bahaya makanan ultraproses
bahaya makanan ultraproses

Pakar: Ancaman Global Dari Makanan Ultraproses

Dalam tiga ulasan baru di jurnal terkenal The Lancet ditekankan adanya peningkatan konsumsi global makanan ultraproses (UPF) dan mengingatkan bahwa tren ini menimbulkan ancaman mendesak untuk kesehatan. 

Para peneliti mencatat adanya peningkatan risiko kesehatan dalam populasi yang terpapar produk makanan ultraproses. 

“Meningkatnya konsumsi UPF sedang merubah pola makan di seluruh dunia, menggantikan makanan yang diproses minimal dan tidak diproses,” kata Carlos A. Monteiro, MD, profesor gizi masyarakat dan peneliti di Núcleo de Pesquisas Epidemiológicas em Nutrição e Saúde (NUPENS), Brasil. 

“Pergeseran pola makan ini didorong oleh perusahaan-perusahaan global yang meraup keuntungan luar biasa dengan memrioritaskan produk-produk ultraproses, didukung oleh pemasaran dan lobi politik kuat, yang menghambat kebijakan publik yang mempromosikan pola makan sehat.”

Para peneliti dari NUPENS memperkenalkan istilah UPF yang menjadi dasar sistem klasifikasi NOVA. NOVA mengkategorikan makanan menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat pengolahannya: makanan yang belum diproses / diproses minimal; bahan kuliner olahan; makanan olahan; dan UPF. 

Makanan ultraproses adalah produk bermerek yang terbuat dari bahan-bahan murah dengan sedikit atau tanpa kandungan pangan utuh, dan seringkali menggunakan komponen yang dimodifikasi secara kimia dan teknik industri, seperti ekstrusi dan pencetakan.

UPF kerap kali mengandung pewarna, perasa, pengemulsi dan aditif lainnya untuk meningkatkan penampilan, tekstur, aroma atau rasa. Membuat produk-produk ini terasa sangat lezat. 

Jenisnya seperti daging olahan (nugget, sosis, bakso, ham, kornet), makanan ringan dan biskuit (keripik kentang, biskuit manis, kue kering), makanan instan dan beku siap saji, roti dan kue (roti kemasan, donat, muffin), sarapan sereal, dll. 

Risiko kesehatan

Selama tiga dekade terakhir, tercatat peningkatan pembelian UPF di Spanyol dari 11% menjadi 31,7%. Di Kanada, naik lebih dari dua kali lipat selama 80 tahun terakhir, dari 24,4% menjadi 54,9%.

Di Brasil dan Meksiko, UPF meningkat dari sekitar 10% menjadi 23% dari total pembelian selama empat dekade, sementara di Argentina, UPF naik dari 19% menjadi 29% selama 30 tahun.

Di AS dan Inggris, di mana UPF telah lama memasok lebih dari separuh energi makanan, hanya sedikit peningkatan lebih lanjut yang diamati, menunjukkan bahwa pola makan ini sudah mapan.

Pola makan tinggi UPF dikatikan dengan asupan kalori berlebih dan kualitas gizi yang buruk. Ditandai dengan tinggi gula dan lemak tidak sehat, serta rendah serat dan protein. Juga adanya paparan yang lebih besar pada zat aditif dan kimia berbahaya lainnya. 

Sebuah sistematis reviu menilai 104 studi jangka panjang: 92 penelitian melaporkan peningkatan risiko minimal satu kondisi kronis, yang signifikan berhubungan dengan 12 penyakit, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, depresi dan kematian dini karena sebab apapun. 

“Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pola makan tinggi UPF bisa merusak kesehatan secara global,” ujar Mathilde Touvier, PhD, profesor di French National Institute for Health and Medical Research, melansir Medscape. 

Beberapa organisasi internasional, termasuk WHO dan UNICEF mendukung hasil reviu ini. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, MD, menyoroti bahaya kesehatan terkait makanan ultraproses. 

Ia mencatat konsumsi UPF yang lebih tinggi meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular dan penyakit tidak menular lainnya. (jie)