Penurun Kolesterol dari Bahan Alami | OTC Digest

Penurun Kolesterol dari Bahan Alami

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. “Salah satu faktor risiko otama terjadinya PJK yakni kadar kolesterol tinggi. Menurunkan kadar kolesterol tinggi berperan penting dalam mencegah PJK,” tutur dr. Nafrialdi, Ph.D,Sp.PD dari CRSU (Clinical Research Supporting Unit) FK Universitas Indonesia.

Nilai kolesterol meliputi: kolesterol total, kolesterol ‘jahat’ LDL, kolesterol ‘baik’ HDL, dan trigliserida (TG). Kolesterol total merupakan gabungan dari LDL, HDL, dan (TG:5). Idealnya, kadar kolesterol total <200 mg/dL. LDL ideal yakni<100 mg/dL, HDL >60 mg/dL, dan TG<150 mg/dL. Maka bila kadar LDL Anda 100 mg/dL, HDL 60 mg/dL, dan TG 150 mg/dL, kolesterol total Anda 190 mg/dL, masih dalam batas normal. Kadar kolesterol total >200 mg/dL adalah indikasi untuk melakukan pemeriksaan kolesterol yang lebih detil.

Pada dasarnya, mengatasi kolesterol bisa ditempuh dengan tiga cara. “Yang utama adalah mengatur pola makan dan latihan fisik teratur,” terang dr. Nafrialdi. Bila kolesterol tetap tinggi meski kedua cara tersebut sudah dilakukan, barulah diperlukan obat.

Obat penurun kolesterol standar yang biasa digunakan yakni dari golongan statin. Sayangnya, tidak semua orang merasa cocok dengan statin, meski ada banyak jenisnya. Sebagian orang merasa lebih aman dan nyaman dengan obat herbal.

Dr. Nafrialdi beserta timnya di CRSU FKUI meneliti manfaat dan keamanan Nutrafor CHOL, dan membandingkannya dengan obat kosong (plasebo). Penelitian ini dilakukan secara acak dan tersamar ganda. Artinya, orang yang mengikuti penelitian dipilih secara acak apakah mendapat Nutrafor CHOL ataukah plasebo. Mereka maupun dokter yang memberi obat, sama-sama tidak mengetahui obat apa yang mereka dapatkan/berikan. “Agar tidk terjadi efek sugesti dan bias, sehingga diharapkan hasil penelitian efektif,” jelasnya.

Sebanyak 49 orang (32 perempuan, 17 laki-laki) dengan kadar LDL >130 sampai <180 mg/dL diikutkan dalam penelitian tersebut. Usia mereka 18-60 tahun, dan tidak mengonsumsi obat kolesterol apapun. Sebanyak 25 orang mendapat Nutrafor CHOL, dan 24 orang mendapat plasebo, yang dikonsumsi sebanyak 2 kapsul 2x sehari, selama 30 hari. Kadar kolesterol total, LDL, dan TG diukur pada hari 0 (hari pertama penelitian), hari 7 setelah konsumsi, dan hari 28 setelah konsumsi.

“Hasilnya, pada kelompok Nutrafor CHOL, rerata kolesterol total turun dari 214,5 mg/dL pada hari 0 menjadi 190,6 mg/dL pada hari 7, dan turun lagi jadi 186,5 mg/dL pada hari 28,” papar dr. Nafrialdi. Demikian pula pada LDL. Dari rerata 149,6 mg/dL pada hari 0, turun jadi 127,4 mg/dL pada hari 7, dan menjadi 122,5 mg/dL pada hari 28. Namun kadar TG tidak turun signifikan.

Sedangkan pada mereka yang mendapat plasebo, kadar kolesterol total malah naik, dari 214,6 mg/dL (hari 0) menjadi 216,1 mg/dL (hari 7) dan 214,9 mg/dL (hari 28). Adapun LDL tidak turun secara signifikan; dari 155 mg/dL menjadi 152,7 mg/dL (hari 7) dan 150,2 mg/dL (hari 28).

Untuk keamanan, tampak bahwa efek samping yang ditimbulkan Nutrafor CHOL dan plasebo tidak banyak berbeda. Efek samping antara lain mual dan nyeri ulu hati ringan, gatal, dan mengantuk. Dr. Nafrialdi menyimpulkan bahwa obat tersebut layak digunakan sebagai obat penurun kolesterol, terutama bagi yang tidak bisa atau enggan minum obat kolesterol standar.

Kandungan zat aktif dalam Nutrafor CHOL berasal dari ragi beras merah (angkak), ektrak tanaman guggulipid dari India, dan kromium pikolinat. “Angkak bekerja menghambat produksi kolesterol di hati, dan guggulipid mencegah terjadinya perlengketan kolesterol di pembuluh darah,” tutur Boedi Harjono, Associate Director Consumer Health Care 2 PT Novell Pharmaceutical Laboratories.

Adapun kromium merupakan logam mineral yang berfungsi sebagai antioksidan; kombinasi dengan pikolinat membuat kromium lebih mudah diserap tubuh.“Kromium pikolinat bisa mencegah kolesterol teroksidasi, sehingga tidak membentuk plak di dinding pembuluh darah,” lanjut Boedi. Selain itu membantu memperbaiki kerja insulin dalam memetabolisme karbohidrat, sehingga menguntungkan bagi yang memiliki kadar gula darah tinggi. Tak jarang mereka yang memilikimkolesterol tinggi juga mengalami gangguan metabolisme gula, dan sebaliknya. (nid)