Mengenal Skoliosis dan Penanganannya | OTC Digest

Mengenal Skoliosis dan Penanganannya

Tulang belakang manusia terdiri dari atas ke bawah terdiri dari 7 ruas tulang leher (servikal), 12 ruas tulang punggung atas (thoraks) dan 5 ruas tulang punggung bawah (lumbal). Salah satu masalah tulang belakang, khususnya di area toraks adalah skoliosis.

“Skoliosis merupakan kondisi medis di mana tulang belakang jika dilihat dari belakang akan tampak melengkung ke kiri atau kanan. Kurva lengkungnya biasanya berbentuk ‘S’ atau ‘C’, sedikitnya 10°,” terang Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS(K), SpKP, dari Lamina Pain and Spine Center, Jakarta.

Skoliosis ringan biasanya tidak menyebabkan masalah, namun pada kasus berat bisa membuat penderitanya mengalami masalah pernafasan. Meski penderitanya mungkin tidak merasakan nyeri tertentu.

Skoliosis bisa disebabkan banyak hal, misalnya kongenital di mana terjadi kelainan pembentukan tulang belakang pada periode perkembangan janin. Skoliosis juga bisa disebabkan oleh keturunan atau genetic, panjang kaki yang berbeda, cedera, infeksi atau tumor.

Penentuan besarnya derajat lengkungan ditentukan melalui ukur sudut Cobb; teknik yang ditemukan oleh dr. John R Cobb pada 1948. Dikatakan skoliosis ringan jika tulang belakang melengkung < 20°, derajat sedang antara 20-40°, dan skoliosis berat jika > 40°.

“Sekitar 80% idiopathic scoliosis (yang tidak diketahui sebabnya) terjadi pada usia 10-18 tahun. Mayoritas penderita mengeluhkan masalah kosmetik. Atau merasa kalau tidur tidak nyaman, baik tidur terlentang atau miring,” ujar dr. Wawan. 

Penderita dengan kemiringan suduh hingga > 40° akan terlihat ada tonjolan di punggung. Tulang belikat terdorong oleh tulang belakang yang miring.

Tatalaksana

Pada skoliosis derajat ringan biasanya dokter sebatas melakukan observasi, karena lengkungan tulang punggung antara 10-20° masih dianggap normal.

Sementara jika lengkungan antara 20-40°, dokter mungkin akan menyarankan pemakaian korset / spinal brace. Diharapkan pemasangan korset dapat memperlambat proses progresi lengkungan. Lama pakai sekitar 16-23 jam sehari.

“Saat ini banyak yang menjugal korset secara online, sebaiknya hati-hati karena tidak ada korset untuk tulang belakang yang dibuat secara universal. Pemeriksaan dan pengukuran oleh dokter sangat diperlukan untuk semaksimal mungkin mengembalikan tulang punggung ke bentuk normal,” tutur dr. Wawan.

Jika lengkungan >45° dan diperkirakan akan bertambah buruk, yang mana berisiko mempengaruhi organ lain seperti paru-paru, dibutuhkan tindakan bedah.

“Dilakukan menggunakan alat intraoperative neurophysiological monitoring untuk melihat gelombang saraf. Gunanya untuk mencegah kelumpuhan,” terang dr. Wawan.

Pascaoperasi penderita membutuhkan rehabilitasi medik / fisioterapi untuk mengurangi kekakuan otot motorik yang terjadi selama menderita skoliosis. (jie)

Baca juga : Ibu Hamil Dengan Skoliosis, Berbahayakah Untuk Janin?