Kenapa Konsumsi Probiotik Bisa Perbaiki Radang Usus? | OTC Digest

Kenapa Konsumsi Probiotik Bisa Perbaiki Radang Usus?

Jangan anggap remeh gangguan buang air besar akibat radang usus, atau IBD (inflammatory bowel disease. Radang usus ini bersifat kronis (berlangsung lama), yang secara umum dibagi menjadi kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.

Pada kolitis ulseratif, terjadi peradangan pada lapisan atas mukosa (selaput lendir) usus di usus besar; terjadi borok atau ulkus. Pada penyakit Crohn, peradangan bisa terjadi hingga ke lapisan usus yang lebih dalam, bisa mengenai usus kecil maupun besar.

Penyebab IBD belum diketahui pasti, ditengarai berhubungan dengan respon imun tubuh yang abnormal. Pada orang dengan IBD, sistem imun reaksinya berlebihan terhadap bakteri tertentu, yang sebenarnya merupakan bakteri penghuni usus yang normal.

Reaksi ini akhirnya menimbulkan peradangan, yang kemudian merusak usus. Diduga, ketidakseimbangan bakteri penghuni usus dapat memicu reaksi abnormal ini. Faktor genetika turut berperan. Makanan dan stres tidak secara langsung menyebabkan IBD, tapi bisa memperburuk gejala.

Awalnya, IBD banyak ditemukan pada ras Kaukasia. Belakangan, penyakit ini mulai ‘populer’ di Asia, tak terkecuali di Indonesia.  Data dari Unit Endoskopi dari beberapa rumah sakit di Jakarta menunjukkan, IBD terdapat pada 12,2% pasien yang menjalani endoskopi untuk diare kronik; 25,9% pada pasien dengan diare kronik disertai darah dan nyeri perut.

Gejala

Gangguan  sembelit/diare yang sering terjadi atau berlangsung lama, sebaiknya jangan dibiarkan. Apalagi bila disertai gejala lain seperti feses disertai lendir dan/atau darah saat diare, nyeri pada seluruh bagian perut yang bisa menyebabkan kram atau terjadi secara terus menerus, kadang disertai mual dan muntah.

Selain keluhan pada saluran cerna, radang usus kerap menimbulkan gejala lain. Misalnya radang sendi seperti rematik, yang membuat sendi membengkak dan nyeri serta menghambat pergerakan.

Baca juga : IBD Bukan Radang Usus Biasa

Bila penyakit Crohn terjadi di usus halus, proses penyerapan nutrisi terganggu membuat penderita IBD kekurangan nutrisi. Salah satu tandanya, pasien kehilangan berat badan (BB) secara signifikan.

Yang mengkhawatirkan, IBD bisa memicu kanker kolorektal (usus besar dan rektum / anus). Risiko kanker kolorektal meningkat 0,5-1% dalam 10 tahun. Sebuah studi menunjukkan, penderita radang usus memiliki kemungkinan 5 kali lebih tinggi menderita kanker kolon, dibandingkan orang tanpa IBD.

Pengaruh bakteri

Terganggunya keseimbangan bakteri usus dapat memicu respon sistem imun, yang menimbulkan peradangan. Penelitian menemukan, radang usus bisa terjadi ketika jumlah bakteri berbahaya melebihi populasi bakteri baik.

Bakteri bermanfaat (probiotik), dapat memengaruhi aktivitas sel-sel imun dan sel-sel yang melapisi permukaan dinding usus. Secara spesifik, bakteri ini menghambat bakteri patogen melekat di permukaan usus. Probiotik juga akan memroduksi senyawa antibakteri sehingga pertumbuhan bakteri patogen terkendali.

Bakteri probiotik juga mengatur respon imun, dengan meningkatkan imunitas dan mengatasi radang akibat bakteri patogen, serta menghambat faktor-faktor kimia yang terlibat dalam proses peradangan.

Penelitian

Keiichi Mitsuyama, dkk (2008) meneliti efek probiotik terhadap kolitis ulseratif. Sebanyak 10 pasien kolitis ulseratif derajat ringan-sedang, mendapat terapi tambahan berupa susu fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain (bakteri probiotik), di samping terapi konvensional, selama 8 minggu. Sebagai kelompok kontrol, 9 orang dengan sejarah radang usus hanya menerima terapi konvensional.

Hasilnya, dibandingkan kelompok kontrol, kelompok probiotik memiliki perbaikan status radang ususnya secara signifikan, setelah 4, 6 dan 8 minggu. Probiotik bisa diterima dengan baik oleh pasien, dan tidak dilaporkan ada efek samping.

Penelitian oleh Matsumoto S, dkk (2009) menunjukkan, L. casei Shirota strain memberi efek positif terhadap IBD dan CAC (colitis-associated cancer atau kanker yang terkait dengan kolitis). Asupan L. casei Shirota strain dapat memperbaiki radang di perbatasan usus kecil dengan usus besar.

Pada kasus CAC, perawatan dengan L. casei Shirota strain menunjukkan efek supresif (menekan) terhadap tumor, dan hal ini tidak terjadi pada strain lain. Disimpulkan, komponen polisakarida yang spesifik pada L. casei Shirota strain berperan penting dalam mekanisme antiradang, pada kelainan radang usus. (nid)

Baca juga : Probiotik Mencegah Diabetes