Budi Harnata, Happy Ending Perjuangan Mendapatkan Momongan (Bagian 1) | OTC Digest

Budi Harnata, Happy Ending Perjuangan Mendapatkan Momongan (Bagian 1)

“Anda mengalami varikokel stadium 2,” ujar seorang profesor ahli urologi. Budi Hartana (44 tahun) terkejut dan bertanya-tanya: apa itu varikokel ? Istilah kedokteran ini memang terdengar tak lazim di telinga. Selama sekitar dua tahun ia mencari titik terang tentang masalahnya bersama istri, tak satu pun dokter yang pernah menyebut-nyebut istilah itu.

Varikokel adalah keadaan tidak normal pada skrotum (katung testis), karena   terjadi pembesaran pembuluh darah balik (vena) sehingga mempengaruhi kualitas sperma. Pembesaran pembuluh vena mengakibatkan penumpukan darah di sekitar testis. Akibatnya, suhu skrotum meningkat. Hal ini mempengaruhi kualitas sperma, bahkan dapat mematikannya. 

Budi didiagnosa jumlah spermanya sedikit alias kuotanya kurang, untuk bisa membuahi istri. Setelah beberapa tahun menikah, Budi Harnata dan istri sulit mendapatkan momongan.

Awalnya, pasangan ini tidak merasakan ada masalah untuk mendapat keturunan. Saat menikah, mereka sudah berencana untuk tidak segera punya anak. “Kami maunya  santai-santai dulu. Makanya, ketika setahun pertama belum ada tanda-tanda bakal punya momongan kami masih happy, masih anteng saja,” kata Budi, yang hobi membaca komik dan berprofesi sebagai  konsultan keuangan dan pajak.

Memasuki tahun kedua pernikahan, muncul pertanyaan: kok  istri belum ada tanda-tanda hamil? “Saya diskusi sama istri,” ujar Budi. “Kelihatannya kami perlu kontrol ke dokter.”

Pasangan ini mulai “berburu” mendatangi ahli-ahli kandungan. Tidak percaya dengan diagnosis seorang dokter, mereka pergi mencari second opinion ke dokter lain. “Kalau ibu-ibu ke mall untuk shoping, kami belanja dokter. Kami datangi rumah sakit-rumah sakit yang punya fasilitas perawatan vertilitas, istilahnya belanja dokter. Kami datang ke androlog (ahli kandungan). Sudah nggak keitung berapa jumlah dokter yang meriksa istri saya,” papar suami dari Vina Suparman (45 tahun) ini.

Budi dan Vina sama-sama diperiksa. Seorang androlog menyarankan agar Budi melakukan analisa sperma. Dari sana diketahui jumlah spermanya sedikit. Normalnya jumlah sperma berkisar 20 juta/ml – 120 juta/ml. “Sempat krisis identitas, namanya juga laki-laki. Padahal sebelum menikah sudah cek kesehatan, dan tidak ada gangguan apa pun,” kenang Budi. “Saya nggak percaya, cari second opinion ternyata hasilnya sama.”

Pengobatan alternatif pun dijalani, salah satunya ke ahli radiesthesi yang banyak memiliki pasien dengan masalah infertilitas. Metode pengobatannya menggunakan gelombang mikro magnetis, untuk mengenali penyakit dan menentukan metoda penyembuhan. Setelah diagnosa, jejamuan diberikan untuk dikonsumsi pada waktu yang sudah ditentukan. Namun, metode ini belum membuahkan hasil.

Ternyata, banyak yang senasib dengan pasangan Budi Hartana-Vina. Bersama mereka, Budi dan istri saling berbagi informasi terapi pengobatan. “Beruntung yang senasib banyak, sehingga kami nggak merasa malu. Kami saling sharing, sama-sama berjuang. Kami ke sana, mereka ke sini, saling bagi info. Mencoba dokter ini nggak cocok, kontak teman yang lain,” papar Budi. 

Pernah seorang dokter menyarankan agar Budi konsultasi ke urolog, bukan ke androlog. “Saya punya teman urolog, Prof. dr. Akmal Taher. Tapi saya tidak tahu, dia praktek di mana,” Budi menirukan ucapan dokter. Nasihat ini tak terlalu ditanggapi dan sekitar 6 bulan kemudian seorang kawan menganjurkan untuk periksa ke ahli urologi di Rumah Sakit Asri, Jakarta.  

Ketika sang istri diperiksa, sambil senyum-senyum dokter berkata bahwa  sepertinya Budi juga harus diperiksa. “Saya direkomendasi ke Prof. Akmal,” kata Budi. “Seperti dejavu, seperti pernah dengar nama itu, tapi di mana.”

Pertemuan pertama dengan Prof. Akmal Taher, sangat berkesan bagi Budi. Permeriksaan berlangsung singkat, gampang, dan  tidak menggunakan alat-alat modern. “Saya disuruh berdiri dan buka celana, testis dipegang. Terus beliau bilang, oh ini varikokel stadium 2,” ujar Budi.

“Saya bingung. Sudah keliling ke mana-mana dan tidak ada yang ngomong varikokel. Ini hanya dipegang-pegang, langsung ketahuan.”

Bersambung ke bagian 2