Anak suka tantrum sering kali dikaitkan dengan pola asuh yang salah. “Padahal, banyak dipengaruhi oleh saluran cerna. Kalau mood anak jelek, gampang tantrum, biasanya ada masalah di pencernaan,” ungkap Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K). siapa sangka, kesehatan usus dan mood anak ternyata begitu erat kaitannya.
Dr. dr. Ariani melanjutkan, ini adalah hubungan antara usus dan otak yang disebut gut-brain axis. “Usus disebut juga sebagai otak kedua. Apa yang terjadi di usus, memengaruhi otak,” tegasnya. Anak yang sakit perut, kembung, kolik, tentu mood-nya jelek dan mudah tantrum. “Bagaimana dia bisa main kalau mood-nya jelek?” imbuh Dr. dr. Ariani, dalam peluncuran kampanye “Main Jangan Main-Main” bersama Lactogrow di Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Di dalam saluran cerna, terdapat triliunan bakteri, dengan jenis yang sangat beragam. “Kesehatan saluran cerna dipengaruhi oleh bakteri baik,” terang Dr. dr. Ariani. Bakteri-bakteri baik ini berperan penting dalam penyerapan nutrisi, proses metabolisme, mood, hingga imunitas tubuh. Saluran cerna disebut sehat dan seimbang bila 80% mikrobiota usus didominasi oleh populasi bakteri baik.
Menyeimbangkan Bakteri Baik untuk Mendukung Kesehatan Usus dan Mood Anak
Berbagai hal bisa mengganggu keseimbangan mikrobiota usus. “Kalau tidak seimbang, maka harus kita seimbangkan. Pertama, kita berikan nutrisi yang mengandung probiotik,” ujar Dr. dr. Ariani.
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi, akan memberikan manfaat kesehatan. Yang umum digunakan sebagai probiotik yaitu bakteri asam laktat seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus.
Namun demikian, strain probiotik harus jelas, dan telah dibuktikan aman dan bermanfaat melalui penelitian ilmiah. “Salah satu yang banyak penelitiannya yaitu Lactobacillus reuteri, yang secara alami terdapat di ASI,” terang Dr. dr. Ariani. Menariknya, L. reuteri juga ikut menumbuhkan bakteri-bakteri bermanfaat lainnya di usus, sehingga keseimbangan saluran cerna makin sehat.
Di samping probiotik, si Kecil juga perlu diberikan prebiotik sebagai makanan untuk bakteri baik di usus. Makanan bagi probiotik yaitu serat pangan, salah satunya inulin. Ini merupakan karbohidrat kompleks, yang banyak terdapat pada berbagai jenis sayur, buah dan umbi-umbian. “Jangan berikan anak bahan makanan yang kurang sehat misalnya gula yang berlebihan,” tandas Dr. dr. Ariani.
Aurel Hermansyah, seorang ibu dan figur publik, berbagi pengalaman mengenai kondisi saluran cerna putrinya. “Azura pernah di usia tiga atau empat bulan nangis terus, gak tahu sebabnya apa. Aminah juga pernah mengeluh perutnya tidak enak,” ujar Aurel. Setelah diperhatikan, ternyata perutnya kembung. “Kita suka menganggap kembung itu biasa. Kita juga kadang cuek, padahal mungkin perncernaannya bermasalah,” imbuhnya.
Aurel akhirnya paham pentingnya probiotik dan prebiotik untuk kesehatan usus dan mood anak, Aurel mulai membatasi konsumsi gula tambahan untuk kedua putrinya. Ia juga memilih susu yang tidak mengandung gula, serta mengandung Lactobacillus reuteri dan prebiotik, seperti Lactogrow.
Ajak Anak Main
Menurut survei JAKPAT 2025, hanya 1 dari 3 ibu yang bermain bersama anaknya minimal 60 menit sehari sesuai rekomendasi WHO. Miranti Burhan, Category Marketing Manager LACTOGROW menyayangkan, “Saat ini, masih banyak orang tua yang menganggap bermain hanya sebatas hiburan bagi si Kecil, bukan bagian dari proses belajar tumbuh kembang sehingga banyak orang tua yang belum aktif terlibat namun hanya sekedar menemani dan mengawasi saat Si Kecil sedang bermain.”
Jadi, penting untuk mencukupi kebutuhan bermain si Kecil, di samping nutrisinya. “Lewat bermain, mereka belajar soal diri sendiri, tentang orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Mereka penasaran bagaimana cara kerja benda-benda di sekitarnya. Bermain bukan hanya hiburan, tapi banyak manfaatnya bagi anak. Tugas mereka itu bermain,” tutur psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi.
Bermain bisa mengasah ketajaman sensoris atau panca indra. Motorik kasar dan halus pun terasah. “Mereka berlatih keseimbangan atau perencanaan gerak, pendengaran, penglihatan. Semua terasah. Kreativitas, imajinasi, kecerdasan emosi, semua berkembang. Ketrampilan sosialisasi juga berkembang ketika anak mulai main berkelompok,” papar Vera.
Anak boleh main sendiri, tapi manfaatnya jauh lebih besar bila ditemani orangtua. Bagi anak, tercipta ikatan emosional dengan orangtua, sehingga kecerdasan sosial dan emosionalnya bertumbuh. “Misalnya dia main balok lalu rubuh dan dia kesal, mungkin dia akan pergi. Nah kalau ada kita, kita bisa memotivasinya untuk mencoba lagi,” ujar Vera.
Anak juga belajar meregulasi dirinya. “Misalnya anak bermain dengan buru-buru atau kasar, kita bisa ajarkan mereka untuk pelan-pelan,” ujarnya. Kita juga bisa mengajak anak bermain tebak-tebakan, yang akan merangsang perkembangan kognitif anak.
Keuntungan juga dirasakan oleh orangtua. “Orangtua lebih sejahtera psikologis. Ada hormone oksitosin yang kluar ketika kita bermain bersama anak,” tandas Vera.
Aurel juga berbagi tips tentang bagaimana dia meluangkan waktu bermain bersama si Kecil di sela kesibukannya. "Aku biasanya membagi waktu bermain menjadi 2-3 kali sehari, masing-masing 30 menit,” ujarnya. (nid)