konsumsi omega3 dan dha selama kehamilan
konsumsi omega 3 dan dha selama kehamilan cegah stunting

Ibu Hamil Wajib Penuhi Omega-3 dan DHA, Cegah Stunting Sejak dalam Kandungan

Asupan gizi selama kehamilan memengaruhi tumbuh kembang janin, termasuk mencegah kejadian stunting sejak dalam kandungan. Konsumsi omega 3 dan DHA tidak hanya berpengaruh pada otak janin, tetapi juga mencegah kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). 

Dr. Adeline Devita, Healthcare Communicator Kalbe Blackmores Nutrition mengatakan, “Penting bagi calon ibu memperhatikan asupan nutrisi sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sang janin demi mendukung kesehatan ibu dan perkembangan buah hati, serta menghasilkan ASI yang berkualitas.” 

Selain kebutuhan makronutrien seperti protein, lemak serta karbohidrat, ibu hamil dan menyusui juga wajib memenuhi asupan mikronutrien seperti asam folat, zat besi, yodium, kalsium, dan juga minyak ikan yang merupakan sumber DHA (docosahexaenoic acid).

“Omega 3 dan DHA merupakan mikronutrien yang penting di masa kehamilan dan menyusui. Jika tidak terpenuhi dengan baik, kekurangan asupan omega 3 dan DHA dapat menyebabkan tumbuh kembang bayi yang kurang optimal,” lanjut dr. Adeline dalam acara Parenting Talk bertajuk Dukung ASI Berkualitas untuk Sehatnya Bunda & Si Kecil, Selasa (26/9/2023). 

Manfaat penting dari DHA yaitu mendukung perkembangan mata, saraf dan otak janin untuk merangsang kecerdasan sampai lahir. DHA dinilai mampu memberikan hasil yang positif selama masa kehamilan seperti mencegah kelahiran prematur, menurunkan risiko berat badan lahir rendah (BBLR). 

Di sinilah pentingnya kecukupan asupan omega 3 dan DHA selama kehamilan. Bayi prematur dan BBLR berisiko tinggi menjadi stunting. 

Riset di jurnal EClinicalMedicine menunjukkan pemberian DHA 1000 mg setiap hari selama kehamilan signifikan mengurangi risiko kelahiran prematur, dibandingkan ibu hamil yang hanya mengonsumsi DHA 200 mg per hari.  

Penelitian Danaei G, et al, di 137 negara berkembang menemukan bila 32,5% kasus stunting (tengkes) disebabkan oleh kelahiran prematur. Riset lain di Indonesia menjelaskan bahwa 20% kasus stunting di Indonesia oleh BBLR. 

Kelahiran prematur adalah semua bayi yang lahir dengan usia gestasi < 37 minggu. Ia lahir dengan berat badan rendah (BBLR: < 2500 gram). Semakin kecil usia kehamilan semakin banyak masalah, karena organ yang belum matang. Sementara BBLR, bila berat bayi kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia gestasi. Artinya bayi yang cukup bulan (lahir >37 minggu) dengan berat badan rendah tetap bisa dianggap BBLR.

Sayangnya laporan Humanitarian Response Plan – salah satu organisasi WHO - tahun 2020 menyebutkan Indonesia menempati peringkat ke-5 negara dengan angka kelahiran prematur dan BBLR tertinggi. Dari 100 bayi lahir, terdapat 10 bayi lahir prematur dan 7 bayi dengan kondisi BBLR.

Salah satu cara mudah untuk mendapatkan asupan omega 3 dan DHA bisa melalui konsumsi ikan berlemak. “Sayangnya di Indonesia, masih banyak ibu menyusui yang belum teredukasi dalam pentingnya memenuhi asupan nutrisi mikronutrien termasuk omega 3 dan DHA,” imbuh dr. Adeline. 

Ada fakta menarik di mana FDA (Food and Drug Administration) mencatat berdasarkan pola makan lebih dari 1000 wanita hamil di AS, bila 21% tidak mengonsumsi ikan sama sekali, dan mereka yang mengaku makan ikan, mengonsumsinya di bawah rekomendasi yang diberikan. 

Riset di Inggris – diterbitkan di jurnal Nutrient 2023 – juga mengatakan ada penurunan konsumsi ikan selama kehamilan. Alasannya, ketakutan ibu terhadap kandungan merkuri, dioksin dan polychlorinated biphenyls yang bisa berdampak buruk untuk pembentukan sistem saraf janin. 

Sehingga dari fakta tersebut, lebih bijaksana bila ibu hamil mengonsumsi suplemen minyak ikan, sebagai sumber DHA dan omega 3. Penelitian juga melaporkan bahwa asupan DHA selama kehamilan dapat meningkatkan volume otak janin - ini berhubungan dengan kecerdasan bayi.  (jie)

Baca juga: Suplemen Omega 3 Selama Kehamilan Cegah Hipertensi Pada Anak