Mengapa Orang Cenderung Makan Banyak saat Sedang Kesal | OTC Digest
saat_kesal_makan_banyak

Mengapa Orang Cenderung Makan Banyak saat Sedang Kesal

Laura Wilkinson, Swansea University; Angela Rowe, University of Bristol, dan Charlotte Hardman, University of Liverpool

Ide memakan satu ember es krim saat sedih atau kecewa telah menjadi suatu klise. Meskipun beberapa orang mungkin tidak perlu satu ember es krim coklat untuk menghibur diri mereka sendiri, tampaknya memang ada suatu perbedaan bagaimana orang mengatasi kejadian-kejadian buruk, di mana sebagian orang cenderung mencari penghiburan lewat makanan.

Kecenderungan ini penting karena kebiasaan memakan untuk mengatasi perasaan negatif adalah alasan untuk makan secara berlebihan, dan mungkin terkait dengan obesitas serta kelebihan berat badan. Semakin banyak orang sekarang memiliki berat badan berlebih dan menderita obesitas, dengan perkiraan terkini menunjukkan bahwa pada tahun 2012, 2.7 juta orang dewasa di seluruh dunia akan terpengaruh oleh obesitas, dan berisiko menderita masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan kanker.

Jadi, mengapa sebagian orang mengelola emosi mereka dengan makanan sedangkan ada juga yang tidak?

Satu konsep psikologis yang membantu menjelaskan fenomena ini adalah orientasi keterikatan orang dewasa terhadap seseorang. Jadi tergantung seberapa takutnya seseorang yang diabaikan orang yang dicintainya, maka seseorang bisa dikatakan memiliki kegelisahan atas keterikatan dengan orang tersebut. Ketika kita mengalami kegelisahan ini (baik dalam tingkat yang parah atau tidak) maka hal ini menandakan seperangkat harapan-harapan tentang bagaimana seseorang harus memperlakukan orang lain dalam sebuah hubungan personal. Konsep ini diadopsi dari cara kita berperilaku saat kita masih kanak-kanak dan hal ini bisa menandakan gaya keterikatan yang berbeda-beda.

Menangis sambil memakan es krim adalah sebuah stereotipe tapi tindakan tersebut juga menandakan bagaimana perbedaan setiap orang dalam mengatasi emosinya.

Dalam sebuah penelitian gabungan–yang menggabungkan hasil dari banyak penelitian–menunjukkan bahwa semakin tinggi kegelisahan mereka terhadap keterikatan dengan seseorang, maka semakin mereka menunjukkan kebiasaan makan yang buruk, dengan dampaknya berpengaruh pada body mass index (BMI). Dua penelitian lainnya juga telah menunjukkan bahwa pasien yang menjalani operasi penurunan berat badan memiliki kecenderungan untuk memiliki tingkat kegelisahan yang lebih tinggi, dan perbedaan ini bisa dijelaskan dengan kecenderungan seseorang untuk makan banyak.

Memahami kegelisahan akan keterikatan dengan orang lain

Dalam waktu yang cukup lama, kita sudah mengetahui bahwa orang yang memiliki kegelisahan yang tinggi akan keterikatannya dengan orang lainnya akan memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hal-hal yang membuat kesal yang menjadikan mereka sulit untuk mengendalikan emosi mereka ketika sedang kesal. Hal ini terjadi karena orientasi keterikatan berada pada tempat yang paling utama. Dinamika dan perasaan terkait dengan hubungan jangka panjang kita yang paling penting, termasuk pada masa awal kehidupan kita, menjadi acuan yang memandu perilaku kita dalam hubungan kita selanjutnya dengan orang lain dan juga ketika kita berada dalam situasi yang membuat stres.

Ketika kita kecil dan mendapatkan perhatian lebih dari pengasuh kita, yang salah satunya adalah membantu kita mengatasi masalah hidup, maka kita mengembangkan orientasi keterikatan yang sehat. Untuk orang-orang yang merasa dirinya nyaman dengan keterikatannya dengan orang lain, mereka bisa mencari dukungan dari orang lain atau menghibur diri sendiri ketika ada hal yang negatif dalam kehidupan muncul. Salah satu yang mereka lakukan adalah berpikir tentang cara-cara yang dipakai pengasuh mereka atau orang-orang terdekat mereka dalam situasi sulit tersebut.

