Waspadai Ketuban Pecah Dini, Kondisi Gawat Darurat Pada Kehamilan | OTC Digest

Waspadai Ketuban Pecah Dini, Kondisi Gawat Darurat Pada Kehamilan

Pada persalinan normal, ketuban pecah disebabkan oleh kontraksi rahim dan peregangan berulang. Memasuki trimester tiga kehamilan, selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ini ada hubungannya dengan pembesaran rahim, kontraksi rahim serta pergerakan janin.

Normalnya, kantung ketuban pecah pada saat pembukaan lengkap mulut rahim; pada saat proses persalinan. Bila ketuban pecah secara spontan, tiba-tiba, atau lebih awal sebelum usia kehamilan 37 minggu, sebelum pembukaan mulut rahim 4 cm, atau sebelum ada tanda-tanda persalinan, disebut ketuban pecah dini (KPD).

Menurut dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG (K), ketuban pecah dini bisa membahayakan ibu dan janin. Maka, ibu hamil perlu memahami gejala terjadinya ketuban pecah dini. Gejalanya cukup mudah dikenali, yaitu keluarnya cairan ketuban secara spontan dan tiba-tiba dari liang vagina dalam jumlah yang banyak, dan tidak dapat ditahan atau dihentikan.

Cairan ketuban berwarna putih agak keruh, karena bercampur dengan lanugo atau rambut halus pada janin, dan mengandung lemak yang menempel pada kulit bayi. Cairan ketuban ini berbau amis, berbeda sekali dengan bau pesing urin.

Pada ibu hamil yang mengalami kasus KPD, umumnya ketuban yang pecah tidak menimbulkan rasa sakit, pegal-pegal, mulas, dan sebagainya.

Komplikasi

Bila ketuban pecah, berarti selaput ketuban sudah berhubungan dengan dunia luar sehingga berpotensi masuknya kuman, dan kemudian bisa terjadi infeksi. Ibu hamil yang mengalami pecah ketuban perlu segera mendapatkan penanganan.

Dalam waktu maksimal 24 jam, diharapkan bayi sudah bisa dilahirkan. Seiring pecahnya membran ini, ibu hamil akan mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih intensif. “Semakin cepat ditangani, semakin kecil risiko terjadinya komplikasi,” ujar dr. Dwiana.

Ketuban pecah dini bisa menjadi petaka bagi ibu hamil dan janinnya. Terhadap janin, meski si ibu belum menunjukkan gejala infeksi, janin bisa jadi sudah terinfeksi dalam rahim. Jika hal itu terjadi dan ibu tidak menyadari, maka keselamatan janin bisa terancam.

Sedangkan bagi sang ibu, jalan terbuka saat persalinan disertai berkurangnya cairan ketuban memudahkan kuman masuk dan menginfeksi ibu. Yang lebih berbahaya adalah jika infeksi tersebut masuk ke dalam sirkulasi darah.

Selain berdampak langsung terhadap ibu dan janin, ketuban pecah dini bisa memicu komplikasi. Komplikasi yang timbul tergantung usia kehamilan. Selain infeksi, komplikasi lain yang mungkin muncul yakni persalinan prematur, kompresi tali pusat sehingga janin kekurangan oksigen yang bisa menyebabkan kematian, kelainan janin, serta gagal bersalin normal.

Penyebab belum pasti

Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti. Studi menunjukkan, sebagian besar berkaitan dengan infeksi kuman yang dapat menyebabkan selaput ketuban menjadi tipis, lemah dan mudah pecah. 

Infeksi yang paling sering menjadi penyebab KPD adalah infeksi dari vagina dengan gejala keputihan yang tidak normal (banyak, gatal, kuning kehijauan, bau amis), infeksi saluran kemih, infeksi di luar genital (infeksi gigi dan mulut).

Menurut dr. Dwiana, dalam hal ini infeksi akan merangsang proses peradangan, memicu kontraksi, menginfeksi mulut rahim, lalu menjalar ke selaput ketuban, sehingga selaput ketuban menipis dan mudah pecah ketika terjadi kontraksi.

Selain itu, beberapa faktor risiko KPD adalah kehamilan kembar, ada riwayat persalinan kurang bulan sebelumnya, hubungan seksual yang kebersihannya tidak dijaga, perdarahan lewat jalan lahir, pH (tingkat keasaman) vagina di atas 4,5, selaput ketuban tipis kurang dari 39 mm, kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi, jumlah cairan ketuban sangat banyak (hidroamnion), dan kelainan mulut rahim. (puj)

Baca juga : Ketahui Tanda-Tanda Pecah Ketuban