aspirin mengurangi risiko patah tulang

Aspirin Mengurangi Risiko Patah Tulang, Benarkah?

Selama bertahun-tahun aspirin dianggap sebagai obat ajaib. Ia meredakan nyeri untuk banyak keluhan, dari sakit kepala hingga nyeri sendi. Juga mampu menurunkan demam. 

Bahkan para ilmuwan menyepakati bila aspirin bisa mengurangi risiko stroke dan serangan jantung, pada penderita penyakit kardiovaskular. 

Selanjutnya peneliti juga mulai menghubungkan aspirin dengan kesehatan tulang: apirin mengurangi risiko patah tulang. Sebagai informasi, patah tulang bisa menjadi ‘bencana’ besar pada lansia, menurunkan kualitas hidupnya secara drastis.

Kenapa aspirin baik untuk tulang?

Roya Fattahi, et al, dalam risetnya di jurnal Tissue Cell (2022) menjelaskan aspirin dapat mendorong perkembangan dan umur sel sumsum tulang yang terlibat dalam pembentukan tulang. Itu juga akan menghambat sel-sel yang memecah tulang (osteoklas).

Selain itu dengan mencegah penyakit kardiovaskular dan stroke, “Aspirin dapat mengurangi kelamahan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Berakibat pada lebih sedikit jatuh dan patah tulang,” terang Robert H. Shmerling, MD, ahli reumatologi di Beth Israel Deaconess Medical Center, AS. 

Reviu dari beberapa studi tahun 2020 juga menemukan bila pemakaian aspirin mengurangi risiko patah tulang hingga 17%. 

Tetapi harap dicatat, beberapa riset dalam reviu tersebut adalah studi observasi, artinya mereka hanya bisa menunjukkan adanya hubungan penggunaan aspirin dan risiko patah tulang yang lebih rendah. 

Studi semacam ini tidak bisa membuktikan bila aspirin adalah alasan sebenarnya untuk lebih sedikit patah tulang. 

Apa yang riset baru katakan?

Pada riset terkontrol acak terbaru (jenis penelitian yang lebih sahih dibanding observasional) yang melibatkan hampir 17.000 orang dewasa dan lansia, mereka diminta mengonsumsi aspirin dosis rendah (100 mg) atau plasebo setiap hari. 

Partisipan dipantau selama hampir 5 tahun untuk kejadian patah tulang atau jatuh yang serius (menyebabkan harus dibawa ke rumah sakit).

Riset yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine ini menemukan: 

  1. Jatuh dan patah tulang yang serius sering terjadi, dialami oleh 8,6% partisipan yang menggunakan aspirin, dan 9,5% dari mereka yang mendapatkan plasebo. 
  2. Tidak ada perbedaan risiko patah tulang antara kelompok aspirin dan plasebo. 
  3. Pengguna aspirin memiliki tingkat kejadian jatuh serius yang lebih tinggi. Ini mungkin karena efek pengencer darah aspirin. Cedera yang biasanya hanya menyebabkan memar atau perdarahan ringan, menjadi memerlukan perhatian medis lebih jika seseorang mengonsumsi aspirin.    

Berlawanan dengan studi observasi sebelumnya, temuan ini tidak menganjurkan penggunaan aspirin dosis rendah untuk meningkatkan kesehatan tulang atau mengurangi risiko jatuh dan patah tulang. 

Dr. Shmerling berpendapat, terlepas dari reputasi aspirin sebagai obat ajaib, penelitian terbaru ini mengingatkan bila aspirin tidak baik untuk semua orang atau setiap kondisi. 

“Bahkan obat ajaib memiliki keterbatasan,” imbuhnya, melansir Health Harvard. “Dan penelitian baru ini hanyalah contoh tentang bagaimana hasil yang mengesankan dari studi observasi mungkin tidak dapat diandalkan, dan mungkin tidak bertahan setelah riset yang lebih kuat.” (jie)