Naufal, Penderita Obesitas Berbobot 238 kg yang Sukses Melakukan Bedah Bariatrik | OTC Digest

Naufal, Penderita Obesitas Berbobot 238 kg yang Sukses Melakukan Bedah Bariatrik

Bedah bariatrik. Terdengar ekstrim di telinga kita. Demikian pula saat Mohammad Naufal Abdillah, mendengar untuk pertama kalinya. Penderita obesitas ini sempat berpikir bedah bariatrik mirip dengan operasi sedot lemak – yang biasa dilakukan oleh para sosialita.

Naufal (23 tahun) adalah penderita obesitas dengan bobot 238 kg yang pada Desember 2018 lalu sukses menjalani bedah bariatrik untuk menurunkan berat badannya dengan cepat di RS Pondok Indah, Jakarta.

“Sempat berpikir kalau bariatrik itu sedot lemak, ternyata beda,” tukas Naufal. Bedah bariatrik merupakan operasi mengecilkan ukuran lambung, dilakukan dengan 3 teknik : sleeve gastrectomy (memotong 85% ukuran lambung), baypass lambung (menyambungkan bagian atas lambung dengan usus kecil sehingga makanan tidak melewati lambung), dan ikat lambung (memasang karet pengikat lambung).

Saat ini, setelah empat bulan pascamelakukan bedah bariatrik, bobot Naufal berkurang hingga 36 kg. Ini adalah prestasi besar bagi Naufal, setelah sebelumnya selalu gagal turun berat badan hanya dengan mengandalkan diet.

“Diet paling lama tahan 3 bulan, bobot memang turun, tetapi nanti naik lagi. Nanti kalau diet lagi, ya turun lagi. Setelah itu juga cepat naiknya, jadinya seperti diet yoyo,” terangnya di sela acara Bariatrik, Komitmen untuk Hidup Sehat Sepanjang Usia, pada 14 Maret 2019 lalu.

Naufal mengaku sudah sedari kecil mengalami kelebihan berat badan; bobotnya cenderung gampang naik. Bahkan saat kelas 6 SD bobot Naufal telah mencapai 110 kg.

“Tetapi saat itu tidak terlalu mikirin, karena walau badan gede, masih bisa jalan, main futsal dan berenang,” katanya.

Baca juga : Bedah Bariatrik, Operasi Pengecilan Lambung yang Mengembalikan Fungsi Seks Pria

Setelah lulus sekolah menengah pertama, Naufal masuk ke pesantren. Jadwal kegiatan yang padat di pesantren membuatnya stres. Makan, dan makan lagi menjadi pelampiasan stres.

“Kalau stres, malam-malam bisa pesan nasi goreng langsung 3 porsi,” kenang Naufal. “Jadi walaupun kegiatan banyak, olahraga juga. Tetapi berat badan juga nambah.”

Puncaknya terjadi setelah ia pindah ke Ibu Kota, semakin lama ia merasa badannya semakin lemah, mudah capek, sendi-sendi gampang sakit jika dipakai untuk berjalan lama.

Berkaca dari kasus obesitas yang terekspos media, misalnya kasus Arya Pramana, bocah asal Karawang dengan bobot 192 kg yang sukses melakukan operasi pengecilan lambung, Naufal pun mencari pertolongan medis.

“Pertama kali saya konsultasi ke ahli gizi, disarankan mengatur makan. Ini kan pernah saya jalani yang paling bertahan 3 bulan,” pikirnya. Selain itu Naufal juga disarankan melakukan bedah bariatrik.

Setelah menjalani bedah bariatrik, Naufal mengaku sulit untuk makan banyak; tidak gampang lapar dan mudah kenyang. Ini wajar karena ukuran lambung Naufal tinggal 15%, sehingga jumlah makanan yang muat di lambungpun sedikit.

“Sekarang setelah bobot turun, buat jalan sudah lebih ringan, sholat juga tidak berat, baju-baju longgar. Pola makan berubah drastis. Makan buah sama minum saja sudah kenyang padahal dulu kalau lagi ke Puncak  (Bogor), biasa makan sate sampai ¼ kg,” ujarnya sambil tersenyum.

Target penurunan berat badan yang diinginkan tim dokter adalah sampai 150 kg. Untuk ada kemungkinan akan dilakukan operasi lanjutan agar hasil yang didapatkan lebih optimal.

Saat ini Naufal masih tetap dalam pantauan ahli gizi yang selalu mengarahkan pola makannya. Naufal dianjurkan konsumsi makanan tinggi protein, dan menghindari makanan/minuman yang mengandung gula. (jie)