Mendeteksi Kanker Mulut dengan SAMURI | OTC Digest
SAMURI_periksa_mulut_sendiri_deteksi_kanker_mulut

Mendeteksi Kanker Mulut dengan SAMURI

Angka kematian akibat kanker mulut sangat tinggi. Hingga kini, rerata maksimal 30 bulan. Di sisi lain, kanker ini bisa dicegah, karena 64,9% berawal dari lesi pra kanker. “Kalau lesi ini kita deteksi sejak awal, insya Allah tidak jadi kanker,” ujar Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia (ISPMI) drg. Rahmi Amtha, MDS, Sp.PM, Ph.D. Ini diungkapkannya dalam diskusi “Cegah Kanker Mulut” di Jakarta, Kamis (13/12/2018).

Sayangnya, lesi pra kanker sering dikira sebagai sariawan biasa, sehingga dianggap remeh, tidak penting, dan akan sembuh sendiri. Lesi memang bisa tampak seperti sariawan, atau berupa tonjolan.

Bedanya, les pra kanker tidak sakit. “Sariawan yang sakit itu tidak apa-apa. Tapi kalau tidak sakit, justru bahaya,” tegas Dr. drg. Hananto Seno, Sp.BM(K), MM, Ketua Pesatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Lesi baru akan menimbulkan nyeri bila ukurannya makin besar hingga menekan saraf.

Untuk mengenali lesi pra kanker sejak dini, lakukan SAMURI (periksa mulut sendiri). Cucilah tangan terlebih dulu, lalu menghadap cermin. Ada 9 bagian mulut yang perlu diperiksa: bibir atas dan bawah, bagian dalam pipi sisi kanan dan kiri, langit-langit mulut, lidah, bagian bawah lidah, serta pinggiran lidah sisi kanan dan kiri.

“Perhatikan apakah ada perubahan warna, bentuk, ukuran, serta tekstur atau kekenyalan pada bagian-bagian mulut tersebut,” papar drg. Rahmi. Kenali tanda-tanda kehadiran lesi pra kanker. Lesi bisa menyerupai sariawan, bisa pula seperti tonjolan.

Ciri klinis, yang khas yakni warna. Lesi putih tampak seperti bercak-bercak putih pada rongga mulut. “Lesi merah umumnya lebih sulit dikenali sehingga pasien tidak sadar. Waspada bila ada bagian tertentu di rongga mulut yang tampak lebih merah dibandingkan daerah sekitarnya,” imbuh drg. Rahmi. Adapun lesi merah-putih biasanya lebih mudah dikenali, karena teksturnya bergranulasi (ada bulatan-bulatan kecil).

Waspadai ‘sariawan’ (ulkus) yang tidak sakit (atau sakitnya minimal), tidak sembuh dalam 4 minggu, menetap di tempat yang sama, dan tidak jelas penyebabnya. Juga ulkus yang pinggirannya lama-lama mengeras dan tampak bergulung, meski ukurannya kecil.

Pada stadium yang lebih lanjut, kanker membuat lidah jadi kaku dan sulit digerakkan. “Karenanya, periksa juga kelincahan, kekakuan, serta pergerakan lidah,” ucap Dr. drg. Hananto. Gejala lain dari kanker mulut yakni sulit mengunyah, sulit menelan, dan gigi goyang/tanggal tanpa sebab.

Di Indonesia, lokasi yang khas terjadinya kanker muut yakni pada kedua sisi rahang hingga sepanjang lengkung rahang bawah dan area sekitarnya. Sangat dianjurkan melakukan SAMURI secara rutin dan kontinyu, agar lesi pra kanker bisa terdeteksi sedini mungkin.

SAMURI bisa dilakukan kapan saja dan sesering mungkin. “Lakukanlah senyamannya, misalnya sehabis mandi pagi,” ujar drg. Rahma. Melakukannya setiap haru mungkin agak merepotkan. Minimal, lakukanlah SAMURI seminggu sekali. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Designed by Freepik