Memilih Obat Pencahar, Perhatikan Cara Kerjanya
memilih_obat_pencahar

Memilih Obat Pencahar, Perhatikan Cara Kerjanya

Makan jadi tidak enak gara-gara susah buang air besar. Sembelit atau konstipasi memang sangat mengganggu, meski tampaknya ‘sepele’. Di pasaran, ada beragam obat pencahar atau laksatif untuk mengatasi sembelit. ternyata, masing-masing memiliki cara kerja berbeda. Ini perlu dipahami, agar kita bisa memilih obat pencahar sesuai kebutuhan.

Idealnya, kita BAB (buang air besar) setiap hari, atau setidaknya 2 hari sekali. Disebut sembelit bila BAB <3 kali seminggu, atau BAB sulit/keras. Namun demikian, tiap orang memiliki kondisi berbeda. Ada juga yang BAB 3-4 hari sekali, dan baik-baik saja. Bila saat BAB tidak ada keluhan sulit atau keras, maka tak perlu khawatir; berarti memang begitulah pola BAB kita.

Sembelit termasuk gangguan yang kerap dialami masyarakat sehari-hari. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Antara lain kurang makan serat, kurang cairan, dan kurang berolahraga. Meski bisa juga disebabkan oleh penyakit lain atau obat-obatan tertentu.

Serat dibutuhkan untuk membentuk massa feses. Ini penting karena massa fses yang cukup dan padat akan merangsang usus besar berkontraksi dan menimbulkan rasa mulas. Adapun air yang cukup diperlukan untuk membuat feses lembap dan lembut, sehingga mudah dikeluarkan saat BAB. Nah, bagaimana dengan olahraga? Ternyata, hal ini penting untuk merangsang motilitas usus. mengonsumsi probiotik secara teratur juga akan membantu melancarkan BAB.

Memilih Obat Pencahar berdasarkan Cara Kerjanya

Ada kalanya kita sudah makan serat, cukup minum, dan berolahraga, tapi masih saja belum berhasil BAB. Di saat seperti ini, kita mungkin membutuhkan ‘dorongan’ yang lebih kuat seperti obat pencahar. Secara garis besar, laksatif dibagi menjadi empat macam, berdasarkan cara kerjanya.

Berikut ini empat macam laksatif, yang bisa kita jadikan acuan dalam memilih obat pencahar.

1. Pembentuk massa

Laksatif pmbentuk massa (bulk-forming laxative) mengandung serat larut, yang akan menambah massa feses sekaligus menarik air ke dalam feses, sehingga feses menjadi lbih besar, padat, dan lembut. Membesarnya ukuran feses akan merangsang kontraksi usus besar untuk BAB.

Contoh laksatif jenis ini biasanya berupa suplemen serat, misalnya yang mengandung psilium, polikarbopil, atau metilselulosa. Laksatif pembentuk massa biasanya disarankan sebagai pilihan pertama saat mengalami sembelit.

2. Osmotik

Laksatif osmotik bekerja dengan menarik air dari tubuh ke dalam feses, sehingga feses menjadi lebih lembut dan mudah dikeluarkan saat BAB. Bisa dijadikan tambahan atau pengganti laksatif pembentuk massa bila laksatif jenis tersebut belum berhasil merangsang BAB.

Contoh laksatif osmotik misalnya yang mengandung laktulosa, sorbitol, susu magnesia, makrogol, dan polietilen glikol. Perlu diingat, laksatif jenis ini mmbutuhkan waktu untuk bekerja, biasanya 2 – 3 hari.

3. Stimulan

Bisa dibilang, ini adalah laksatif yang cara kerjanya paling kuat, yaitu dengan menstimulasi/merangsang otot-otot yang melapisi usus sehingga kontraksi atau motilitas usus meningkat. Ini akan membuat feses lebih cepat bergerak ke usus besar lalu ke rektum, serta merangsang rasa mulas. Contoh laksatif stimulant antara lain bisakodil (bisacodyl), senna, dan sodium pikosulfat.

Bisakodil tersedia dalam bentuk tablet oral, supositoria (tablet yang dimasukkan lewat anus), dan nema (cairan yang dimasukkan lewat anus). Bisakodil oral harus ditelan dalam keadaan utuk karena berupa tablet selaput enterik. Bila dikunyah/digerus, bisa mengganggu efek obat. Sebaiknya diminum malam hari karena memerlukan waktu 6 – 12 jam untuk bekerja. Diharapkan, efeknya sudah akan terasa di pagi hari. Untuk bisakodil supositoria atau enema, efeknya lebih cepat. Gunakan sesuai petunjuk kemasan.

4. Pelembut feses

Laksatif pelembut feses atau laksatif emolien bekerja dengan meningkatkan penyerapan air dan lemak ke feses sehingga lebih lembut dan lunak. Ini membuat feses mudah dikeluarkan sehingga tidak terasa sakit dan tidak perlu mengejan saat BAB.

Laksatif jenis ini biasanya dikonsumsi oleh mereka yang baru menjalani operasi, ibu yang baru melahirkan, dan mereka yang memiliki wasir. Contoh laksatif emolien yaitu dokusat.

Memilih obat pencahar perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, dan gunakan sesuai petunjuk pada kemasan. Yang terpenting, perbaiki dan pelihara pola hidup sehat agar BAB senantiasa lancar. (nid)

_________________________________

Ilustrasi: Image by wayhomestudio on Freepik