimplementasikan di Indonesia. Pemeriksaan HPV DNA di Indonesia masih sangat rendah; kita utamanya masih mengandalkan pemeriksaan IVA dan Pap smear, dengan target 75%. Untuk itu, vaksinasi harus diperluas cakupannya.
Kita bersyukur, program vaksinasi HPV pada siswi kelas 5 SD/sederajat sudah mulai dilaksanakan sejak 2016. Namun untuk menekan kanker serviks hingga mengeliminasinya, perlu usaha lebih keras lagi.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mengeluarkan rekomendasi klinis terbaru untuk vaksinasi HPV, menargetkan dua kelompok kunci: perempuan pranikah dan pascapersalinan. Rekomendasi ini disusun berdasarkan bukti ilmiah terkini dan bertujuan untuk memperkuat pencegahan primer kanker serviks.
“Perempuan pranikah adalah kelompok kunci pencegahan primer kanker serviks,” tegas Dr. dr. Fitriyadi. Ia menjelaskan, vaksinasi HPV sebelum aktif secara seksual, bisa mencegah hingga 90% kanker terkait HPV. Sebagai informasi, selain menyebabkan kanker serviks, HPV tipe high risk juga bisa menyebabkan kanker penis dan kanker anal. Maka tak berlebihan bila vaksinasi HPV pranikah berperan penting dalam pencegahan kanker serviks.
Vaksinasi HPV pada ibu yang baru melahirkan juga penting. “Pada perempuan yang sudah aktif secara seksual, vaksin tetap membantu mengurangi risiko dan memberikan perlindungan dari kanker serviks,” tambahnya.
Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG, Subsp.Onk / Foto: RnR
Vaksinasi HPV diberikan dalam 3 dosis (tiga kali), dengan interval 0-2-6 bulan. maksudnya, dosis kedua diberikan 2 bulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Idealnya, ketiga dosis sudah selesai diberikan sebelum perempuann menikah atau hamil.
Bagaimana bila sudah mendapat dosis pertama atau kedua, tapi kemudian hamil? “Dosis selanjutnya ditunggu sampai setelah melahirkan. Vaksinasi bisa diberikan segera setelah melahirkan,” tutur Dr. dr. Fitriyadi. Yang terpenting, vaksinasi dilakukan sesuai dosis yaitu tiga kali, agar perlindungannya optimal. Setelah itu tidak perlu booster, karena vaksin HPV mampu melindungi dalam jangka panjang.
Bagi ibu yang belum vaksin sebelum hamil, maka kontrol pascapersalinan adalah saat yang tepat bagi dokter untuk memberikan edukasi soal vaksinasi HPV. “Vaksinasi bisa dilakukan bersamaan dengan layanan nifas dan skrining serviks, dan dosis berikutnya saat kunjungan setelahnya,” ujar Dr. dr. Fitriyadi. Jangan khawatir, vaksin HPV aman bagi ibu menyusui. Vaksin tidak akan memengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.
Vaksin yang digunakan dalam program untuk siswi yaitu vaksin kuadrivalen/tetravalen, yang mengandung 4 serotipe: 2 high risk (serotipe 16 dan 18), dan tipe low risk penyebab kutil kelamin (serotipe 6 dan 11). Perempuan yang ingin melakukan vaksinasi HPV pranikah ataupun pascamelahirkan, juga bisa menggunakan vaksin tetravalen, dengan biaya mandiri. Juga ada vaksin yang mengandung 9 setoripe virus (vaksin 9 valen). Selain emngnadung 4 serotipe tadi, vaksin ini juga melindungi dari 5 serotipe tipe ganas lain yaitu 31, 33, 45, 52, dan 58.
Keberhasilan Nyata Program Vaksinasi
Program vaksinasi HPV di Australia menampakkan hasil yang nyata. Program dimulai pada 2007 pada anak perempuan usia 12-13 tahun, diikuti dengan program lanjutan di 2009 untuk perempuan hingga usia 26 tahun. Pada 2013, programnya diperluas lagi mencakup anak lelaki usia 12-13 tahun, dan program lanjutan untuk anak lelaki usia 14-15 tahun. Program skrining juga dijalankan dengan masif.
“Australia akan jadi negara pertama yang berhasil mengeliminasi kanker serviks, pada 2035,” ujar Dr. dr. Fitriyadi. Negara-negara lain yang telah melakukan program vaksinasi HPV juga menunjukkan hal serupa. Misalnya saja Inggris, Norwegia dan Kanada, yang telah berhasil menurunkan kasus kanker serviks secara signifikan. Norwegia ditengarai akan nyaris mengeradikasi kanker serviks pada 2039.
Butuh puluhan tahun bagi Australia untuk mengeradikasi kanker serviks. Jalan kita masih panjang untuk bisa mencapai hasil serupa, tapi setidaknya, sebagian besar anak gadis kini sudah terlindungi brkat program vaksinasi di sekolah. Vaksinasi HPV pranikah dan pascapersalinan akan memperluas cakupan vaksinasi. Semoga kita bisa segera menyusul negara lain mengeradikasi kanker serviks. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Image by senivpetro on Freepik