susu soya untuk atasi alergi susu sapi
susu soya untuk alergi susu sapi

Cukupkah Susu Soya Penuhi Nutrisi Untuk Anak Alergi Susu Sapi? Ini Pendapat Ahli

Alergi susu sapi jika tidak segera diatasi akan berdampak pada tumbuh kembang si kecil. Mengganti susu sapi dengan formula susu soya (kedelai) patut dipertimbangkan. Namun, beberapa ibu masih khawatir bila nutrisi susu soya tidak sebaik susu sapi.  

Alergi susu sapi merupakan salah satu alergi yang paling banyak ditemui pada anak di Indonesia. 

Gejala utama alergi susu sapi pada bayi bisa muncul di 3 organ: kulit, pencernaan dan saluran napas. 

Alergi yang muncul di kulit berbentuk biduran atau bahkan eksim. Pada saluran pencernaan ditunjukkan dengan diare, sembelit, gumoh dan muntah. Sedangkan di saluran napas bisa terjadi sumbatan saluran napas, ditunjukkan dengan napas yang berbunyi (wheezing) bahkan sampai asma. Gejala umumnya seperti susah tidur, gelisah, kolik dan gagal berkembang.

Alergi susu sapi dan alergi makanan lainnya jika tidak diperhatikan dapat berdampak pada tumbuh kembang dan kesehatan anak. Statistik menunjukkan bayi < 6 bulan dengan alergi susu sapi 16,5% menjadi kurus, 13,9% sangat kurus dan 27,8% mengalami stunting

Penelitian cross-sectional di Amerika Serikat oleh Robbins KA (2014) yang dilakukan pada 6.189 anak usia 2-17 tahun memperlihatkan secara signifikan bahwa anak-anak dengan alergi makanan yang sebelumnya alergi susu sapi memiliki rerata tinggi badan, berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) lebih rendah, dibanding anak dengan alergi makanan tanpa sejarah alergi susu sapi.

Malnutrisi dan pertumbuhan terhambat disebabkan oleh perubahan pola makan karena adanya batasan dan eliminasi dalam pola makan, lalu nutrisi pengganti dan pendukung yang tidak mencukupi. 

Kurangnya nutrisi ini meningkatkan risiko penyakit degeneratif di kemudian hari seperti obesitas, hipertensi, sakit jantung, dan mengalami keterlambatan pertumbuhan.

Formula susu soya untuk atasi alergi susu sapi adalah pilihan terbaik. Selain tinggi nutrisi, ia juga lebih bisa diterima lidah bayi, dibandingkan susu terhidrolisat (susu sapi yang proteinnya sudah dipecah) yang rasanya kurang enak. 

Hal ini diakui Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), MKes, yang menjelaskan konsumsi formula soya dapat mengurangi berbagai risiko dampak kesehatan anak, dan mencukupi keperluan nutrisi hariannya. 

"Penggunaan formula berbasis isolat protein soya dapat menjadi pilihan pada anak alergi susu sapi dengan gejala ringan sedang. Hasil penelitian menunjukan bahwa formula soya tidak memiliki efek negatif baik pada pertumbuhan, sistem endokrin, reproduktif, imunologi maupun neurologis,” jelas Prof. Budi. 

Formula susu soya juga dapat ditoleransi dengan baik pada sebagian besar anak, termasuk mereka dengan alergi susu sapi. Selain itu, susu soya untuk atasi alergi susu sapi adalah pilihan yang paling rasional karena harganya yang lebih murah dibanding susu terhidrolisat (formula susu yang diresepkan untuk alergi susu sapi). 

Penelitian di jurnal Molecules (2021) menyatakan protein kedelai sangat mirip dengan protein hewani dalam komposisi asam amino (melekul penyusun protein). “Dan proporsi asam aminonya dalam organisme sangat mirip, sehingga lebih efisien digunakan untuk pencernaan dan penyerapan,” tulis Wanda Kudełka, dan tim peneliti dari lain Polandia. 

Riset sebelumnya oleh Prof. Yvan Vandenplas, dari Vrije Universiteit Brussel Belgia (tahun 2014) mendapati konsentrasi hemoglobin, protein, zinc dan kalsium, serta kandungan mineral tulang pada anak-anak pengonsumsi susu kedelai ini tidak berbeda secara signifikan dengan anak-anak yang tidak mengonsumsinya.

Formula soya dan probiotik

Biasanya susu formula kedelai juga diperkaya asam lemak esensial, yaitu omega-6 dan omega-3 sebagai bahan dasar pembentukan AA & DHA untuk tumbuh kembang otak yang optimal.

Pada beberapa produk bahkan ditambahkan probiotik (bakteri baik) untuk meningkatkan manfaat, terutama di sistem pencernaan dan penyembuhan gejala alergi. Antara lain mengandung probiotik jenis Bifidobacterium.  

Studi Yan-Yan Huang, tahun 2023, menjelaskan probiotik akan berfungsi mempertahankan fisiologi normal usus, meningkatkan lapisan dinding sel usus, dan meredakan gejala alergi makanan. Mereka juga berpartisipasi dalam metabolisme protein dan lipid, meningkatkan metabolisme inang dan mengurangi siklus alergi makanan. 

Prof. Budi menekankan selain pentingnya pemenuhan nutrisi, konsultasi dengan spesialis anak juga perlu dilakukan agar mendapat rekomendasi paling tepat sesuai dengan Tata Laksana Alergi rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (jie)

Baca juga: Beda Alergi Susu Sapi dengan Intoleransi Laktosa