Waspadai dampak polusi bagi ibu hamil, dari kelahiran prematur sampai cacat bawaan | OTC Digest

Waspadai dampak polusi bagi ibu hamil, dari kelahiran prematur sampai cacat bawaan

Pencemaran udara di Indonesia pada beberapa pekan belakang ini sedang menjadi sorotan. Mulai dari Jakarta yang sempat mendapat predikat kota dengan polusi udara terburuk, hingga gangguan asap di Kalimantan karena pembakaran lahan.

Musim kemarau berkepanjangan, peningkatan emisi gas buang industri, kendaraan bermotor, dan pembangkit listrik ditengarai menjadi penyebab utamanya. Polusi udara dankabut asap akan berdampak buruk bagi kesehatan, dengan dampak yang akan terasa dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.

Polusi udara dan kesehatan paru

Polusi udara merupakan campuran partikel dan gas dari bahan alami dan buatan manusia di udara yang kita hirup. Ia dapat mencapai konsentrasi berbahaya, baik di luar maupun di dalam ruangan.

Polutan udara luar ruangan yang paling banyak ditemukan di daerah perkotaan seperti particullate matter (PM), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3) dan sulfur dioksida (SO2).

Angka kadar polusi tersebut tergantung beberapa faktor, di antaranya: besarnya sumber polutan di daerah tersebut, arah angin, kecepatan angin, dll. Kualitas udara di suatu titik atau wilayah, apabila dilihat berdasarkan nilai Air Quality Index, dapat berada antara kualitas baik (<50), sedang (51-100), kurang sehat (101-150), tidak sehat (151-200), sangat tidak sehat (201-300) dan berbahaya (>300).

Penting untuk mengetahui kadar AQI saat bermaksud beraktivitas ke luar rumah. Pada saat AQI berkisar antara 100-150 maka kelompok sensitif sudah harus waspada, dan jika angkanya (>150) semua kelompok masyarakat harus waspada.

Dampak polusi untuk ibu hamil

Polusi udara semakin berbahaya bila terhirup oleh ibu hamil, bayi, dan anak. Berbagai risiko kesehatan jangka pendek pun mengintai, seperti mata dan hidung berair, penyakit batuk sering kambuh, hingga infeksi saluran napas atas.

Dr. Merwin Tjahjadi, Sp.OG, dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Jakarta menjelaskan, ada beberapa potensi berbahaya bila ibu hamil terlalu banyak terpapar udara berkualitas buruk:

  1. Bayi berat lahir rendah (BBLR).
  2. Meningkatkan risiko kelahiran prematur
  3. Meningkatkan risiko bayi dengan kelainan cacat bawaan.
  4. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan asma: Polusi udara buruk dapat memicu terjadinya infeksi saluran pernapasan atas ataupun pencetus asma pada ibu hamil.
  5. Meningkatkan risiko kardiovaskular maupun hipertensi dalam kehamilan akibat proses pengapuran plasenta.
  6. Masalah fertilitas: Beberapa studi telah membutikan bahwa polusi udara terbukti memberikan dampak bagi berkurangnya tingkat fertilitas, baik pada wanita maupun pria. Beberapa penelitian lainnya bahkan menghubungkan hal ini dengan kemungkinan keguguran.

Polusi udara menjadi lebih berbahaya karena tidak kasat mata sehingga seringkali diabaikan oleh ibu hamil. Namun mengingat dampaknya, upayakan untuk meminimalisir paparan polusi udara ini.

Beberapa caranya adalah dengan memperhatikan AQI ketika berencana untuk beraktivitas di luar ruangan; menghindari aktivitas di luar ruangan di siang hari karena saat itulah polusi udara tertinggi; dan berupaya untuk memilih lingkungan hijau ketika berolahraga atau beraktivitas di luar ruang.

Alat penyaring udara juga bisa digunakan untuk membantu membersihkan udara ketika Anda sedang berada di dalam ruangan.

“Anda yang sedang mengandung pada trimester awal harus lebih waspada. Risiko keguguran akibat terpapar polusi udara dapat meningkat pada usia kehamilan yang masih muda. Sebaiknya gunakan masker pernapasan yang layak ketika beraktivitas di luar ruang dan pantau selalu kualitas udara di sekitar kita,” terang dr. Merwin. (jie)