Namun, cara-cara yang tidak konsisten–ketika pengasuh terkadang merespons kebutuhan yang satu tapi tidak merespons kebutuhan yang lain–akan menimbulkan kegelisahan terhadap keterikatannya dengan orang lain dan ketakutan bahwa kebutuhannya tidak akan terpenuhi. Ketika sesuatu yang buruk terjadi, dukungan dari pihak lain kemudian dicari tapi dianggap tidak bisa dipercaya. Orang-orang dengan tingkat kegelisahan yang tinggi juga tidak bisa menghibur diri mereka sendiri dengan keterikatan mereka terhadap orang-orang terdekat.

Baru-baru ini kami mencoba apakah manajemen emosi yang buruk ini dapat menjelaskan kenapa orang dengan tingkat kegelisahan yang tinggi punya kecenderungan untuk makan banyak ketika gelisah. Yang lebih penting, kami menemukan bahwa orang dengan tingkat kegelisahan yang tinggi lebih sulit untuk melepaskan diri dari hal-hal yang membuat mereka kesal atau memaksa mereka melakukan hal-hal yang seharusnya mereka lakukan ketimbang bersedih. Emosi negatif ini kemudian bisa dikelola dengan makanan dan hal ini bisa berakibat pada indeks BMI yang lebih tinggi.

Namun, penting untuk dicatat, bahwa hal ini merupakan satu faktor di antara banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi mengapa orang bisa makan banyak yang kemudian berimbas pada indeks BMI yang lebih tinggi.

Kita tidak bisa mengatakan bahwa kegelisahan akan keterikatan seseorang dengan orang lain menyebabkan orang makan berlebih dan naik berat badannya. Mungkin saja bahwa makan berlebih dan kenaikan berat badan mempengaruhi orientasi keterikatan kita, atau mungkin saja bisa keduanya.

Mengatur pola makan

Ada dua pola yang tampaknya menjanjikan bagi orang yang gelisah supaya bisa tetap mengontrol pola makan mereka. Hal ini melibatkan kemampuan untuk menentukan orientasi keterikatan yang spesifik dan atau meningkatkan kemampuan mengatur emosi secara umum.

Untuk menentukan orientasi keterikatan, seseorang bisa menerapkan sebuah teknik psikologi yang disebut “security priming.” Teknik ini didesain untuk membuat orang berperilaku seperti orang yang merasa bisa mengatasi semua kesulitan dalam hidup. Hal ini bisa menimbulkan dampak yang menguntungkan secara general, seperti terlibat dalam perilaku yang mengutamakan hubungan sosial. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perilaku tersebut berkaitan dengan asupan cemilan. Ketika mereka ditanya untuk mengambarkan sebuah hubungan yang baik, mereka akan makan lebih sedikit dibanding ketika mereka ditanya untuk menggambarkan hubungan yang buruk dalam kehidupan mereka (meskipun penelitian ini masih berada pada tahal awal dan butuh untuk diperluas)

Melihat pada cara mengatur emosi, sebuah penelitian yang baru saja diterbitkan menjelaskan pentingnya orang-orang yang suka makan karena sedang emosi untuk fokus pada kemampuan mereka untuk mengatasi stres mereka ketimbang membatasi asupan kalori mereka. Penelitian ini tidak melihat secara khusus mereka yang juga memiliki kegelisahan terhadap keterikatan dengan orang lain, sehingga penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.

Tentu saja, dalam sebuah dunia yang ideal, setiap orang akan memiliki pengalaman berelasi dengan orang lain yang akan membantu mereka membangun rasa aman ketika berhubungan dengan orang lain, dan mungkin saja hal ini adalah pendekatan lainnya yang masih tersembunyi–yaitu dengan memfasilitasi hubungan interpersonal yang lebih baik untuk semuanya.

The Conversation

Laura Wilkinson, Lecturer in Psychology, Swansea University; Angela Rowe, Reader in Social Cognitive Psychology, University of Bristol, dan Charlotte Hardman, Lecturer in Appetite and Obesity, University of Liverpool

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

___________________________________

Ilustrasi: Designed by Freepik