hoaks vaksin hpv
kanker serviks bisa dicegah

Kanker Serviks Bisa Dicegah Lewat Vaksinasi, Ini Hoaks Vaksin HPV yang Jangan Dipercaya

Kanker serviks adalah salah satu kanker yang bisa dicegah. Caranya dengan vaksinasi, dan gaya hidup sehat tentunya. Namun, sayangnya kasus baru kanker serviks di Indonesia masih tinggi.  

Data Globocan 2020 menunjukkan terdapat 36.633 kasus baru kanker serviks (kanker leher rahim) dengan kematian diperkirakan sebanyak 21.003 orang per tahun di Indonesia. Ini berarti terdapat 100 kasus baru dan 57 wanita meninggal akibat kanker leher rahim setiap hari-nya.

Untuk menekan laju kasus kanker serviks, pemerintah telah melaksanakan program vaksinasi HPV (human papillomavirus) sejak tahun 2016. Diikuti dengan perluasan cakupan imunisasi HPV secara nasional pada program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada Agustus 2023. 

Baca: Kematian Akibat Kanker Serviks Naik 15%

Melalui BIAS, vaksin HPV diberikan kepada siswi perempuan 2 kali, yaitu pada saat kelas 5 SD untuk dosis pertama dan kelas 6 SD untuk dosis kedua. Pemberian vaksin HPV paling efektif di usia 9-13 tahun yaitu di kelas 5 dan 6 SD. Hal ini karena pada usia tersebut anak belum melakukan hubungan seks.

Ketua Indonesian Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI), Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K), menjelaskan, “Mempertimbangkan tingginya beban penyakit kanker serviks dan hoaks yang beredar terkait vaksin HPV, maka diperlukan edukasi dan informasi terkait penyakit, pemberian imunisasi, dan keamanan vaksin HPV untuk keberhasilan program imunisasi HPV dalam program BIAS.” 

Bukan tanpa alasan Prof. Sri – demikian ia biasa disapa – menggarisbawahi hoaks vaksin HPV yang beredar di masyarakat. Hoaks ini diketahui ikut mempengaruhi keputusan pada ibu atau remaja putri mereka untuk sukarela mendapatkan vaksinasi HPV. 

Beberapa hoaks vaksin HPV yang santer terdengar antara lain: 

1. Vaksin kanker serviks menyebabkan menopause dini

Ini adalah salah satu hoaks vaksin HPV yang paling kerap diperbincangkan. Melansir Kominfo.go.id, dijelaskan bila sebenarnya ini merupakan isu lama yang sempat beredar pada pertengahan tahun 2016 lalu. 

Sejak awal mula beredar di sosial media, Kementerian Kesehatan angkat bicara dan menepis isu bahwa pemberian vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa menyebabkan menopause dini (menopause yang terjadi di usia 40 tahun ke bawah). 

Kementerian Kesehatan juga menyampaikan bahwa hingga saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan kejadian menopause dini dengan penggunaan vaksin HPV.  Justru menggunakan vaksin HPV dapat mencegah terjadinya kanker serviks.

2. Vaksin HPV bikin mandul

Media sosial juga sempat diramaikan dengan unggahan bila efek vaksin HPV ini bisa menyebabkan kemandulan pada wanita. 

Faktanya, laman Kominfo.go.id, menegaskan bila informasi tersebut adalah keliru. Penjelasannya, setelah mendapatkan vaksinasi HPV wanita memang akan mengalami reaksi seperti demam selama dua hari dan pusing. Kondisi ini adalah wajar karena tubuh sedang membentuk antibodi untuk melawan virus di kemudian hari.

Vaksin HPV dibuat semirip mungkin dengan virus aslinya, tetapi tanpa DNA yang bisa mereplikasi diri. Ini membuatnya tidak bisa merubah sel di serviks menjadi sel ganas. 

Sehingga tidak terjadi efek samping yang dikhawatirkan masyarakat, termasuk kemandulan atau bahkan osteoporosis. Terlebih lagi belum ada riset ilmiah yang menjelaskan efek samping vaksin HPV terkait kemandulan atau osteoporosis.  

Meningkatkan pengetahuan nakes terkait vaksin HPV

Menyadari pentingnya edukasi kanker serviks bagi masyarakat, ITAGI bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi lintas sektoral mengadakan HPV Vaccine Confidence Workshop 2023. 

HPV Vaccine Confidence Workshop merupakan upaya edukasi kepada tenaga kesehatan dalam mempersiapkan pelaksanaan Program Imunisasi Nasional HPV 2023. Target peserta adalah dokter umum, dokter anak, bidan dan perawat yang bertugas di garda terdepan dalam pelaksanaan program imunisasi HPV.

Direktur Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Prima Yosephine, MKM, mengatakan, “Saat ini, beban kanker serviks di Indonesia sangat besar dan program imunisasi nasional HPV dapat membuat pencegahan kanker serviks menjadi lebih efektif.” 

“Peran tenaga kesehatan sangat penting untuk menyukseskan program imunisasi nasional tersebut. Tenaga kesehatan dapat berperan dalam berkoordinasi dengan lintas sektor di masing-masing daerah, seperti guru dan orang tua murid, untuk memberikan informasi terkait pentingnya imunisasi HPV.” 

Setelah program imunisasi dijalankan, tenaga kesehatan juga berperan dalam melakukan monitoring capaian imunisasi untuk evaluasi kesuksesan program kedepannya. (jie)

Baca juga: Tak Hanya Melindungi dari Kanker Serviks, Vaksin HPV juga Mencegah Kutil Kelamin