Wanita Lebih Rentan Gigi Sensitif, Kenapa? | OTC Digest

Wanita Lebih Rentan Gigi Sensitif, Kenapa?

Data di Indonesia menunjukkan, 45% orang merasakan ngilu saat makan/minum dingin, panas, manis atau asam (Ipsos Indonesia, 2011). Survei lain yang dilakukan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (2010) menunjukkan bahwa 65% masyarakat Indonesia memiliki gigi sensitif. Dari jumlah itu 50%-nya tidak melakukan apa pun untuk mengatasi masalahnya. Hanya sekitar 6% yang menggunakan pasta khusus untuk gigi sensitif dan 19% yang pergi ke dokter gigi.

Penderita gigi sensitif yang telah menyadari kondisinya, belum tentu melakukan perawatan dengan benar karena mispersepsi bahwa nyeri dan gangguan akibat gigi sensitif tidak menimbulkan dampak serius. Ini tipikal orang Indonesia: kalau belum sakit, belum berobat.

Menurut Dr. Yuniarti Soeroso, drg, Sp.Perio(K), dari Ikatan Periodonsia Indonesia (IPERI),  “Gigi sensitif lebih banyak terjadi pada wanita. Karena wanita ingin menyikat gigi lebih bersih. Cara menyikatnya salah dan terlalu kuat sehingga lapisan email terkikis.”

Wanita usia produktif, 20-50 tahun, tercatat lebih kerap mengalami gigi sensitif. Paling sering terjadi di gigi taring dan gigi geraham kecil. Cara mudah untuk menguji, apakah Anda punya gigi sensitif atau tidak, hirup napas dalam-dalam lewat mulut. “Jika terasa ngilu berarti gigi Anda sensitif,” katanya.

Rasa ngilu bisa terjadi pada gigi berlubang. Bedanya, ngilu pada gigi berlubang sifatnya menetap. Pada gigi sensitif, ngilu timbul saat ada rangsangan.

Gigi sensitif merupakan sensasi tajam namun sebentar, karena lapisan email yang terbuka (email terkikis sehingga dentin terbuka). Hal itu dipicu oleh rangsang (makanan/ minuman) panas atau dingin, juga oleh bahan kimia (makanan / minuman asam dan manis). 

Leher gigi yang biasanya tertutup gusi, merupakan daerah paling sering terjadinya gigi sensitif. Penyebabnya adalah gusi turun (pada gigi bawah) atau gusi naik (pada gigi atas). Ini terjadi karena penyakit gusi (radang) atau cara menyikat gigi yang salah. 

Dentin yang membentuk sebagian besar jaringan penyangga gigi, memiliki pori-pori dengan jutaan saluran kecil mengarah ke saraf bagian tengah. Dalam pori-pori (tubulus dentin) tersebut terdapat cairan, yang akan melebar/mengerut jika terangsang oleh perubahan suhu (melalui makanan / minuman) ketika akar gigi (gusi) terbuka. Proses ini dapat mengiritasi saraf dan menimbulkan rasa ngilu/tersengat.

Mencegah gigi sensitif

Inti dari pencegahan gigi sensitif adalah menjaga kesehatan gigi dan gusi. Mulut adalah sarang bakteri dan kuman, yang sewaktu-waktu bisa menginfeksi. Plak atau karang gigi adalah “rumah” bagi bakteri mulut. Jadi, plak harus dikontrol dengan menyikat gigi secara teratur dan kontrol ke dokter gigi.

Sikat gigi juga perlu diperhatikan. Pilih sikat gigi yang lembut dan jangan menyikat gigi terlalu kuat. “Posisi gigi taring agak menonjol, kalau disikat keras-keras apalagi dengan sikat yang bulunya sudah kemana-mana, bisa mempermudah terjadinya resesi (turunnya) gusi,” papar drg. Hari Sunarto, Sp.Perio(K), dari Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG UI.

Cara menyikat gigi yang benar yakni dengan sesuai kontur gigi; dari atas ke bawah untuk gigi atas, dan sebalikknya. Gerakan ini juga memberi efek pijatan ke gusi, yang akan memperlancar peredaran darah. Peredaran darah lancar akan membuat jaringan lokal atau jaringan di sekitar gusi mengalami penguatan, sehingga lebih siap menghadapi tekanan pada gigi. 

Minimalisir gerakan menyikat horizontal. Menyikat gigi dengan gerakan ini hanya dibolehkan untuk gigi atas (mahkota gigi), bukan gusi. Mereka yang sudah memiliki gigi sensitif, sebaiknya menggunakan pasta gigi khusus gigi sensitif.

“Gigi dan gusi bila tidak terawat/sehat dapat menyebabkan komplikasi pada organ lain, berupa serangan jantung, stroke, bahkan risiko kelahiran prematur pada wanita hamil,” ujar drg. Yuniarti. (jie)